Pesan dari Hati | 15

909 113 17
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Mencintai terlalu dalam kepada manusia, memang bisa menimbulkan kecewa, itulah mengapa Allah memberikan patah hati bagi Hamba yang melakukannya."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Kediaman keluarga Admaja panik sekita saat jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Arsyila belum pulang juga. Zara dan Zea yang terakhir bertemu perempuan tersebut hanya diberikan pesan kalau Arsyila pergi sebentar.

Rasa khawatir tercetak jelas diwajah ketiga orang yang duduk di ruang keluarga. Zea sudah pulang, karena Abi Dika yang menyuruhnya.

"Saya tidak mau tahu, cari putri saya dan temukan dia secepatnya!" seru Abi Dika pada beberapa bodyguardnya.

Abi Dika tidak pernah secemas ini sebelumnya, karena mengingat Arsyila selalu dalam pantauannya. Tetapi, Arsyila pergi tidak menggunakan mobilnya, bahkan tidak ijin kepadanya juga.

Mengingat itu semua, membuat hatinya sebagai Abi sangat takut sekali, bila terjadi sesuatu dengan putrinya.

"Adek beneran gak tau Kakak tadi pergi sama siapa? Dan kemana?"

Zara yang sedang menenangkan sang Umi yang menangis menggeleng pelan. "Kakak tadi hanya ijin mau keluar Abi, Adek juga gak tanya mau kemana, karena Adek dan Kak Zea sibuk menulis nama tamu undangan," jelasnya membuat Abi Dika menghela nafas kasarnya.

"Kakak ... Kemana sih kamu?" lirih Abi Dika berjalan mondar-mandir merasa sangat khawatir.

••••

Di area outdoor Restoran Cantika yang terletak di lantai dua, Arhan dan Arsyila duduk berhadapan. Tangis perempuan tersebut baru saja berhenti setelah Arhan dengan setia menunggunya.

"Maaf," lirih Arsyila membuat Arhan yang sedang menatap bintang di langit sana mengalihkan perhatian menatap wajah sembab perempuan di depannya.

"Sudah baikan Syil?" tanya Arhan membuat Arsyila malah kembali menangis lagi.

"Kakinya masih sakit? Tadi kan udah di obatin sama Mbak Indah," balas Arhan tidak tahu mengapa Arsyila malah menangis kembali.

Arsyila menggeleng. "Lo ... marah sama gue?" tanya Arsyila lirih, membuat Arhan langsung menggeleng.

"Marah kenapa? Kamu tidak salah apa-apa."

Arsyila mengambil tisu di meja, untuk menghampus air matanya yang selalu keluar setiap kali ia melihat wajah tenang Arhan di depannya, merasa tidak pernah marah kepadanya, dan itu jelas membuat rasa bersalah Arsyila semakin kuat.

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang