Pesan dari Hati | 05

901 100 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalau saja bisa memilih pada siapa cinta akan berlabuh, maka di dunia ini tidak ada yang namanya patah hati."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Hari ini Arhan akan mendaftar kuliah, ia pun meminta izin ke Abi Dika secara langsung, disinilah Arhan sekarang, berada di ruang tamu perusahaan, menunggu kedatangan Abi Dika.

Seorang lelaki paruh baya datang, dan terlihat tersenyum memandang Arhan yang sedang menunggunya.

"Lama Han?" tanya Abi Dika seraya duduk di depan sofa yang tersedia di ruang tamu.

Arhan menggeleng, seraya menjawab, "Engga Abi."

Abi Dika tersenyum, "Mau apa ketemu sama saya?" tanya Abi Dika membuat Arhan pun lantas membuka suara.

"Saya minta izin untuk minta libur satu hari Abi, karena mau daftar kuliah hari ini," ujarnya membuat Abi Dika tersenyum.

"Boleh, nanti sekretaris saya yang urus semuanya. Oh ya, kamu mau daftar kuliah dimana?"

Arhan terdiam, sebenarnya ia belum memastikan akan mendaftar di kampus mana, sebab Arhan pun masih baru di Jakarta.

"Mau tidak saya masukkan ke kampus Syila? Syila kenal sama Rektornya, sekalian nan--"

Arhan menggeleng, merasa enggan karena Abi Dika sudah sangat baik selama ini dengannya. Terlebih, Arhan tidak ingin selalu bertemu dengan Arsyila, takut perasaan untuknya semakin dalam. Arhan tahu diri sebagai lelaki, ia tidak sekaya orang yang akan menjadi suami Arsyila, dan tidak berpendidikan setinggi perempuan itu juga.

Arhan tahu, benih cinta yang datang dengan sendirinya, selalu mengacaukan suasana hati Arhan setiap melihat sosoknya. Kalau saja Arhan bisa mengontrol perasaannya, ia tidak akan semudah itu jatuh cinta pada Arsyila.

"Saya daftar sendiri aja Abi, tidak apa-apa, saya sungkan kalau merepotkan Abi terus," balas Arhan membuat Abi Dika tersenyum tipis.

"Tidak sama sekali direpotkan Arhan, saya akan selalu membantu kamu meraih cita-cita kamu. Kamu ingin menjadi apa?"

Arhan merasa terharu dengan kebaikan Abi Dika, kalau sudah begini, ia malah merindukan mendiang sang Abi.

"Pengusaha sukses seperti Abi Dika."

"Aamiin, nanti saya coba hubungi Rektor Universitas Gemilang ya, oh ya. Kamu bisa coba keliling kampus dengan Syila, sebentar, saya hubungi dia dulu."

Arhan ingin mencegah Abi Dika, tetapi pria paruh baya tersebut sudah menempatkan ponselnya di telinga. Huft, bagaimana Arhan bisa menahan perasaannya kalau begini?

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang