Pesan dari Hati | 09

725 97 15
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kalaupun perjodohan sudah ditetapkan, dan khitbah resmi bahkan sudah dilangsungkan, tetapi untuk urusan perjodohan, bukan tangan manusia yang melakukan. Tetapi, Allah yang menentukan."

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Suasana Restoran Cantika tempat kerja Arhan hari ini cukup ramai, terbukti dari banyaknya pesanan sedari tadi. Arhan pun sebisa mungkin menyibukkan dirinya sendiri, hingga ia tidak akan mengingat acara khitbah resmi yang akan dilangsungkan Arsyila malam ini. Mengingat itu, membuat Arhan sakit hati, walau Arhan tidak bisa menyalahkan Arsyila untuk ini.

Arhan tahu, perasaan Arsyila memang semu. Dia mudah sekali jatuh cinta pada lelaki yang akan dijodohkan dengannya. Tetapi, Arhan malah sebaliknya. Ia mudah melabuhkan hati untuk Arsyila.

Singkat cerita, saat terakhir bersama dengan Arsyila di minimarket, perempuan tersebut undur diri, karena akan ke kampus. Arhan pun hanya bisa melihat punggung kecil tersebut yang menghilang dan masuk ke dalam mobil. Dan setelah itu, Arhan tidak bertemu lagi dengan Arsyila, karena ia juga harus bekerja di restoran ini.

"Han, antar pesanan meja nomor 10 ya," ujar Indah yang datang dari arah dapur dengan tangan membawa sticky notes, serta pulpen ditangannya.

Arhan mengangguk, sembari mendekat ke arah Indah. Setelah nampan pesanan berada ditangannya, ia berjalan pelan menuju meja nomor 10. Ada seorang perempuan muda, yang umurnya dibawah Arsyila, mungkin? Tetapi hanya sendiri, seakan sedang menunggu seseorang datang, sebab Arhan bisa melihat dari tadi, sang perempuan sibuk menatap ponsel, kemudian jam tangan dipergelangan tangannya, seraya netranya menatap pintu masuk restoran.

"Permisi, ini minumannya Mbak," ujar Arhan sopan. Membuat sang perempuan yang tadinya menunduk menatap ponsel, sekarang mengangkat kepalanya menatap Arhan.

"Terimakasih."

Arhan mengangguk, lalu pergi dari tempat setelah berpamitan.

••••

Suasana rumah kediaman keluarga Admaja sedikit ramai, ada dua mobil berjejer rapi di depan gerbang rumah tersebut.

Pintu utama rumah Admaja bahkan dibuka lebar seakan menyambut tamu datang. Makanan telah tersaji rapi di meja makan. Jam menunjukan pukul setengah delapan malam.

Arsyila yang sedari tadi sudah siap duduk di ruang tamu, bersama sang Umi yang menemani masih saja merasa deg-degan. Bagaimana tidak, ini acara khitbah resmi. Ya walaupun hanya dihadiri keluarga saja, tetapi setelah mempertemukan dua keluarga, membuat hubungan keduanya seakan bisa dipastikan.

Pesan dari Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang