Amarah

437 29 1
                                    

Karena ada yang minta lanjut, jadi cerita ini lanjut aja. Walaupun cuman 1 orang yang minta. I hope u like it guys.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tama meremas gelas yang ada dalam genggamannya sampai pecah dan melukai tangannya, Dean yang berdiri di sampingnya hanya diam tidak tahu harus berbuat apa. Wajah lelaki itu merah padam, Otot-otot tangannya terlihat menegang.

Pyaarr....

"KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBERITAHU KU MASALAH INI?" Tama berteriak marah, Dean mengelus pundaknya mencoba untuk memberikan ketenangan.

Tama menepis kasar tangan Dean kemudian pergi menuju kamarnya. Dean menghembuskan napas kasar, kemudian menatap satu per satu lelaki yang duduk di sofa.

"Kenapa baru mengatakan sekarang?" Tanya Dean, lelaki itu berusaha untuk tetap tenang.

Millo dan kelima adiknya hanya diam tanpa menjawab. Mereka tidak tahu harus menjawab apa. Mereka tahu ini semua salah mereka, salah mereka merahasiakan semuanya dari Tama.

Merahasiakan tentang kondisi Nigel dari Tama merupakan kesalahan terbesar yang mereka lakukan. Diam-diam selama ini mereka selalu memberikan informasi tentang Nigel ke Tama, memberitahu apapun yang dilakukan lelaki itu tanpa menutupi satu pun.

Sampai pada akhirnya saat dimana mereka tahu seseorang yang selama ini mereka lindungi sebenarnya bukan lah bagian dari mereka. Dalam artian Nigel bukan saudara mereka. Hal itu membuat mereka marah dan berakhir tidak memberi informasi mengenai Nigel kepada Tama.

"Maaf." Lirih Ayden.

"MAAF? APA MAAF KALIAN BISA MENGEMBALIKAN KEADAAN SEPERTI SEMULA?" Teriak Gilang. Lelaki itu ikut hadir ke rumah Tama bersama dengan Kenanga.

"Seribu kali kalian meminta maaf, bahkan sampai sujud sekalipun kita tidak bisa memaafkan kalian." Ujar Kenanga.

Semua diam, mereka tahu mereka salah. Tama terlihat menuruni tangga kaos abu-abu lengan pendek yang dia kenalan ditutupi dengan jaket berwarna biru dongker. Dengan tampilan sederhana lelaki itu terlihat menggenggam sekotak susu strawberry di tangannya.

"Mau kemana?" Tanya Dean.

Tama menoleh, "Ke Nigel" Jawabnya singkat.

"Lalu susu itu? Bukannya Lo gak suka strawberry?" Dean memicingkan matanya menatap heran.

"Buat Nigel." Lirih Tama.

Dean terdiam sejenak sebelum bibirnya itu mengeluarkan kalimat yang membuat semua orang menundukkan kepalanya.

"Nigel lagi tidur, dia gak bakal bisa minum susu dari Lo yang dia butuhkan sekarang doa dan dukungan dari kita. Bukan susu strawberry." Semuanya saling menatap, apa yang dikatakan Dean benar adanya.

Nigel hanya membutuhkan doa dan dukungan dari mereka. Tidak ada hal lainnya yang dibutuhkan lelaki yang masih asyik di alam mimpinya sekarang.

"Kalau gitu ayo kita ke rumah sakit." Ajak Tama.

***

Airisa menangis didepan ruang rawat anaknya. Seharusnya dia tidak pernah menyetujui permintaan suaminya pada saat itu untuk memberikan bayinya kepada sahabatnya jika tahu jika berakhir seperti ini

Airisa meneteskan air matanya, raut penyesalan begitu kentara diwajahnya yang mulai terdapat guratan halus disekitar dahi dan mata namun tidak menyurutkan kecantikan wanita itu.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang