Pesan dari Hati | 08

756 97 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Jatuh cinta memang setiap manusia akan merasakannya, sebab itu merupakan perasaan murni yang berasal dari hati."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Raut bahagia Arhan tercetak jelas di wajahnya, saat wajah sang Umma muncul di layar ponsel Ikhsan. Ya, Arhan meminjam ponsel Ikhsan untuk melakukan video call dengan ponsel Siti--perempuan yang selalu mengejarnya di Desa. Sebab, hanya Siti lah orang yang mempunyai ponsel terkini, yang bisa menyambungkan ke sambungan video call.

"Arhan Nak? Kamu baik-baik saja kan disana?"

Arhan mengangguk, dengan seulas senyum diwajahnya, sungguh, Arhan sangat merindukan usapan lembut sang Umma di pucuk kepalanya, tutur katanya yang selalu menjadi penyemangat Arhan sampai sekarang.

"Alhamdulillah Umma, Arhan baik-baik saja. Umma sehat kan? Jangan bekerja terlalu keras Umma, Arhan tidak mau Umma sakit."

Diseberang sana, Umma Rani tersenyum tipis mendengarkan nada cemas dari anak bungsunya.

"Alhamdulillah Umma baik-baik saja Arhan. Kamu kenapa baru menelepon Nak? Umma sungguh khawatir terjadi apa-apa denganmu di Jakarta."

Melihat raut khawatir yang tercetak di wajah renta sang Umma, membuat Arhan merasa sangat bersalah. Sudah satu bulan ia tidak memberi kabar, Arhan kira sang Umma mengerti kalau Arhan akan baik-baik saja, ternyata sang Umma masih saja mengkhawatirkan dirinya.

"Maaf Umma, Arhan tidak tahu kalau Umma sekhawatir itu. Arhan disini baik-baik saja kok. Oh ya, Arhan mau kenalin temen Arhan disini. Namanya, Ikhsan."

Ikhsan yang sedari tadi sibuk memakan camilan di sebelah Arhan terkejut, sampai hampir tersedak.

Arhan menggeser ponselnya agar layar ponsel bisa menampilkan wajah Ikhsan.

"Eh, Assalamu'alaikum Bu, saya Ikhsan. Temen Arhan yang rumahnya di depan kontrakan Arhan. Ibu jangan khawatir, Arhan dalam pantauan saya."

Umma Rani terkekeh kecil diseberang sana, dia merasa lega karena sang putra ada yang menemaninya.

"Wa'alaikumsalam Ikhsan, Alhamdulillah. Terimakasih sudah mau menjadi teman Arhan. Kamu bisa panggil Umma saja, seperti saat Arhan memanggil." 

Arhan tersenyum, begitu juga Ikhsan. Lantas, ponsel Ikhsan digeser sang empu sehingga layar ponsel penuh wajah Arhan.

"Lo aja yang ngomong, gue kebelet pipis nih," bisik Ikhsan membuat Arhan pun mengangguk.

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang