Chapter 25

34.7K 1.3K 5
                                    

Aku menuju kamar satunya dan menutup pintu rapat rapat. Aku merasakan nafsu mengalir deras di sekujur tubuhku. Tolonglah karin. Berhenti membuatku hampir jatuh ke dalam jurang nafsu berujung neraka ini.

Aku menarik nafas berkali kali agar aku merasa tenang. Aku melihat ke luar jendela sambil mencoba untuk menghilangkan rasa nafsu yang menyiksa ku ini. Aku mencoba untuk mengalihkan perhatian kepada cahaya cahaya gedung di luar hotel megah ini. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka.

Aku menoleh dan melihat Karin yang sedang tidak mengenakan sehelai baju pun. Astaga. "Babe, apa yang kamu lakukan disini?"

"Kamu tidak ingin bercinta denganku?" tanyanya sambil mendekatiku.

Aku menelan ludah. "Tidak."

Dia tersenyum nakal. "Jangan berbohong, Ryan." ucapnya semakin dekt denganku.

Aku menatap payudara nya yang indah. "Maksudku, tidak sekarang."

Dia menekan payudara nya ke dadaku. "Kenapa?"

Aku bernafas terengah engah. "Aku belum menikahimu."

Dia terdiam sejenak dan tersenyum. Ia menghela nafas. "Syukurlah." ucapnya lalu duduk di pinggir kasur.

Aku mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

"Aku kira kamu tidak mau bercinta denganku karena kamu marah." ucapnya.

Aku memandangi rambut halus di sekeliling vagina nya itu. "Aku tidak marah." ucapku,

"Iya, aku kira kamu sedang marah." ucapnya.

Aku menghampirinya dan mencium kening nya. "Aku tadi meninggalkan mu karena aku takut kehilangan kendali, bukan karena aku marah."

--

Aku membuka mata dan melihat Karin yang sangat cantik sedang duduk memandang ku.

"Selamat Pagi, tampan." ucap Karin. "Sepertinya selamat siang lebih pas."

Aku pun tertawa dan bangun untuk duduk. Aku menyandarkan kepalaku ke dinding. "You are so beautiful."

Ia tersenyum malu dan menunduk. "Ada telepon dari ayahmu."

Aku pun terdiam, Karin memberikan telepon genggam ku. Aku menaruh nya di telingaku. "Hello." ucapku dengan suara mengantuk yang berat dan menyebalkan.

"Ryan, my son, ayahmu ini sedang sibuk di Los Angeles."

"Karena itu tadi malam kau tidak ada di Dubai?" tanyaku.

"Benar sekali. Ayah ingin minta tolong, nak."

Aku mengerutkan dahiku. "Minta tolong apa?"

"Ayah ada meeting di Dubai mengenai perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaan ayah."

Aku terdiam. "Ayah, aku tidak bisa."

"Kamu bisa Ryan, kamu hanya butuh hadir dan melihat presentasi dari orang orang itu dan katakan apakah kamu setuju atau tidak. Bahkan mereka lah yang pantas tegang untuk menemui mu. Ayolah, kamu sempat kuliah Business."

Aku terdiam dan menghela nafas. "Okay."

Ayahku terdengar bersorak gembiri. "Bagus. Meeting akan di mulai jam 10:30. dan itu 30 menit dari sekarang. Meeting akan dilaksanakan di ruangan pertemuan di hotel mu sekarang."

"Shit." ucapku.

Aku mematikan telepon dan langsung beranjak dari kasur ke lemari. Namun di dalam lemari tidak ada apa apa.

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang