Chapter 17

33.6K 1.5K 15
                                    

Aku menutup pintunya dengan cepat. Aku berharap dia tidak melihatku. "Tidak ada Alessandra di dalam sini." Ucapku kepada teman temanku.

Kita sudah sampai di hotel yang telah dilacak oleh Ayah Jen.

"Itu berarti dia berada diruang yang satunya. Ayo kita kesana, Ryan." Ucap Rob.

Aku menggeleng. "Aku ada urusan yang belum selesai." Ucapku. "Kalian tangani dia."

Rob menepuk pundakku. "Go get your real girl." Ucapnya. Aku tersenyum dan mengangguk. Dan mereka meninggalkanku di depan pintu ini sendiri.

Wanita di dalam kamar ini adalah wanita yang kucinta. Aku harus menemuinya.

Setelah berusaha memberanikan diri. Aku langsung membuka pintunya dengan tiba tiba.

Dia menoleh terkejut. Saat dia sadar kalau ini aku, wajahnya terlihat lebih terkejut.

"Karin?" Panggilku.

Dia berdiri menghadapku. "Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Tanyanya marah.

"Apakah benar kamu adalah orang yang sebenarnya ku cinta?" Tanyaku.

Dia mengangkat kan bahu. "aku tidak tau. Jika kamu mencintaiku kamu akan tau."

Aku mendekatinya sampai kita hanya dibatasi oleh udara yang mulai memanas. "Jika kamu mencintaiku, kamu akan membantuku keluar dari Amnesia ini."

Dia terdiam. "Kamu tidak mengingatku?" Tanyanya dan aku menggeleng. "Jadi? Alessandra?"

"Dia bersekongkol dengan Akbar." Ucapku.

Dia terkejut. Lalu dia menatapku dengan tatapan penuh cinta dan menyentuk daguku. "Aku minta maaf, Ryan."

"Maaf kenapa, sayang?" Tanyaku.

"Jika aku setia denganmu ini semua tidak akan.."

"no no, please dont say that." Ucapku memotong kalimatnya. "Aku tidak tahu apa yang telah ku lakukan, tapi aku yakin itu juga kesalahan bodohku."

Aku mendekatinya. Tanpa kusadari aku menjatuhkan bibirku ke atas bibirnya. Dan aku menyadari bahwa aku memang mencintainya. Aku mengetahuinya dari reaksi tubuhku akan ciuman nya.

Aku berhenti mencium nya. Aku menatapnya. "Kamu hebat." Ucapku. Karin menatapku dengan bingung. "Belum apa apa kamu sudah membuatku jatuh cinta lagi kepadamu."

Dia tersenyum dan mencium ku lagi. "aku mencintaimu, Ryan."

"Aku juga mencintaimu." Ucapku tanpa ragu. "Make love to me." Ucapku berbisik di sela sela ciumanku.

Dia berhenti mencium ku dan duduk di pinggir kasur. "Aku tidak bisa melakukan ini." Ucapnya.

"Mengapa?" Tanyaku.

"Aku akan menikahi Akbar pada lusa ini."

"What the fuck?" Cemburu membakar jiwaku. "Kalau kamu cinta padaku kamu tidak akan melakukan itu."

Dia berdiri menghadapku dengan sangat dekat. "Kamu juga melakukan nya! Kamu pasti sudah bercinta dengan Alessandra akhir akhir ini." Ucapnya dengan lantang.

Aku menunduk. "Tidak." Aku menatapnya. "Setiap kali aku mencium nya bayangan mu muncul dibenakku." Dia terdiam dan berusaha mengalihkan pandangan. "Tatap aku, Karin." Dia tetap tidak memandangku. "Do you love me?"

Aku menatapnya. Haruskah dia mempertanyakan itu? "Aku mencintaimu lebih dari apapun, Ryan." Jawabku.

Dia tersenyum. "Kaburlah denganku." Aku terkejut mendengar nya. Tapi aku tidak tahu kenapa, aku merasa itu bukan lah ide yang buruk. Aku mengangguk dan dia langsung mencium bibirku.

"Sayang kita harus pergi sekarang." Ucap Akbar terburu buru. "What the fuck are you doing here?" Tanya nya melihat Ryan.

Ryan menghampirinya. "How are you, man?"Ucapnya sambil berjalan mendekatinya. Tiba tiba.. Dia meninju muka Akbar dan Akbar langsung jatuh ke lantai. "Itu balas dendam ku karena kamu telah membuatku amnesia dan hampir salah mengambil langkah. Sekarang silahkan berurusan dengan teman temanku" Ucapnya. Aku tersenyum. "Ayo kita pergi sekarang."

"Sekarang?" Tanyaku dan dia mengangguk. "Bagaimana dengan baju bajuku?"

"Kita bisa membelinya nanti di Miami." Ucapnya. Miami? Kita mau ke Miami? Tanyaku didalam hati. "Ayo kita keluar." Ucapnya menarik tangan ku.

Kita berlari keluar hotel. Semua memandang kita. Aku menatapnya yang berlari dengan sangat indahnya. Aku merindukan nya.

"Ayo masuk." Ucapnya sambil membukakan pintu mobil mewah Alphard itu. Aku masuk kedalamnya. "Take us to the airport right now." Ucapnya.

"Aku tidak punya passport." Ucapku.

"Dan aku punya uang." Aku tertawa mendengar perkataan nya. Dia mencium ku dan langsung menelpon seseorang.

"Siapkan jetku sekarang. Biarkan Alessandra terjebak disini." ucapnya.

---

Sesampainya di bandara. Dia langsung menarikku keluar mobil dan mengajak ku berlari. Namun tubuh mungilku sudah tidak kuat lagi. "Aku tidak bisa berlari lagi." Ucapku.

"Dasar payah." Ujarnya dan langsung mengangkat tubuhku ke bahunya. "Diam dan nikmati."

Aku tertawa saat dia mengangkat ku di bahunya. Semua orang memandang kita. "Turunkan aku. Semuanya menatapku."

"Jangan malu." Ucapnya. "Permisi semuanya, Aku harus berbulan madu secepatnya karena aku sudah tidak tahan." Teriaknya ke semua orang. Aku pun tertawa.

Bagaimana bisa dengan mudahnya Ryan mengubah hariku yang buruk menjadi hari terbaikku?

"Sekarang jalan, aku sudah tidakkuat lagi." Ucapnya dan aku tertawa.

"Mr. Blake. Silahkan ikuti aku." Ucap seorang pria separuh baya. Dan kita mengikutinya. Kita memasuki lorong yang aneh dan tiba tiba kita sudah berada disebuah pesawat kecil.

"Aku kira pesawat itu besar." Ujarku.

Dia tertawa. "Ini pesawat milik ayahku." Ucapnya dan aku terkejut.

"Kamu pasti bergurau." Kataku. Dan dia menarikku untuk melihat keluar jendela.

"Lihat sayapnya." Ucapnya dan aku melihat nama belakang Ryan, Blake terlukis rapih diaatasnya. aku terkejut menutup mulutku. "Selamat datang di kehidupan ku." Ucapnya.

Aku langsung mencium bibirnya secara bergairah. "Aku mencintaimu." Ucapku.

"Aku tahu itu." Jawabnya dan aku tertawa.

Dia mencium leherku dan aku mulai merasa geli. "Jangan disini sayang." Ucapku.

DIa berhenti dan menatapku. "Jadi di tempat lain aku boleh melakukan nya?"Tanya nya dan Aku mengangguk. Dia mengecup keningku. "Aku tidak sabar sampai kerumah." Ucapnya sambil mengedipkan mata. "Aku mencintaimu."

***VOTE

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang