Chapter 36

46.2K 1.3K 49
                                    

"Honey, please wake up, sekarang sudah siang!" Teriak Karin dari dapur.

Kandungannya sudah berumur 9 bulan sekarang, dan dia menjadi jauh lebih emosional. Aku rasa aku harus menahan emosi ku karena kalau tidak, you know, our babies.

"Okay, honey, Aku sedang memakai dasi." Teriakku.

"Cepatlah!" Teriaknya.

Lihat? Dia sangatlah emosional. Berbulan bulan aku di caci maki. Namun setiap aku menjauhi nya dia menangis dan memintaku untuk tepat di dekatnya. Dasar wanita hamil.

Aku buru buru memakai dasi dan langsung menuju dapur. Namun ada pintu kamar yang terbuka saat aku berjalan. Dan aku pun langsung memasuki kamar itu.

Kamar berwarna biru muda dengan wallpaper kupu kupi dan matahari. Ada dua ranjang bayi di dua sisi yang berlawanan. Aku berjalan memasukinya.

Aku dan Karin lah yang mendekorasi kamar ini, untuk kedua anak kita. Aku melihat ke sekeliling ruangan. Di atas jendela kamar terpasang fotoku dan Karin saat pernikahan kita itu. Aku tersenyum melihatnya.

"Ryan?" Panggil Karin tiba tiba dari belakangku.

"Yes, honey?" Jawabku.

Dia memasuki kamar anak kita berdua dan mencium bibirku. Lihat bagaimana mood nya berubah drastis? Weird, right?

"Sedang apa kau disini?" Tanya Karin.

Aku tersenyum dan melingkarkan tanganku ke pinggangnya. Lalu aku mencium keningnya.

"Sebentar lagi anak kita tidur disini, sayang." Ucapku.

"Kenapa sih harus tidur terpisah?" Tanya Karin.

"Dengan kita?" Ucapku dan Karin pun mengangguk. "Agar nanti kalau malam malam kita fucking hard mereka tidak melihatnya." Ucapku.

Karin memukul dadaku. "Ryan, kamu sangat nakal."

Aku tertawa dan mencium pipi Karin. "Ya, mungkin aku nakal. Tapi aku janjikan aku akan menjadi ayah yang baik bagi anak anak kita." Ucapku.

"Kamu janji akan menjaga anak kita?" Tanya Karin.

Aku tersenyum dan mencium bibirnya. "I promise." Ucapku.

Karin pun tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di dadaku. Agak sulit karena, you know, perutnya yang besar itu. Lalu ia mengamati seluruh ruangan.

"Aku bisa membayangkan betapa tampannya kau nanti saat menidurkan anak anak kita." Ucap Karin.

"I know, honey. Memang aku selalu tampan." Ucapku.

Karin mencubit pahaku. "Kamu terlalu percaya diri."

"Itu karena memang aku tampan." Ucapku santai.

Karin pun tertawa. Aku sekarang memeluknya dari belakang. Aku menimbun muka ku ke pundaknya. Aku mengecupi pundak nya dengan lembut. Karin menikmati kecupan ku sambil melihat ke sekeliling ruangan.

Aku sungguh mencintainya. Lebih dari apapun. Dia adalah segalanya bagiku. Dia lah cinta sejatiku. Aku tak akan bisa melanjuti hidup tanpanya. Aku berjanji aku akan menjaga Karin dan anak anak kita sampai ajal menjemputku. Mereka adalah anugerah paling indah yang telah tuhan berikan padaku.

"Kamu tidak berangkat kerja?" Tanya Karin.

Aku tertawa kecil lalu membalikkan tubuh Karin. Dan aku pun mencium bibirnya dengan seribu hasrat yang menerjang. Ciuman nya terasa hangat namun hampa. Mungkin mood nya sudah berubah lagi.

Aku pun berhenti mencium bibirnya dan aku mencium keningnya. "Okay, aku berangkat dulu. Tapi setelah sarapan."

Karin tersenyum lalu meninggalkan kamar anak anak kita. "Sleep tight, my kids." Ucapnya sambil keluar dari kamar.

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang