Hyacinth Biru

471 35 1
                                    

Terhitung sudah tiga hari Nigel masih terlelap dalam tidurnya, entah mimpi indah apa yang di lalui oleh lelaki itu hingga mata indahnya enggan membuka dan melihat dunia yang penuh dengan kemunafikan ini.

Dari semua saudaranya, hanya Ayden yang benar-benar peduli terhadapnya, setiap hari membesuknya meskipun waktu yang diberikan dokter tak lebih dari tujuh menit lamanya.

Kondisi Nigel berangsur membaik, namun dia harus tetap menjalankan pengobatan secara berkala. Ruang ICU dengan aroma obat-obatan yang membuat pusing nyatanya tak membuat lelaki itu tersadar dari komanya.

Yah, Nigel dinyatakan koma malam itu dan sampai detik ini dia masih tertidur pulas.

Cklek

Ayden memasuki ruangan lengkap dengan jubah steril yang melekat ditubuhnya. Dilihatnya wajah manis yang tertidur dengan pulas itu, dadanya naik turun seirama dengan suara defribilator yang ada disampingnya.

"Nanti jika sudah sembuh Kakak akan mengajak mu jalan-jalan." Ucapnya kemudian pergi dari sana.

Selepas kepergian Ayden, air mata jatuh dari ujung mata Nigel. Benar kata orang, jika saat seseorang koma bukan berarti mereka benar-benar tidak sadarkan diri. Mereka tetap tahu percakapan yang terjadi hanya sayangnya tubuh mereka menolak untuk tersadar, begitupun dengan apa yang terjadi terhadap Nigel sekarang.

***

Kediaman keluarga Chandra begitu sepi, tak ada suara teriakan yang selalu ditimbulkan para saudara itu. Tak ada suara makian, bentakan yang dikeluarkan saat Nigel melakukan kesalahan. Entah mengapa, mereka merasa hidup mereka hampa semenjak si bungsu dinyatakan koma.

"Gue bosen." Ucap Haidar mengusap kasar wajahnya.

Mereka berlima sekarang berada di ruang tamu, menonton film atau lebih tepatnya film yang menonton mereka karena sejak tadi tidak ada satu pun yang fokus dengan jalan cerita yang ditayangkan di layar se lebar 32 inc itu.

"Gak ada Nigel gak seru, gak ada yang Gue jadiin samsak." Ucap Joan.

"Sampai kapan kalian akan terus menyakiti dia seperti ini?" Sebuah suara membuat atensi mereka teralihkan.

Disana, diujung pintu masuk Ayden berdiri sebelum akhirnya lelaki itu memutuskan untuk berjalan masuk.

"Dan sejak kapan Lo peduli?" Kata Zidan.

"Sejak Gue sadar jika apa yang Gue lakuin selama ini ke dia itu salah. Lahirnya dia bukan salah dia, bahkan dia nggak meminta untuk dilahirkan bukan?"

"Tapi kelahirannya dia sudah BIKIN MAMA MENINGGAL KALAU LO LUPA." Haidar berujar marah, sepertinya Ayden lupa penyebab kepergian sang Mama adalah Nigel.

Ayden tak mau adu mulut itu berlanjut, dia sangat paham benar dengan sifat keras kepala Haidar yang tidak mau mengalah dan salah. Haidar menganut dua pasal, yaitu Haidar selalu benar dan jika Haidar salah maka kembali ke pasal saitu.

"Aku hanya ingin mengingatkan, jangan pernah menyesal jika dia benar-benar pergi dari hidup kalian." Ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Haidar berdecak kesal saat mendengar kalimat terakhir Ayden sebelum pergi, memangnya siapa Nigel sampai dirinya harus menyesal jika anak itu pergi dari hidupnya yang ada dia justru bersyukur jika anak sialan itu benar-benar pergi dari hidupnya.

***

Ayden kini berada di kamar Nigel, merebahkan dirinya diatas ranjang. Air matanya menetes kala mengingat saat-saat dirinya dan sang adik pernah tidur bersama. Ayden ingat benar malam itu, malam dimana saat dia tidur bersama dengan Nigel atas dasar keinginannya sendiri.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang