Lebih Dekat

438 32 0
                                    

Kana sedari tadi tersenyum sendiri sembari memandang ponselnya, membuat Riska yang duduk disampingnya bergidik ngeri.

Kana semakin tersenyum lebar kala pesan masuk yang entah dari siapa membuatnya menjadi gila di pagi hari. Bahkan mengabaikan guru yang tengah mengajar didepan sana.

Tring....

"Arrghhsss......" Teriaknya membuat atensi kelas X-IPA 3 tertuju kepadanya.

"Ada apa Kau teriak seperti itu? Apa Kau berpikir kelas ini adalah hutan? Suara mu sungguh seperti kera." Celetuk Pak Danu, guru pelajaran Biologi.

"Hehe maaf Pak." Katanya, sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Daripada Kau berteriak tidak jelas, bukan kah lebih baik Kau maju dan menggambar anatomi bakteri dan menjelaskannya juga." Suruh Pak Danu.

"Untung apa susah-susah menggambarkan bakteri, jika contohnya saja sudah ada didepan Bapak." Celetuk Kana. Pak Danu memicingkan matanya, memandang Kana seolah meminta maksud dari perkatannya barusan.

"Hufftt pasti Bapak nggak paham nih maksud Saya. Nggak peka banget jadi cowok, mangkanya diceraiin sama istrinya." Tanpa rasa takut Kana berujar demikian, berbeda dengan Riska yang sedari tadi sudah menyembunyikan wajahnya dibalik buku tebal bercetak biologi dibagian atas.

"Ya terus maksud Kamu gimana?" Sedikit geram dengan muridnya namun Pak Danu mencoba untuk sabar.

"Yah Bapak lihat aja didepan Bapak. Bukan kah mereka semua seperti bakteri." Perkataan Kana membuat seluruh murid bersorak heboh.

"Kalau mereka semua bakteri Kamu apa? Virus?" Celetuk Pak Danu.

"Bukan Pak, Saya murid Bapak yang paling cantik dan menggemaskan." Katanya sembari menunjukkan deretan giginya.

Pak Danu hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan muridnya yang sungguh absurd itu. Tak mau semakin pusing, Pak Danu kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya dan mengabaikan Kana yang kembali berteriak saat notifikasi ponselnya kembali muncul.

"Sepulang sekolah Aku tunggu di halte bus tempat awal kita bertemu."

***

Lelaki itu tengah duduk di halte bus, menunggu kedatangan seorang gadis yang pagi tadi sempat berkirim pesan dengannya. Matanya memandang sekeliling, tempat pertama mereka bertemu saat itu. Kesan pertama yang kurang baik sebenarnya, karena dia yang tiba-tiba meninggalkan sang gadis tanpa menjawab pertanyaannya.

Di ujung sana dia dapat melihat seorang gadis bertubuh mungil yang berlari kearahnya sembari memegang pegangan tas ranselnya. Senyum yang terukir di wajah sang gadis tanpa sadar ikut membuatnya tersenyum.

"Apa Kamu menunggu lama?" Tanya Kana yang sekarang sudah duduk disamping Nigel.

Nigel menggeleng, "Tidak, lagi pula bus juga akan datang 5 menit lagi."

Kana menganggukkan kepalanya, hening kembali tercipta. Nigel tak tau harus memulai pembicaraan apa lagi agar suasana tidak canggung.

"Oh iya, kemana Kamu akan membawa ku?" Tanya Kana penasaran.

"Ke suatu tempat yang mungkin tidak pernah Kamu temui." Jawabnya.

Tak lama bus datang, mereka berdua masuk dan mengambil tempat di bangku belakang dan Kana duduk di dekat jendela.

Selama perjalanan Kana tak hentinya memandang kagum jalanan, padahal tidak ada yang spesial hanya saja gadis itu belum pernah menaiki bus.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang