Kembali ke Rumah

442 36 2
                                    

Langkahnya terasa berat saat kaki kanannya mulai menginjak ubin yang lama tak disentuhnya, potongan adegan-adegan yang dulu selalu menghiasi kisahnya kini kembali berputar. Jantungnya berdegup kencang, apakah masa suram yang sempat ditinggalkan olehnya kembali hadir?

Ayden yang baru saja menurunkan koper dari bagasi tersadar jika Nigel belum masuk ke dalam rumah. Ya, hari ini lelaki itu sudah diperbolehkan untuk pulang dan melakukan rawat jalan. Kondisinya sudah stabil hanya saja dia harus rutin meminum obatnya serta menjaga kesehatan dan pola makan.

"Ayo masuk nggak usah takut, ada Mas disini sekarang."

Dengan langkah ragu Nigel mulai masuk ke dalam rumah, keadaan pertama yang dia lihat setelah sekian lama adalah berantakan.

Yah, rumah sudah seperti kapal pecah. Berbagai baju berserakan di lantai dengan Haidar yang tengah menggosok pakaian.

Melihat kearah dapur ada Millo yang kelihatannya tengah menggoreng sesuatu di susul oleh Zidan yang membawa keranjang pakaian.

Di belakang, tepatnya kolam renang ada Joan dan Agham yang tengah membersihkan kolam, tepatnya Joan yang menguras kolam dan Agham mencabuti rumput yang mulai tinggi dan memotong dedaunan yang menguning.

Ayden yang melihat pemandangan didepannya dibuat tercengang, bagaimana tidak? Mereka yang biasanya terbiasa dilayani oleh Nigel sekarang mau tidak mau harus melayani diri mereka sendiri.

"Astaga, apa yang Lo lakuin? Bukan kah Gue minta telur mata sapi. Kenapa jadinya telur orak-arik." Pekik Zidan saat melihat telur buatan Millo hancur tak karuan.

"Yakk!! Gue nggak bisa masak bego, kenapa kalian nyuruh Gue yang masak? Udah kalau nggak mau makan yaudah terserah." Ucap Millo kemudian meninggalkan dapur.

Nigel berjalan menuju arah dapur, disana dia berpapasan dengan Millo yang hendak pergi.

Millo terkejut melihat kedatangan Nigel, begitupun dengan Zidan yang masih ada disana dan entah apa yang dipikirkan lelaki ber alis camar itu ketika tiba-tiba dia memeluk Nigel dengan erat.

"Akhirnya Lo balik. Gue nggak perlu lagi capek-capek masak buat mereka. Masakan Gue nggak pernah dihargain." Millo mengaduh seperti anak kecil.

Nigel tersenyum, membalas pelukan kakak sulungnya itu. Joan dan Agham berjalan dari arah belakang terkejut melihat sosok yang secara tidak sadar mereka rindukan selama ini. Sayangnya ego kedua orang tersebut terlalu tinggi untuk mengakui bahwa mereka sebenarnya merindukan sosok Nigel.

Bukan, bukan rindu merundung si bungsu dan semacamnya mereka benar-benar merindukan sosok Nigel dalam artian segala perhatian yang diberikan meskipun mereka semua menyakitinya.

"Huaaaa akhirnya Lo pulang. Lo tahu nggak sih rumah tanpa Lo itu sesuatu yang gak bisa dibayangin. Lo tau nggak, semenjak Lo koma nggak ada yang ngurus rumah, akhirnya kita semua mau nggak mau turun tangan sendiri, mana Papa nggak mau sewa pembantu lagi. Oh iya Lo juga harus tau kalau Mas Millo nggak bisa masak, apa-apaan setiap hari dikasih telur orak-arik gosong, padahal kita mintanya telur mata sapi. Terus nih yah Gel, si Zidan sama Ningsih putus dia udah tahu semuanya, Gue loh yang kasih tahu Lo harus berterima kasih sama Gue."

Nigel terkekeh mendengar cerocosan Haidar yang sudah seperti rumus mencari akar dari persamaan kuartik. Zidan terlihat berjalan mendekat, lelaki itu tersenyum. Senyum yang tidak pernah dia tunjukkan selama ini, senyum tulus namun  tersimpan penyesalan disana.

"Maaf." Satu kata langka yang dia dengar untuk yang kedua kalinya. Nigel mengangguk, tanpa Zidan meminta maaf pun dia sudah memaafkannya.

Seketika semuanya hening, kelima saudara itu akhirnya menyadari kesalahan mereka selama ini. Hidup tanpa adanya Nigel selama seminggu membuat mereka sadar bahwa sosok Nigel lah yang selama ini membantu, menjaga dan melakukan apapun yang mereka mau tanpa terkecuali.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang