Akhir Tak Bahagia

724 40 2
                                    

Gilang tengah menyiapkan acara untuk lomba fotografer yah lomba yang diadakan sekitar dua bulan yang lalu kini telah memasuki puncak acaranya. Tak sendiri, dia dibantu Kenanga dan beberapa panitia yang lain.

Hari masih pagi, bahkan matahari masih terlihat malu-malu menunjukkan sinarnya, tetapi para panitia sudah berada di sekolah sejak subuh tadi. Acara kali ini bukan hanya tentang pengumuman pemenang lomba fotografer, tetapi juga bazar yang nanti uang yang didapatkan akan disumbangnkan.

Tidak hanya stand fotografer yang berdiri di lapangan, tetapi juga ada stand lainnya disana. Kurang lebih ada 21 stand, itu sudah termasuk stand makan dan minum.

"Ini taruh mana?" Tanya Danu, salah satu panitia yang membawa box sedang berisi hasil lomba yang sudah dibingkai rapih.

"Taruh sana dulu aja Nu, entar kita tata." Kenanga menujuk lantai.

Semua panitia yang berkepentingan sibuk melakukan dekorasi, guna untuk memikat murid dan eksternal tertarik dan menghampiri stand mereka.

Yah, bazar kali ini tidak hanya dihadiri oleh pihak internal, tetapi juga eksternal.

"SEMANGAAT SEMUA." Teriak Kenanga.

***

Airisa hanya bisa menatap puteranya dari balik kaca besar. Rasanya begitu sakit ketika melihat tubuh ringkih penuh dengan alat medis itu terbaring lemah disana. Jika dirinya bisa meminta pada Tuhan, lebih baik dirinya yang terbaring lemah disana ketimbang puteranya.

Putera yang tak pernah dia sentuh, tidak pernah dia beri kasih sayang dan dipertemukan dengan cara yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ibu mana yang tega melihat anaknya terbaring lemah dengan berbagai macam alat medis.

Pertahanan yang dibangun dengan kuat runtuh, air mata keluar dari sudut matanya. Perlahan dia berjalan mundur kebelakang dan menyenderkan tubuhnya ke dinding lalu membiarkan tubuh itu terjatuh.

"Tante..." Kana memanggil, gadis itu memposisikan dirinya disamping Airisa dan memeluk wanita itu.

"Nigel anak kuat tante, dia sudah terbiasa melewati segala rintangan. Kana yakin rintangan kali ini dia juga pasti bisa melewatinya." Ucap Kana.

"Bagaima jika dia memilih untuk menyerah? Bagaimana jika dia sudah lelah dengan semuanya?"

Kana memeluk Airisa semakin kuat, jujur saja dirinya juga takut. Takut jika apa yang diucapkan oleh Airisa akan menjadi kenyataan.

Aku harap Kamu akan berjuang lagi kali ini.

***

Ayden memasuki kamar yang terlihat tak bernyawa semenjak ditinggal oleh pemiliknya. Sejak Nigel masuk rumah sakit, tak ada seorang pun yang berani memasuki kamar sederhana itu.

Ayden melangkah mendekat kearah jendela, membukanya lebar-lebar agar udara dari luar bisa masuk ke dalam. Kini langkahnya tertuju pada kasur yang biasa adiknya itu tiduri, terkadang dia juga tidur disini.

"Maaf..." Lirihnya seiring dengan jatuhnya air mata.

Entah sudah beribu kali maaf yang selalu Ayden rapalkan, rasa penyesalan yang dalam begitu menyesakkan dadanya. Terlebih ketika dia mengingat semua perilaku yang selama ini dia lakukan ke Nigel. Dia benar-benar menyesal namun penyesalannya tidak akan pernah merubah apapun.

Ayden membuka pintu balkon, langit malam bertabur bintang terlihat begitu indah. Sekarang dia tahu kenapa Nigel menyukai malam.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang