Sorry baru update, kemaren lagi gak enak badan soalnya.
***
Kepalanya menggeleng kuat, tangannya meremas sprei putih gading itu. Wanita dan Pria yang sedari tadi berada di sampingnya hanya diam. Sementara Nigel yang baru sadar tiga jam yang lalu harus menerima kenyataan saat pertama kali netra matanya terbuka, rungunya harus memaksakan diri mendengar pembicaraan yang tidak seharusnya di dengar sekarang.
"Dia bukan anak mu Chandra dan kau harus sadar itu."
Itu lah kalimat pertama yang menyapa rungunya, kalimat yang tak seharusnya didengar olehnya sekarang. Nigel menatap dua orang yang berdiri di sisi kanan dan kiri ranjangnya secara bergantian. Dia mengenal pria yang berdiri di sisi kirinya, itu dokter Jaka. Dokter yang selama ini merawatnya, tetapi siapa wanita itu?
"Hai sayang, ini Mama." Seolah tahu kebingungan Nigel, Airisa yang sedari tadi diam mulai bersuara.
Nigel menggeleng pelan, dalam hati dia berucap 'Tidak, wanita itu bukan Mamanya.' Tubuhnya perlahan mundur seiring dengan uluran tangan Airisa yang mencoba meraih pundaknya.
Airisa sadar akan tatapan takut yang dipancarkan dari manik mata didepannya itu. Bahkan sekarang biji mata milik Nigel enggan untuk melihat kearahnya, tubuh lelaki itu bergetar seiring dengan air mata yang menetes tanpa permisi.
Kedua tangannya terangkat, menutup telinganya kemudian menarik rambutnya sendiri. Menatap satu per satu orang yang ada di depannya dalam diam. Sampai akhirnya seseorang berdiri tepat didepan pintu dan membuatnya berteriak histeris.
Nigel berteriak seolah ada bahaya yang tengah mengancamnya, tubuhnya ditarik kebelakang. Genggaman tangan pada surainya semakin erat, kepalanya menggeleng tak beraturan.
"Papa, sakit jangan pukul Nigel. Sa- sakit Paa... SAKIIITTT" Teriaknya histeris.
rambutnya ditarik dengan kuat, kepalanya dipukul sendiri tak peduli dengan rasa sakit yang menjalar, bahkan telinganya berdengung sekarang menimbulkan suara-suara aneh yang mengelilingi kepalanya.
Tarikan pada rambutnya semakin kuat, air matanya berjatuhan seiring dengan suara-suara menakutkan yang mengelilingi isi kepalanya.
"NIGEELL..." Millo yang sejak tadi sudah berada disana bersama yang lainnya berteriak menyerukan nama adiknya.
Manik mata mereka bertemu, itu membuat Nigel semakin tak karuan. Dia melempar apapun yang ada di jangkauannya. Airisa perlahan maju mendekat, berusaha mendekap tubuh yang berontak tak karuan, namun apa yang terjadi membuatnya meringis menahan perih.
Darah segar mengucur dari dahi kirinya ketika Nigel melemparkan gelas kosong kearah Airisa. Saat ini dalam pandangannya, semua orang adalah musuh.
"Nigel..." Jaka yang sedari tadi diam mulai membuka suara.
Mendengar itu Nigel langsung terdiam, dengan pecahan gelas yang ada dalam genggamannya. Dia menatap manik itu dengan lembut, satu-satunya orang yang dipercaya olehnya, seseorang yang membuatnya bertahan sampai sekarang. Perlahan lelaki itu mulai bisa mengontrol emosinya, kini manik matanya menatap dua gadis yang berdiri dipojok. Salah satunya berdiri dengan gemetar ketakutan sedangkan yang satu tersenyum kearahnya dengan sisa air mata di pipi.
"Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua berkumpul disini?"
Suara itu, suara yang selama ini selalu ingin Nigel hapus dalam ingatannya. Dengung suara kembali mengisi kepalanya, dentuman pukulan yang pernah dia rasakan terasa de javu baginya.
Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar. Joan, yang tadi bersuara berjalan masuk. Nigel yang melihat itu semakin bergetar ketakutan, wajahnya yang sudah pucat semakin bertambah pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGEL (TAMAT)
Teen FictionIni kisah tentang anak bungsu bernama Nigel Ghaitsa yang selalu dibanding-bandingkan dengan keenam kakaknya, kata siapa jadi anak bungsu itu enak. Siapa yang mengatakan jika anak bungsu itu dimanja dan apapun yang diinginkan di turuti. Buktinya Nige...