Pesan dari Hati | 30 (End)

1.9K 121 19
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Pesan yang disampaikan isi hati, melalui tatapan mata dari kedua belah pihak, bisa menimbulkan getaran dalam dada yang berujung membuat keduanya jatuh cinta."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Mencintai merupakan hak setiap insan di dunia ini, dan jatuh cinta juga diperuntukkan oleh siapa saja, baik pria dan wanita. Namun, saat cinta mengubah segala pandangan yang ada, berubah menjadi obsesi semata, maka penyesalanlah yang akan diterima nantinya.

Takdir Allah memang tidak ada yang tahu, bahkan termasuk jodoh sekalipun itu. Ujian kehidupan memang silih berganti datang, membuat banyak sekali kesabaran yang harus dipendam. Oleh sebab itu, mengapa manusia harus selalu bersyukur atas apa yang sekarang masih ada, atas apa yang Allah berikan kepada kita sebagai hamba-Nya.

"Mau ikut Umma sholat gak Nak?" ajak Umma Rani membuyarkan lamunan Arsyila yang sedari tadi menatap ke dalam ruangan Arhan melalui kaca tembus pandang di depannya, dimana lelaki itu masih saja menutup mata, setelah dinyatakan kritis oleh Dokter di Desa.

Arsyila tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Ayo Umma, tapi Arhan bagaimana?"

Umma Rani mengusap pucuk kepala Arsyila. "Ditinggal juga gakpapa kok Syila, Arhan gak akan kemana-mana."

Arsyila menggeleng, "Tapi kalau terjadi sesuatu dengan Arhan bagaimana Umma?"

Umma Rani tersenyum lembut, ia tahu, Arsyila yang membawa Arhan ke rumah sakit di Jakarta, setelah Dokter di Desa mereka merujuk Arhan untuk dipindahkan ke fasilitas rumah sakit yang lebih memadai. Sejak saat itu, Arsyila selalu menemani Arhan di ruangan setelah jam makan siang, sampai malam tiba. Sungguh, Arhan beruntung mendapatkan cinta tulus dari seorang Arsyila.

"Yaudah, kalau begitu biar Tika sama Fajar aja yang jaga."

Arsyila pun mengangguk, sebelum meninggalkan ruangan, ia menatap sekali lagi ruangan yang ditempati Arhan, netranya menyorot sendu wajah pucat yang terbaring disana.

"Cepat sembuh Arhan, aku tunggu janji kamu."

••••

Pak Baskoro menatap sendu sang putri yang dibawa dua orang polisi dengan kedua tangan yang sudah diborgol, ia tidak tahu, bahwa Siti bisa senekad ini. Sungguh, cara mendidiknya lah yang salah. Ia sebagai orang tua tunggal, sudah gagal dalam mendidik putrinya.

"Ayah," panggil seorang perempuan dengan kemeja putih, dipadukan dengan rok span warna hitam yang membalut tubuhnya.

Pak Baskoro membalikkan badanya menatap putrinya, sorot sendu kentara diwajah yang tak lagi muda.

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang