Chapter 19

35.6K 1.5K 7
                                    

Dia menarikku dengan kasar masuk ke kamar kita. Maksud ku kamar nya.

"Are you fucking crazy?" tanyanya sambil menyisir rambutnya dengan jari jemarinya. Dia sangat sexy saat dia marah.

Aku tersenyum. "Iya, crazy about you." Ucapku menggodanya.

Pipinya terlihat merona. "Kamu tidak mencintaiku ya?" Tanya nya sambil menyenderkan badan nya ke dinding.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

Dia menoleh padaku. "Kamu bimbang untuk membatalkan pernikahan kamu dan Akbar, dan tadi kamu kabur seakan akan kamu memang tidak mau hidup bersamaku." Ucapnya sambil mengusap ngusap leher belakangnya.

Aku menghampirinya dan melingkarkan tangan ku di lehernya. "Kamu tadi tidak mendengarkan aku bicara sampai selesai. Aku hanya takut mbu akan marah sama aku jika aku membatalkan pernikahan nya tanpa alasan, jadi aku bingung aku harus memberi alasan apa." Ucapku dan mencium bibirnya.

Dia menghentikan ciuman kita. "Bukankah alasan nya sudah jelas? Bahwa aku lah yang ingin menikahimu?" Ucapnya sambil menatapku dengan tatapan sedih.

Aku tersenyum mengejek. "Bagaimana kamu bisa yakin bahwa kamu ingin menikahiku? Kamu saja tidak mengingat diriku?"

Dia mencium keningku. "Hatiku tau yang sebenarnya. Dan aku bisa merasakan bahwa kamu lah yang aku cintai."

Aku tersenyum dan mencium lehernya. "Kamu sangat sexy, Ryan." Ucapku.

Oke, aku memang terdengar sedikit seperti pelacur. Tapi bagaimana lagi jika orang yang kamu cintai dan mencintaimu terlihat seperti dewa hasrat?

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanyanya sambil tersenyum nakal.

"Memang nya kenapa?"

"Kamu dari tadi terdiam." Jawabnya.

Aku pun tersenyum malu. "Kamu di atasku."

Jawaban ku mengejutkan nya. Dia menggenggam kedua tanganku dan mencium punggungnya. "Apa yang sedang ku lakukan di atasmu?" tanyanya sambil tersenyum di ujung bibirnya.

"Kamu menggoyangkan pinggangmu." Jawabku.

Tanpa basa basi dia meremas payudaraku. Lalu dia menggendongku dan menaruhku di atas california king bed nya itu. Dia menaiki ku.

"Seperti ini?" Ucapnya sambil menggosok gosokkan tubuhnya ke tubuhku.

Aku terdiam seribu bahasa. Aku merasa udara semakin memanas. Semua nya terasa seakan akan menyetujui bahwa kita sudah seharusnya bersetubuh. Aku menatapnya. Wajah dan lehernya mulai memerah dan aku tahu tanda apa itu. Itu berarti dia mulai merasa terangsang dan menginginkan tubuhku. Dia menjilati tulang leherku. Dan pikiran ku pun terbang melayang kemana mana seakan akan aku tidak bisa mengontrol nya.

Aku mengelus elus dadanya. "Buka bajumu." Ucapku.

Dia duduk sebentar dan langsung membuka baju atasan nya. "Seperti ini?" Ucapnya. Lalu dia membuka celana nya sampai dia benar benar telanjang bulat. "Atau seperti ini?"

Aku tertawa kecil dan menggigit bibirku. Tanpa jawaban, aku langsung menciumi dadanya. Aku bisa merasakan bahwa tubuhnya lemas. Aku pung mendorong tubuhnya sampai dia terbaring di sampingku dan sekarang giliran aku menaiki nya.

Dia meraba raba payudaraku. "Buka semua pakaian mu." Ucapnya tanpa basa basi.

Aku pun menuruti perkataan nya. Aku langsung membuka semua pakaian ku dan kembali menaiki nya. Aku duduk tepat di atas penis nya. Aku bisa merasakan penis nya mengeras di bawah vagina ku. Rasanya sangat menggelitik.

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang