Sebelumnya Aku mau ucapin terima kasih untuk kalian yang nyempetin waktu buat baca cerita ini, vote, bahkan sampai komen. Walaupun vote sama komen bisa dihitung jari tapi gaapa Aku tetep seneng. Karena Aku ingin cerita ini cepat kelar kemungkinan dan jika Aku sanggup bakalan sering update. Insyaallah. Btw cerita ini lebih ke keluarga yah, untuk urusan percintaan tetep ada tapi cuman sebagai bumbu pelengkap bukan menu utama.
Emang ada yang nungguin nih cerita?
***
Kana sedari tadi mengedarkan pandangannya, duduk di halte bus tetapi mengabaikan setiap bus yang berhenti didepannya. Halte yang awalnya ramai perlahan mulai sepi, hanya menyisakan dirinya dan Riska.
Riska, gadis itu sedari tadi hanya diam memainkan ponselnya. Se pulang sekolah Kana mengatakan bahwa dia ingin pulang naik bus dan Riska mengatakan bahwa dia akan menemaninya, tetapi sudah setengah jam mereka disini dan sudah tiga bus berhenti didepan mereka Kana masih tetap dengan posisinya tanpa bergerak se inci pun.
"Kana? Ayo busnya udah dateng." Riska berdiri bersiap untuk memasuki bus bersama dengan penumpang lainnya.
"Tidak, kalau Lo mau naik bus duluan aja." Ucapnya pandangannya sedari tadi tak berhenti menatap kearah sekolah yang terletak beberapa meter disamping kiri halte.
Memperhatikan setiap murid yang berlalu-lalang melewati gerbang sekolah, mencari sosok yang beberapa hari ini tidak terlihat olehnya. Begitu lama Kana menunggu sampai satu guru keluar dan satpam mulai menutup pintu gerbang. Pertanda bahwa sudah tidak ada lagi orang didalam sana.
Kana menghembuskan napasnya kasar, mengabaikan Riska yang sedari tadi merengut kesal karenanya. Matahari yang semula berada ditengah mereka perlahan mulai menepi kearah barat cuaca yang awalnya panas kini menjadi sejuk. Riska melirik jam yang ada ponselnya 15.15 terhitung sudah satu jam lebih dia duduk di halte.
"Ayo pulang." Lirih Kana tak bersemangat.
Gadis itu berdiri dan melangkah terlebih dahulu meninggalkan Riska yang menghentakkan kakinya sebal. Satu jam lebih dia menemani sahabatnya itu di halte bus dan apa ini? Hanya begini hasilnya? Lalu tentang pulang naik bus? Apanya yang naik bus yang ada dia malah pulang secara mandiri dengan kakinya sendiri.
***
Ting tong....
Ting tong....Joan menghela napas kasar, baru saja ingin merebahkan diri di kasur
"Maaf, Lo siapa?" Joan mengernyitkan dahinya memperhatikan dua gadis didepannya.
"Nigel udah pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu justru kembali bertanya.
"Lo siapa sih? Dateng-dateng nyariin Nigel." Ketus Joan.
Gadis itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum manis sejenak Joan terpaku melihatnya untungnya dia dengan cepat tersadar.
"Kenalin Kana, tetangga baru samping rumah." Ingin rasanya Joan berteriak saat mendengar suara menggemaskan itu.
"Kalau yang ini Riska, sahabat Gue." Kana juga mengenalkan Riska pada Joan. Joan tersenyum sekilas, Riska juga cantik tetapi Kana lebih menggemaskan.
Ah, apa yang ada dalam pikirannya? Apakah dia jatuh cinta kepada gadis itu? Tidak itu tidak mungkin, pasti ini hanya rasa kagum sesaat. Maklum dia tidak pernah berhubungan dengan gadis mana pun, jangan kan menjalin hubungan dekat dengan seorang gadis saja tidak pernah.
"Hai, halooo....." Kana mengarahkan tangannya depan wajah Joan menggerakkan ke kanan dan kiri berharap lelaki didepannya tersadar dari lamunannya.
"Maaf, iya? Kenapa?" Tanya Joan yang tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGEL (TAMAT)
Teen FictionIni kisah tentang anak bungsu bernama Nigel Ghaitsa yang selalu dibanding-bandingkan dengan keenam kakaknya, kata siapa jadi anak bungsu itu enak. Siapa yang mengatakan jika anak bungsu itu dimanja dan apapun yang diinginkan di turuti. Buktinya Nige...