♀
Akbar mencium ku. "Buka bajumu." Ucapnya. walaupun dia sekarang suami ku. Aku tidak merasa terangsang sama sekali. Aku sayang dia, tapi hanya sebatas keluarga. Tidak lebih dari itu. Aku bahkan tidak mencintainya sama sekali. Tapi ini adalah kewajiban seorang istri untuk melayani suaminya dan akhirnya aku membuka baju dan menunjukkan seluruh lekuk badanku kepadanya. Dia menatapku dengan tatapan bergairah. Dia mulai mencium keningku. "Berbaringlah dikasurku." Ucapnya. Dia tidak sehebat Ryan. Ryan tidak perlu menyuruh ku untuk berbaring. Pasti dia akan menggendongku dan manjatuhkan ku di kasur. Ryan lebih pintar dalam hubungan intim. Tapi tentu saja aku menuruti perkataan nya. Aku berbaring di kasur dan dia menaiki ku. Lalu dia memasukkan miliknya ke vagina ku. Aku merasa kesakitan. Namun tidak menikmatinya sama sekali. Dia tidak pandai mengirim emosi melalui tubuhnya.
"Karin!" Ucap ibuku dari luar kamar dan aku terbangun dari mimpi buruk ku itu.
Aku menuju pintu dan membuka pintu kamarku. "Ada apa mbu?"
"Sebentar lagi teh kan ada pertemuan dengan keluarga Akbar untuk merencanakan pesta pernikahan mu. Mandi sana rapih rapih pakai baju yang bagus."
Aku terdiam dan memalsukan senyum pada ibuku.
Aku mungkin telah bangun dari mimpi buruk ku. Tapi ternyata bukan hidup ku bukan hanya dimimpi saja yang buruk, namun juga di kenyataan. Sekarang tidak ada gunanya lagi mengeluh. Aku sudah menerima permintaan Akbar. Aku sudah menyetujui untuk menjadi pasangan hidupnya. Lusa ijab kabul akan dilakukan. Aku sangat takut. Walaupun aku berusaha keras untuk mendapatkan Ryan, tetap saja dia memilih Alessandra. Tentu saja dia lebih cantik dariku. Tubuhnya terbentuk sangat sempurna tidak seperti tubuhku.
Aku menuju kamar mandi lalu aku membuka baju. Dan menyiram tubuhku. Dan tiba tiba perasaan itu muncul lagi.
Aku merasakan sentuhan Ryan di sekujur tubuhku. Setiap saat air menyentuh bagian bagian yang telah disentuhnya itu, Aku merasa sentuhan nya. Aku menangis sejadi jadinya. Bagaimana bisa aku memberikan tubuhku kepada Akbar ssat jiwa dan hatiku itu milik Ryan?
Sentuhan nya tidak pernah hilang dari ingatan ku. Cara dia menyentuhku dengan lembut. Cara dia mengirimkan seribu setruman listrik ke tubuhku. Aku ingat saat wajahnya memerah karena terangsang. Aku ingat nafas nya yang memberat di kulitku.
Hanya dengan membayangkan nya saja membuatku ingin berhubungan intim dengan nya. Aku menangis. Lagi.
Aku tidak bisa menjalankan semua ini. Apakaha aku salah karena aku menerima lamaran Akbar hanya karena patah hati? Mungkin aku bukan patah hati tapi aku marah. Bagaimana bisa dia sebodoh itu dan melupakan ku? Bagaimana dengan semua yang telah dia perbuat padaku?
Aku keluar dari kamar mandi dan memakai baju sederhana. Lalu aku membuka jendela. Aku mencabut kertas yang ku jadikan ganjalan untuk menutup jendela ku itu. Tanpa sadar aku membuka lembaran kertas itu. Lalu aku membaca isinya. Itu surat dari Ryan. Bagaimana aku tidak sadar kalau itu surat dari Ryan? Aku kira itu tiket kereta api yang dibeli ayahku berbulan bulan lalu.
Aku meneteskan air mata. Astaga. Jika saja surat ini kubaca berbulan bulan lalu. Aku tidak akan menjadi pacar Akbar dan sekarang aku tidak akan menikahinya. Aku hampir menangis tapi aku menahan nya karena aku harus bergegas menemui keluarga Akbar yang terdengar telah sampai di ruang tamu.
Aku langsung menuju ruang dan duduk disamping ayahku.
"Jadi bagaimana?" Ucap ayah Akbar kepada ayahku.
Mereka berbincang bincang namun aku tidak mendengarkan mereka sama sekali. Setiap kali mereka menyebut namaku aku hanya menoleh dan Aku menunjukkan senyum terbaikku. Berusaha menyembunyikan kepedihan yang menyayat nyayat hatiku sekarang. Aku bisa melihat Akbar yang sedang menatapku dari seberang tempat duduk ku. Namun aku tidak menghiraukan nya. Aku berharap Ryan lah yang sedang duduk di tempat dia duduk itu.
Pertemuan ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam. Sekarang aku sedang menuju butik di tengah kota Bandung berdua dengan Akbar untuk memilih baju pengantin muslim yang akan ku kenakan pada saat Ijab Kabul lusa nanti.
"Kamu terlihat tegang." Ucap Akbar sambil menggenggam tanganku. Tegang? Tegang katamu? Aku hancur.
Aku memandang nya dan tersenyum. "Sedikit." Ucapku.
"Kamu mau bulan madu dimana?" Tanya Akbar. Ryan tidak akan menanyakan nya. Dia pasti sudah merancang nya. "Aku sudah tidak sabar." Ucapnya sambil mengedipkan mata padaku.
"Terserah kamu dimana." Jawabku tidak menghiraukan kalimat kedua nya itu.
Setiba nya di butik, setiap kali aku memilih gaun, Akbar selalu tidak menyukainya. Seharusnya dia membiarkan aku memilih, ini pernikahanku. Seharusnya semua dilakukan sesuai kemauan kita. Belum menikah saja aku sudah muak dengan perilakunya.
Aku menjauh dari Akbar yang sibuk memilih gaun dan berbincang dengan salah satu karyawan butik itu.
Tiba tiba ada salah satu karyawan butik menghampiriku. "Teteh kenapa ko keliatan sedih milih pakaian pernikahan?" Aku terdiam dan tersenyum. "Teteh terpaksa menikah ya?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepala. "Kenapa kamu bisa berkata seperti itu?" Tanyaku dengan ekspresi bingung.
Dia senyum santai. "Saya teh kerja disini sudah 5 tahun. Beribu ribu pengantin keluar masuk butik ini. saya teh selalu mengamati mereka. Jika mereka memilihnya sambil berpegangan tangan atau senyum atau selalu mengecup satu sama lain, jelas itu tipe pasangan yang bahagia. Dan juga ada tipe seperti teteh."
Aku terbingung. "Memang nya aku tipe yang seperti apa?" Tanyaku.
"Yang bermuka murung dan tidak melakukan yang saya sebut tadi." Ucapnya. Aku terdiam. "Jika ada pilihan gaun hitam kelam, saya teh pasti ngusulin teteh beli gaun itu." Lanjutnya.
Aku pun tertawa. "Terimakasih, setidaknya ada orang yang membuat ku tertawa lagi." Ucapku.
----
Aku sampai di hotel di pusat kota bandung. Akbar meminta untuk tidur sekamar denganku. Jika dia Ryan, aku akan setuju dengan mudahnya, namun sayang dia bukanlah Ryan. Jadi aku mengancam nya agar kita pisah kamar. Sesampainya dikamar hotel. Akbar langsung ku suruh untuk pergi ke kamarnya. Aku menangis duduk di pinggir kasur. Tiba-tiba aku merasa ada orang yang sedang memperhatikanku menangis dari pintu kamar hotelku. Namun saat aku menengok pintu itu tertutup rapat Dan aku melanjutkan tangisanku.
***
VOTE ! MUAH :*
KAMU SEDANG MEMBACA
A pray of Desire
RomanceAmerica- International Love Story by SweetImagination Dia membukakan pintu yang selama ini tertutup untuk Ryan. Ryan Blake adalah seorang anak jutawan yang paling di incar asal Amerika. Karena dirinya terlalu nakal dan ayahnya sudah tidak sanggup u...