Pesan dari Hati | 18

872 111 19
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Cinta memang sebercanda itu, kadang datang membawa tawa, tapi pergi meninggalkan luka."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Rumah keluarga Admaja disulap menjadi tempat pernikahan mewah, banyak bunga yang menjadi ornamen dari pernikahan tersebut. Belum lagi saat di pintu masuk, tamu undangan disuguhkan dengan nama mempelai pengantin, yang diukir begitu indahnya.

Semua orang terlihat bahagia, tidak terkecuali Arsyila juga. Walaupun sakit hati masih ia rasa, setidaknya sang Adik bisa bahagia dengan lekaki yang dia cinta.

"Gaunnya pakai yang udah Kakak pesan ya Dek?" tanya Arsyila meminta persetujuan Zara yang sedang bersiap untuk dimake up.

Zara menatap sang Kakak dari cermin yang ada di depannya. "Iya Kak, toh badan Kakak sebelas dua belas kayak Zara. It's okay Kak."

Arsyila tersenyum, lalu berkata. "Kakak gak sempet bawa kamu ke butik. Soalnya waktu pernikahannya juga udah mepet kan. Gaun pernikahannya juga udah tinggal di kirim jad--"

Zara menarik lengan sang Kakak yang sedari tadi terus berbicara. "Kak Syila, Zara gakpapa kok pakai gaun pernikahan Kakak, it's okay, no problem."

Arsyila mengusap pucuk kepala sang Adik, dengan senyum yang masih terpatri. "Iya Adekku sayang. Gih ganti gaun dulu, habis itu langsung dimake up sama Mbaknya. Kakak ke bawah dulu ya. Mau urus yang lainnya."

Zara mengangguk, dengan Arsyila yang melangkah menuju ke lantai satu, dimana akad akan di gelar.

"Syila!"

Arsyila menoleh pada orang yang memanggil namanya, senyumannya langsung mengembang saat netranya bertabrakan dengan orang itu.

"Zea? Kok datengnya pagi banget? Akadnya kan pukul sembilan nanti," ujar Arsyila mendekat pada Zea yang juga menghampirinya. Ada Ikhsan juga ternyata.

Zea terkekeh. "Mau cicipin makanan La. Siapa tahu gue bisa nambah porsinya nanti."

Arsyila menggeplak bahu Zea disambut tawa dari perempuan bergamis biru muda, dengan jilbab senada.

"Kak Ikhsan juga ngapain dateng pagi? Jangan bilang Kakak ngikutin Zea ya?"

Ikhsan yang sedari tadi diam melihat seluruh penjuru ruangan, mengalihkan atensi ke Arsyila.

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang