Hukuman di Malam Hari

553 51 0
                                    

Yuhuuu....
Siapapun kalian yang nanti nemu ini cerita
Cuman mau bilang, terima kasih udah kesasar di cerita ini
Maaf kalau ceritanya jelek dan gak nyambung.

Happy reading semua.

.

.

.

Nigel tengah duduk dimeja belajarnya sembari menatap poster yang ada dalam genggamannya, poster lomba fotografi yang tadi diberikan oleh Liam. Dia terdiam, menimbang-nimbang apakah dia harus mengikuti lomba itu atau tidak? Kalaupun nanti dia menang lomba uangnya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari mengingat Papanya yang tidak pernah memberikannya uang bulanan selain uang untuk membayar sekolah, selebihnya dia mencari uang sendiri dengan bekerja di kafe Mas Tama.

Nigel menghela napasnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi menatap luar jendela kamarnya. Langit malam hari ini terlihat sedikit ramai dengan taburan bintang, ada satu bintang yang membuatnya terfokus disana. Bintang dengan sinar yang paling cerah.

"Itu pasti Mama kan." Gumamnya sembari menyunggingkan senyumnya.

"Nigel pernah dengar cerita, ketika ada satu bintang yang bersinar paling terang itu artinya seseorang tengah memantau kita dari atas sana." Lirihnya tanpa melepas pandang dari bintang tersebut.

"Nigel harus apa Ma? Apa Nigel harus mengikuti lomba ini?" Tanyanya pada diri sendiri.

Diliriknya kembali poster tersebut, kemudian membuka laptopnya dia telah memantapkan diri untuk mendaftar loma fotografi.

"Jika Aku menang, Papa bangga kan sama Aku?" Ucap Nigel berekspektasi tinggi jika Papanya akan bangga jika dia bisa membawa pulang piagam kemenangan.

Cklekk....

Pintu kamar itu dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu, menampilkan sosok Joan dengan pakaian karatenya yang masih lengkap. Peluhnya berjatuhan menetes dari ujung rambutnya yang lepek. Joan berjalan masuk dengan langkah tegas, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Kenapa?" Tanya Nigel, namun tidak ada balasan.

Joan diam, dia hanya menyodorkan tangan kanannya dan itu membuat Nigel terkejut. Bagaimana tidak? Tangan Joan terluka cukup parah, darahnya mengalir tanpa henti. Nigel memeriksa tangan sang kakak, beruntung lukanya tidak dalam sehingga tidak perlu dijahit.

"Kakak habis ngapain kok bisa sampa kayak gini?" Tanya Nigel sembari mengobati luka Joan dengan obat merah dan membalutnya dengan kain.

"Nggak sadar." Jawab Joan singkat.

Selesai, Nigel telah selesai mengobati luka Joan tanpa mengucap terimakasih Joan langsung berlalu begitu saja meninggalkan kamar Nigel. Nigel menatap punggung Kakaknya, ada apa dengan Kakaknya itu? Ini bukan sekali dua kali Joan melukai diri sendiri tanpa sadar.

"Apa Kak Joan baik-baik saja?" Lirihnya.

***

Getar suara dawai terdengar merdu seiring dengan bibir yang melantunkan bait lagu, jemarinya memetik senar dengan lihai matanya terpejam menikmati alun musik yang diciptakan sendiri. Duduk di pinggiran jendela besar tanpa tralis, menatap langsung kebun belakang rumah yang remang-remang. Suara jangkrik turut menjadi backsound, menambah kesan apik pada lagu yang diciptakan sendiri olehnya.

Liam, mengakhiri lagunya sebenarnya belum berakhir hanya saja liriknya belum selesai dia tulis. Digantungnya gitar tersebut pada tembok, kemudian dia berjalan ke meja yang penuh dengan kertas. Itu lirik lagu yang tidak pernah selesai dan dia selalu membuat lirik baru tanpa bisa menyelesaikannya.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang