Chapter 7

48.7K 1.9K 35
                                    

Mobil jeep hitam berhenti di suatu gudang di tempat terpencil di bandung ini.

"Bos. Sudah berhasil bos. Dia sudah pergi dari desa ini." Ucap seorang lelaki berkepala botak itu.

"Bodoh kamu, Andi. Nelpon pas aku bareng dia." Ucap lelaki berkaca mata itu. "Gue gak kasih bayaran mau lu?" Lelaki botak itu terdiam. "Udahlah gue mau balik dulu ke jakarta. Awasin terus . Inget lu pada." Lalu lelaki berkaca mata itu menaiki mobil nya dan pergi.

"Najong, ya del. Udah culun sok keren." Ucap lelaki botak itu kepada teman nya yang kurus dan tidak bergigi depan itu dengan logat tegal yang kental.

--------

Sudah sebulan Ryan pergi dari hidupku. Jujur, Hati ku tersayat sayat. Aku sungguh sungguh merindukan nya. Aku merindukan kehadiran nya, Ciuman nya, Sentuhan nya, Tawa nya, Pandangan nya, Saat saat dia tiba tiba muncul entah dari mana dan membuat ku senang. Aku merindukan segalanya tentang dia. Andai saat itu aku menolah untuk ikut Akbar. Setidaknya aku akan mendapatkan kecupan selamat tinggal.

Hari hari tanpanya terasa hampa. Tidak ada lagi yang mewarnai hidupku. Semua nya terlalu normal. Aku bangun tidur, Siap siap ke sawah, meengajar anak SD, pulang, Ke masjid, Tidur dan mengulang itu hampir setiap hari. Hari ini hari minggu. Sepertinya ide bagus untuk memetik daun teh di kebun teh.

Aku menyiapkan peralatan untuk memanen daun daun teh itu. Aku memakai topi dan sepatu boot kesukaan ku. Lalu aku menuju ke kebun teh.

Sesampainya di kebuh teh, Aku melihat nengsih yang sibuk bermesra-mesraan dengan si Asep.

"Bukan nya kerja, kamu teh malah pacaran." Tegur ku.

"Suka suka aku teh mau ngapain." Dia menjulurkan lidahnya.

"Bebih, udah dulu ya, ayang teh mau ngojek." Ucap asep sambil mengecup punggung tangan nengsih.

"Hati hati nya Yang? Jangan genit teh kamunya." ucap Nengsih sambil melambai lambaikan tangan ke Asep yang sedang mengendarai motornya.

"Wah, wah, kamu berdua teh bener bener romantis nya?" Kataku.

"Ya gak seromantis kamu sama Akang Ryan lah, rin." Mendengar ucapan nya, aku langsung terdiam. "Dia teh kemana sih, Rin?"

"ke rumah nya lah. Mungkin ketemu pacar beneran nya." Ucapku santai sambil memetik daun.

"Kamu teh kalau ngomong gak disaring lagi. Akang Ryan teh cinta sama kamu. Setiap malem kalau aku lagi jalan sama Asep aku teh pasti ngeliatin Kang Ryan duduk di balkon rumah kepala desa bengong senyam senyum."

"Mungkin mikirin pacarnya di Amerika, Sih." Ucapku.

"Ah bodolah kamu teh keras kepala." Aku tersenyum kepadanya. "Tapi teh kenapa nya, Kalau tiap akang Ryan di depan rumah. Pasti ada Akang Akbar sama dua cowok, Rin,"

Aku bingung. "Ah masa sih?"

"Iya, Rin. Aku teh bingung. Serem serem lagi. Tampang na tampang tukang copet." AKu tertawa mendengar perkataan nya.

"Tau lah Nengsih. Aku teh bingung sama si Ryan. Dia teh pergi main pergi aja." Ucapku.

"pasti dia teh punya alasan, rin." Ucap nengsih.

Tiba-tiba ada suara Klakson mobil. Dan saat aku menoleh ada mobil jeep hitam, dan aku sadar bahwa itu mobil milik Akbar. Dan ternyata benar, Akbar keluar dari mobil.

"Aduh, dia teh dateng buat nemuin kamu, Rin. Romantis pisan nya dia. Kayaknya dia teh suka sama kamu, rin."

"Hus, kamu teh kalau ngomong ga dipikir dulu." Ujarku kepada nengsih yang sedang menggodaku.

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang