♀
Sudah satu bulan Ryan bersikap dingin padaku. Aku mulai merasa dia sudah tidak mencintaiku lagi. Setiap hari dia pergi pagi dan pulang malam. Mungkin dia sudah memiliki orang lain.
Bahkan aku sekarang tidur di kamar yang berbeda dengan nya. Setiap malam aku menunggu nya di sofa ruang tamu di lantai bawah bersama Dorothy. Dorothy sekarang sudah seperti ibu ku sendiri. Dia suka menyisir rambutku.
Hari ini adalah hari yang bercuaca labil. Tadi pagi hujan yang jarang dayang di miami turun deras lalu tadi siang sinar matahari sangat menyengat
Sekarang jam 11 malam dan hujan turun lagi. Seperti biasa, Ryan sedang tidak ada di rumah. Dan aku sedang menunggunya.
"God dammit, I am so wet." Ucap Ryan tiba tiba masuk dengan tubuh yang basah kuyup.
Dia terlihat menggigil. Aku pun menghampirinya. "Kamu tidak apa apa, Ryan?"
Dia menundukkan kepala nya sambil menahan dingin. Bibir nya berwarna ungu dan itu menunjukkan bahwa dia sedang kedinginan dan tidak kuat.
Aku menuntun nya ke kamar nya. Dan memasukkan nya ke kamar mandi. Dia masih menunduk menahan rasa dingin yang menyerbu tubuhnya itu.
Aku menyentuh dagu nya dan dia tidak menolaknya. Aku merindukan kulit dagunya yang agak kasar.
"Aku gantikan baju ya?" Ucapku. Dia hanya terdiam.
Aku ke lemari pakaian dan mengambil baju tidur Ryan. Dan kembali ke kamar mandi. Ryan masih berada di posisi yang sama. Aku mulai khawatir.
Aku mulai membukakan baju nya. Lekukan tubuh nya yang sempurna itu mulai terlihat. "Kamu sangat indah, Ryan." Ucapku sambil mengelus dadanya yang berotot itu.
Ryan masih menggigil. Aku memakai kan baju nya dan mengeringkan rambut nya dengan handuk.
Setelah itu aku menuntun nya ke kasur dan dia masih sangat kedinginan. Aku membaringkan tubuh nya ke kasur dan menyelimuti nya. Aku pun memutuskan untuk meninggalkan kamar. Aku mengecup kening nya.
"Please don't leave." Ucap ryan dengan suara menggigil sambil menggenggam tangan ku dengan erat. "Sleep next to me."
Aku tersenyum malu mendengar perkataan nya. Aku pun langsung membaringkan tubuhku di sampingnya. Dia menatap ku dengan tatapan kosong.
"Kamu malaikat?" Tanya Ryan. "Atau iblis?"
Aku mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
"Biarkan aku mencium mu agar aku tahu apa sebenarnya dirimu ini." Ucapnya dan langsung mencium ku tanpa izin. Dia mencium ku dengat sangat bergairah. Lalu dia berhenti dan menatapku lekat lekat. "Kamu dua dua nya."
Aku terdiam. "Ya mungkin itu lah manusia, setengah malaikat dan setengah iblis."
Dia terseyum polos. "Aku ingin mencium bibir itu sepanjang malam."
Aku menatap nya. Dan dia bergerak menaiki tubuhku. Astaga.
Dia pun mulai menciumi leherku dan menggigiti kulitnya dengan lembut. Dia menekan nekan vagina ku dengan tangan kanan nya. Aku mendesah kenikmatan.
"Buka bajumu." Ucapnya. Aku pun menurutinya dan dia membuka bajunya juga.
Dia menciumi payudaraku. Aku tak tau setinggi apa aku sudah melayang. Dia menjilat ku dari payudara dan turun ke vagina. Dia memainkan vagina ku dengan sangat pandai. Dia menjilati dinding sensitif vagina ku. Aku membuka lebar kaki ku, membiarkan dia masuk. Dan saat dia menjilati hampir bagian dalam vagina ku, tubuhku langsung tegang.
Dia mengemut nya dan memainkan nya dengan jari. Tiba tiba dia berdiri. Dan langsung memakai baju.
"Astaga. Maaf saya tidak bisa mengontrol diri saya." Ucapnya.
Aku pun terdiam, nafasku terengah engah. Aku berdiri menghampirinya. Dan aku menamparnya.
"Berhenti bersikap bodoh, Ryan. Aku mencintaimu. Dan aku tahu kamu pun mencintaiku." Ucapku.
Dia memandangi pintu dan aku tau maksudnya. Kita berlari balapan menuju pintu. Dia ingin keluar dan aku ingin mengunci nya dan menyembunyikan nya.
Dan tubuh kecil ku menang. Aku mengunci pintunya dan memegang erat erat kunci nya itu.
"Berikan kunci kamar ku!" Bentak nya.
Aku menatap nya dengan nakal. Aku mundur dan duduk di pinggir kasurnya sambil membuka kaki ku lebar lebar. "Bagimana kalau kunci nya ku taruh di sini, kamu masih mau mengambil nya?" Ucapku sambil menempelkan kunci nya ke atas vagina ku.
Ryan terdiam memandangi vagina ku sambil menggigit bibirnya. Aku menyembunyikan kunci nya di balik selimut selimut itu.
"Jika kamu tidak suka berbicara dengan santai. Mari kita bicara seperti ini." Ucapku.
Aku menghampirinya dan menciumi lehernya. Dia menyenderkan badan nya ke pintu. Aku bertekuk lutut dan membuka celana nya yang belum rapih dia pakai. Dan aku langsung memasukkan si gagah ke mulut ku. Dia mendesah pelan.
"Bagaimana perasaanmu?" Tanya ku di sela sela hisapan ku itu.
"Enak." Ucapnya sambil bernafas berat.
Aku menjilati ujung penis nya. "Bukan itu maksud ku. Jelaskan mengapa kamu bersikap dingin padaku selama itu."
Dia terdiam. "Karena aku membencimu."
Aku menjilati testis nya. Dan dia pun mendesah. Sambil berbisik kata 'shit' berkali kali. "Jangan bohong, Ryan. Kamu tidak tampak membenci ku sekarang."
Dia langsung bergerak meninggalkan ku ke kamar mandi dengan penis yang sedang tegang. Aku mengikutinya.
"Bagaimana bisa malam itu kamu pergi dan hampir bercinta dengan lelaki lain?" Ucapnya sambil membuka pintu shower nya. "Masuk."
Aku terdiam dan menurutinya. Dia membuka baju nya dan masuk ke dalam shower.
Dia masuk dan langsung menggigit ujung payudaraku dengan kasar aku teriak kesakitan.
"Kamu tidak tahu bahwa kamu adalah milikku?" Ucapnya sambil menjilati leherku.
Air turun di atas kita. Ini momen yang sangat sensual. Aku merindukan momen momen ini bersama Ryan.
Aku terdiam dan memeluk Ryan dengan erat. "Aku merindukanmu. Jangan membiarkan aku sendiri lagi." Ucapku sambil memainkan penis nya di tangan kanan ku.
"Shit. Kamu tau caranya untuk meluluhkan ku." Ucapnya. Dia memandang ku dan mencium bibirku. "Jangan pernah kamu bertingkah bodoh lagi." Ucapnya.
Dia menyabuni tubuhku. Sambil menjilati bagian bagian yang lain.
Saat tangan nya meraih vagina ku, dia terdiam sejenak terfokus pasa vagina ku. Dia membuka lebar vagina ku dengan jari telunjuk dan jari manis nya lalu dia memainkan nya dengan jari tengah nya.
Aku tertawa geli. "Mengapa kamu hanya membersihkan bagian itu?"
Dia tertawa dan mengecup pipiku. "Karena di sinilah nanti aku akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa."
Aku tersenyum mendengar perkataan nya. Dia berhenti memainkan tubuhku dan membersihkan dirinya. Setelah itu dia langsung keluar shower dan memakai handuk.
Dia menuntun ku keluar. "Jika aku berada di dalam sana lebih lama bersama mu, aku tidak akan bisa mengontrol diriku dan pasti aku akan berhubungan intim dengan mu. Dan itu bukan lah yang aku inginkan."
Aku menatapnya. "Jadi kamu tidak mau berhubungan intim dengan ku?"
Dia tertawa dan mengecup kening ku. "Kamu tidak tau betapa ingin nya aku memasukkan si gagah ke dalam dirimu. Tapi yang pertama, aku ingin menjadi yang sah dulu bagimu." Ucapnya.
Aku tersenyum malu mendengar perkataan nya itu.
***
Jelas singkat dan sensual wkwk. Vote!Oh iya, follow me ya. Karena setelah yang ini aku mau nulis lagi. Jadi aku harap kalian mau membaca cerita ku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A pray of Desire
RomanceAmerica- International Love Story by SweetImagination Dia membukakan pintu yang selama ini tertutup untuk Ryan. Ryan Blake adalah seorang anak jutawan yang paling di incar asal Amerika. Karena dirinya terlalu nakal dan ayahnya sudah tidak sanggup u...