Chapter 23

34.3K 1.3K 14
                                    

"Good morning, beautiful."

Aku terbangun mendengar ucapan itu. Saat aku membuka mata Ryan sedang mencium kening ku.

Dia tersenyum. "Kamu sangat cantik." ucapnya sambil mencium punggung tangan ku.

Aku pun bangun untuk duduk. "Bagaimana aku bisa cantik? mataku bengkak dan berair."

Ryan tertawa dan mencium pundak ku. "Kamu selalu cantik dalam kondisi apapun, Karin." Aku tersenyum malu mendengarnya.

"Aku tidak secantik itu." ucapku sambil menggeleng.

"Ambil seribu panah, lalu tusukkan lah ke dadaku. Dan aku tetap akan menikmati kecantikanmu." ucapnya sambil mencium keningku.

Aku kehabisan kata kata. Bangun di pagi seperti ini lah yang di impi impikan oleh setiap wanita di dunia ini. Di mandikan kasih sayang.

Ryan bangun dari tempat tidur dan langsung menuju ke kamar mandi.

Aku terdiam melamun menikmati pemandangan di luar jendela. Okay, tidak ada yang bagus untuk di pandang. tapi perlakuan ryan tadi membuatku melamun tidak jelas sambil tersenyum sendiri.

Setelah beberapa menit, Ryan keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang bergantung di sekeliling pinggang nya. Aku pun memandangi nya. Dia sangatlah enak untuk dijadikan objek pandangan. Rambut coklatnya, Mata coklat terang nya, Kulitnya yang agak kecoklatan, Otot-otot di perutnya yang menonjol membentuk kotak kotak, Semua nya tentang dia sangatlah sempurna. Setidaknya untuk ku.

Dia mengenakan kemeja berwarna biru muda yang agak ketat sehingga menunjukkan bentuk tubuhnya yang indah. Kerah nya tidak dikancing dan lengan nya pun di angkat sampai siku.

"Cepat mandi. Hari ini aku mau jalan jalan dengan mu." ucapnya sambil menata rambutnya.

Aku pun berdiri dan langsung menuju ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit, atau mungkin jam. Aku akhirnya keluar dari kamar mandi. Ryan tidak ada diruangan. Tapi ada Dress selutut berwarna biru tua. lengan nya panjang. Aku pun bergegas menggunakan nya. Lalu aku memakai beberapa olesan makeup yang tipis.

Aku turun ke lantai bawah dan melihat Ryan yang sedang duduk di sofa sambil melamun. Aku pun mengejutkan nya.

"Ryan." Ucapku, mengejutkan nya.

Dia terkejut dan langsung menoleh ke diriku. "Oh god, you are crazy."ucapnya. Dia berdiri dan menjulurkan tangan nya. "Come go, my lady." Ucapnya dengan tubuh agak membungkuk.

Aku pun tersenyum dan memberikan tangan ku. Dia menuntun ku keluar rumah. Lalu ada sebuah mobil Mercedes Benz putih bertempat duduk dua telah menunggu. Dia menuntunku ke pintu dan membukakan nya. Dan aku pun masuk.

Sepanjang perjalanan dia selalu memegang tangan ku dan menciuminya. Aku pun tidak bisa menahan senyum. Dia memperlakukan ku dengan sangat istimewa.

"Ada apa denganmu hari ini?" tanyaku.

Dia menoleh sesaat kepadaku dan kembali fokus kepada jalanan. "Aku hanya merasa seperti jatuh cinta lagi. Kepadamu."

Aku tersenyum. "Kamu sangat gombal."

Dia mengerutkan dahi nya. "Apa itu gombal? Aku tidak mengerti."

Aku pun tertawa terbahak bahak saat dia mengucapkan itu. "Gombal itu seperti menggoda."

"Oh, yeah, mungkin. Aku suka gombal denganmu." ucapnya.

"Bangun, sayang." Ucap Ryan sambil menepuk nepuk pundakku.

Aku pun membuka mata dan terkejut. "Tadi aku tidur?"

"Pulas." jawabnya.

Aku langsung menata kembali rambutku.

Kita telah sampai di bandara. dan aku pun bertanya tanya mengapa kita telah berada di bandara.

"Kita mau kemana?" tanyaku.

"Dubai, baby." Ucapnya sambil tersenyum sedikit.

Sekarang kita sedang di pesawat jet milik Ryan. Kita baru saja berangkat. Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan berpergian menggunakan pesawat bersama Ryan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Ryan tiba tiba.

Aku berpikir keras. "Adanya apa saja?"

Dia tertawa kecil dan mengecup kening ku. "Apa saja yang kamu mau."

"Mie Ayam?" tanyaku.

Dia tersenyum. "Buatkan kita mie ayam dan dua hot chocolate." ucapnya.

Aku memandang keluar melihat ke awan awan yang bertebaran begitu indahnya di sekeliling pesawat. Aku tersenyum.

"Kamu sedang memikirkan apa, sayang?" tanya Ryan sambil mencium pundakku.

"Aku suka melihat awan awan itu." Jawabku.

"Aku suka melihat mu telanjang." Ucapnya.

Ucapan nya itu membuat ku sadar bahwa si mesum Ryan belum lah pergi.

Aku mencubit pahanya. "Nakal."

"Ouch." teriaknya. "Itu memang fakta, babe. Maybe banyak lelaki yang bisa memandang kecantikanmu, tapi maaf, aku lah yang melihat seutuhnya."

Aku tertawa kecil. "Oh, kamu baru sadar itu?"

Dia terdiam memandangku. "Well, kesempatan itu hampir di ambil orang."

"Cukup, Ryan. nanti kamu marah." aku menutup tangan nya.

Dia menjilati tangan ku dan aku pun spontan melepasnya. "Fuck me."

"RYAN." bentakku marah dan dia pun tertawa terbahak bahak.

Dia mendekatiku dan memelukku dari belakang karena aku membelakanginya sekarang. "Maafkan aku, aku hanya suka melihat mu cemberut kesal." Dia mencium leher belakang ku.

"Tidak lucu." ucapku ketus. dia pun tertawa terbahak bahak.

** VOTE

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang