Pesan dari Hati | 16

913 112 7
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau saling cinta seharusnya bilang saja, tidak perlu sampai ditutupi, hingga membuat salah paham dikemudian hari."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Langkah kaki Arsyila memasuki rumahnya disambut raut khawatir tercetak jelas di kedua wajah orang tuanya.

"Kakak, Astaghfirullah! Kamu kemana aja sih! Abi cariin dari tadi," ujar Abi Dika langsung memeluk Arsyila yang hanya terdiam memandang lurus ke arah Zara.

Umi Ida mendekat pada putrinya dengan netra yang melirik kaki Arsyila, lalu mengusap pucuk kepala putrinya."Umi khawatir Kakak, kamu biasanya jarang keluar malem, sekalinya keluar, gak bawa mobil. Jad--"

Arsyila menggenggam tangan Umi Ida, "Kakak gakpapa Umi, Kakak hanya pergi sebentar tadi. Kakak udah ijin juga sama Adek kan?"

Zara mengangguk, kemudian berkata. "Tapi Kak Syila gak kasih tau mau pergi kemana. Jadi Za--"

"Yaudah, Kakak minta maaf. Ayo masuk, udah malem. Kakak mau istirahat," potong Arsyila menatap lekat Zara yang terdiam, sedangkan Zara membalas tatapan mata dari sang Kakak yang seakan asing baginya.

Ada apa sebenarnya?

Umi Ida dan Abi Dika bertatapan, kemudian keduanya menggeleng pelan, seakan memberitahu lewat tatapan mata atas sikap Arsyila yang berbeda.

Keempat orang tersebut masuk ke dalam rumah, Umi Ida dan Abi Dika sudah masuk terlebih dahulu di kamarnya yang terletak di lantai satu, sedangkan Zara sudah menaiki tangga menuju lantai dua ke kamarnya. Arsyila sendiri membelokkan tujuannya ke arah dapur untuk menegak segelas air, sebab tenggorokannya tiba-tiba kering.

Seusai meminum air, Arsyila bergegas menuju ke lantai dua.

Disaat Zara akan masuk ke dalam kamar yang terletak disebelah kamar Arsyila, langkahnya berhenti saat suara Arsyila terdengar kembali.

"Bisa bicara sebentar Dek?"

Zara mengurungkan niatnya membuka knop pintu, lalu menatap Arsyila yang menunggu jawabannya. Zara merasa sikap sang Kakak agak berbeda dengannya, biasanya Arsyila tidak perlu repot-repot meminta bicara dengannya, karena Arsyila bisa langsung mengutarakan saja, tetapi mendengar bahwa sang Kakak sampai memintanya bicara, Zara jadi takut kalau Kevin sudah memberitahukan yang sebenarnya pada sang Kakak.

"Bisa Kak, mau bicara apa?"

Arsyila menghela nafasnya, "Jangan disini, kita ke taman belakang aja."

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang