Gelang Persahabatan

525 44 1
                                    

Selama baca cerita ini nggak ada yang nangis kan? Jelas enggak dong ya...

***

Langit berwarna keabuan itu menyapa di pagi hari, menggantikan sang surya yang kini bersembunyi dibalik mega. Segerombolan bulu domba berarak mengikuti arah angin. Cakrawala terbelah merobek dirinya dan menjatuhkan jutaan air dari tubuhnya dan membiarkannya terjatuh menyentuh tanah.

Nigel menatap hujan dari balik jendela kafe, menggerakkan tangannya pada kaca berembun didepannya membuat pola tak beraturan disana. Hujan diluar terbilang cukup deras, angin kencang menerbangkan daun-daun yang berguguran.

Dapat dilihatnya dari balik kaca berembun, beberapa motor menepi untuk berteduh atau hanya untuk sekedar menggunakan jas hujan.

"Nigel, minum dulu." Suara Dean membuat Nigel mengalihkan atensinya.

Dean meletakkan segelas coklat hangat di salah satu meja, hari ini belum ada satu pengunjung, mungkin karena suasana diluar sedang hujan.

"Terima kasih Mas." Ucap Nigel berjalan mendekati mejanya.

"Karena di luar sedang hujan, jadi Gue buatin coklat hangat." Kata Dean, Nigel hanya membalas dengan senyuman.

Nigel menyesap coklat hangatnya, ternyata coklat tidak seburuk yang dia pikirkan selama ini. Rasanya enak dan memiliki aroma yang khas ditambah rasa sedikit pahit yang menempel di ujung lidahnya membuatnya menyukai coklat buatan Dean.

"Nigel, bagaimana hubungan mu dengan keluarga mu?" Pertanyaan yang dilontarkan Tama yang entah sejak kapan sudah berdiri didepannya itu.

Nigel meletakkan cangkirnya, kemudian menatap sang pemilik kafe, "Bagaimana apanya?"

"Mas tahu hubungan mu dengan mereka tidak baik-baik saja." Ucap Tama.

Nigel menggeleng. "Tidak, keluarga ku baik dengan Ku, mereka menyayangi ku."

"Jangan berbohong!" Suara tegas Tama membuat Nigel terkejut.

"Mas tahu bagaimana sikap mereka terhadap mu, maafkan Mas tetapi beberapa hari terakhir Mas menyuruh Dean untuk mengikuti mu dan mengikuti semua aktivitas mu." Ucap lelaki berzodiak cancer itu.

Tama memberi kode kepada Dean, Dean yang tahu apa maksudnya langsung berlari mengambil benda yang diminta oleh Tama lewat kode matanya.

Sembari menunggu Dean mengambil benda tersebut, Tama masih menatap intens lelaki yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri itu, berharap lelaki dihadapannya mau menceritakan semuanya tanpa terkecuali.

Nigel menundukkan kepalanya dalam, tak berani menatap Tama. Bahkan jemarinya kini saling bertautan guna untuk meminimalisir rasa takutnya.

"Ini." Dean datang dan langsung meletakkan benda persegi berlogo apel diatas meja.

"Bisa jelaskan ini?"

Nigel menatap layar persegi didepannya, menampilkan video yang dia yakini itu adalah rumahnya jika dilihat dari pagar besi berwarna hitam, video berdurasi sekitar dua menit itu hanya menampilkan halaman rumahnya dari balik pagar besi.

Nigel menatap Tama sejenak, tahu apa yang dipikiran lelaki dihadapannya Tama berucap. "Jangan fokus dengan videonya, tetapi fokus lah dengan suara yang ada di video tersebut."

Fokus pada suara, Nigel menyadari jika itu suara ketika keenam Kakaknya memarahinya. Jika didengar lebih jelas lagi, sepertinya itu pada saat dia dipaksa keluar dari rumah sakit oleh Papanya.

"Jelaskan semuanya, tanpa menutupi apapun dari Mas."

***

Halim dan Liam tengah berada di toserba, Liam berniat untuk membelikan Papanya hadiah ulang tahun meskipun Mamanya sudah mengatakan untuk tidak membelikan hadiah dan cukup dengan kue ulang tahun saja. Namun bagi Liam ulang tahun tanpa hadiah sepertinya kurang sempurna, lagi pula ulang tahun juga hanya dirayakan setahun sekali jadi apa salahnya membelikan hadiah untuk Papanya.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang