Tetangga Baru

389 33 1
                                    

Awali pagi mu dengan senyuman.

Itu lah kata yang tepat untuk menggambarkan Kana, gadis itu sudah membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Menghirup udara pagi dan merasakan hangatnya sinar mentari yang menyinari wajahnya. Dia melihat kearah rumah yang ada dihadapannya, dapat dilihatnya siluet seorang lelaki yang sepertinya tengah sibuk bersiap diri.

"Siapa tetangga baru Gue? Apa dia tampan?" Gumamnya membayangkan seperti apakah bentukan tetangga barunya itu.

Kana pergi menuju kamar mandi untuk bersiap, minggu pertama hari Senin di bulan Juni. Awal baru untuk kehidupan yang baru. Dengan langkah ceria sembari bersenandung Kana mengambil handuk dari dalam lemari.

Di bawah sana Mama tengah menyiapkan sarapan pagi sedangkan Papa sibuk dengan ponselnya. Pria yang duduk di sofa itu raut wajahnya terlihat begitu frustasi, diusap wajahnya dengan kasar dan menghembuskan napas besar.

"Papa ada apa?" Tanya sang istri saat menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya.

"Kolega Papa membatalkan kerja sama, padahal ini proyek besar." Ucap sang suami.

"Apakah berakibat buruk dengan perusahaan kita?" Tanya Mama yang sekarang tengah menata makanan diatas meja.

"Untungnya tidak, pembicaraan soal proyek belum ada setengah jalan dan untungnya juga belum terlalu banyak biaya yang dikeluarkan. Jadi, perusahaan tidak terlalu mendapatkan kerugian yang besar." Jelas Papa sembari melangkah menuju meja makan.

"Kana, jika sudah selesai cepat turun dan sarapan." Teriak Mama.

"Iya Ma...." Teriak Kana dari atas.

***

Nigel memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas, mengecek kembali barang bawaannya sebelum akhirnya dia keluar kamar dan turun. Di bawah sana sudah ada keenam saudaranya yang tengah duduk di meja makan menikmati sarapan yang sudah dibuatkan olehnya tadi. Bahkan Ningsih juga ada disana, sepertinya gadis itu menginap di rumah.

"Mas, Nigel berangkat sekolah dulu." Pamit Nigel tangannya terulur namun sayangnya Millo  tak peduli, matanya seolah buta dan telinganya sekan tuli.

"Dari pada tangan Lo kosong." Haidar tanpa perasaan memberikan Nigel tulang ayam miliknya.

Tanpa banyak bicara, Nigel meletakkan kembali tulang ayam Haidar keatas piring kakaknya kemudian melangkah pergi tanpa peduli teriakan Haidar.

"Sialan Lo." Teriak Haidar.

"Haidar cepat habiskan makan mu, setelah ini kita akan keluar untuk berlatih." Tegur Millo.

Nigel berjalan dengan langkah kecil menuju halte bus yang letaknya cukup jauh dari kompleks rumahnya, kira-kira butuh waktu sekitar 10 menit untuk berjalan menuju kesana. Nigel melewati rumah yang nampaknya sudah ditempati oleh penghuni baru, karena ada mobil yang terparkir didepan sana.

"Siapa yah tetangga barunya." Pikir Nigel.

Entah mengapa kakinya enggan untuk kembali melangkah, dia justru masih berdiri dan memandangi bangunan besar didepannya itu.

***

"Papa ayo cepat, Kana nanti terlambat ada rapat osis pagi ini." Teriak Kana, dari luar.

Kana menunggu Papanya yang masih didalam rumah, entah apa yang tengah dilakukan pria itu sehingga harus menunggu cukup lama.

Kana mengetuk sepatunya, melirik arloji merah yang melingkar di tangan kirinya. Oh ayo lah, kenapa Papanya itu lama sekali.

"Papa, cepat lah Aku bisa-bisanya terlambat mengikuti rapat." Kesal Kana.

"Sebentar sayang, dasi Papa hilang." Teriak Papa dari dalam.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang