Pesan dari Hati | 28

908 90 17
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Bahagia bukan didapatkan dengan cara memaksakan kehendak, akan tetapi, memberikan nasihat bahwa tindakan yang dilakukan tidak dibenarkan."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Disaat suasana kalut yang Arhan terima, ia malah mendapatkan panggilan telepon dari seseorang untuk segera menemuinya.

Dan disinilah ia sekarang. Menunggu seseorang datang, sebab Arhan sudah lelah, ia berusaha menghubungi ponsel Arsyila. Namun, nomor perempuan tersebut tidak bisa tersambung sama sekali.

Setelah keputusan dari kepala desa, Arhan tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Bahkan sang Umma memohon untuk tidak menikahi Siti, kepala desa tetap dengan keputusannya.

Arhan bingung, ia ingin menolaknya tapi ia tidak bisa melakukanya. Semua bukti memang mengarah padanya. Walaupun ia mengelak, tetap saja Siti yang akan menjadi pemenangnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wassalamu'alaikum."

Arhan mengerutkan keningnya menatap seorang lelaki yang duduk disampingnya.

"Saya Dimas, lelaki yang satu hari kemarin mengkhitbah calon istri kamu."

Nafas Arhan tercekat. Ia menatap tajam Dimas membuat lelaki tersebut terkekeh.

"Tapi Syila menolaknya. Katanya dia sedang menunggu khitbah resmi seseorang."

Dada Arhan kembali sesak saat mengingat janjinya pada Arsyila yang belum bisa ia tepati.

"Saya tahu kamu tidak bersalah Arhan. Saya punya buktinya."

Arhan langsung menoleh cepat pada Dimas.

"Kamu punya buktinya?"

Dimas mengangguk.

"Tapi kamu harus ikuti rencana saya dulu."

"Baiklah."

Keduanya terdiam. Sebelum akhirnya Arhan kembali membuka suara.

"Bagaimana keadaan Syila. Dia baik-baik saja?"

Dimas menggeleng. "Dia tidak baik-baik saja."

Arhan menatap Dimas dengan wajah cemasnya.

"Maksud kamu?"

Dimas menghela nafasnya.

"Syila sepertinya salah paham denganmu."

Arhan semakin tidak mengerti apa maksud ucapan Dimas.

"Syila menelponmu, kamu tidak tahu?"

Arhan menggeleng. "Sejak kemarin nomor Syila tidak bisa saya hubungi."

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang