Semua orang tengah dibuat pusing oleh hilangnya Nigel sejak tujuh jam yang lalu. Mereka semua mencari ke semua tempat yang pernah di datangi Nigel, namun tidak ada hasilnya.
Kini, Semuanya membagi tugas Tama, Dean, Millo, Joan, Ayden, Haidar, Kana dan Riska yang berada di mobil milik Dean mencari Nigel kearah barat. Sedangkan, Jaka, Chandra, Airisa Agham, dan Zidan mencari kearah Timur.
Kedua mobil itu melaju kencang dengan arah berbeda. Di dalam mobil yang dikemudikan oleh Tama, Joan tak henti-hentinya mencoba menghubungi ponsel Nigel meski hasilnya nihil. Mana mungkin lelaki itu membawa ponselnya ketika benda pipih itu sekarang tergeletak sembarangan di kamar miliknya, namun tak ada salahnya mencoba bukan? Siapa tahu dia pulang ke rumah.
Sudah lebih dari lima puluh panggilan berusaha Joan lakukan, tetap melakukan hal yang sama meski tahu hasilnya juga tetap sama. Di lain sisi Tama memasang tajam kedua matanya di tengah malam yang padat, mobilnya melaju pelan diantara kendaraan lainnya, menatap satu per satu pejalan kaki yang berjalan diatas trotoar, namun yang dicari tidak ditemukan.
Kana yang duduk dibangku tengah bersama dengan Riska dan Haidar sejak tadi hanya bisa merapalkan doa untuk kekasihnya yang mungkin sedang kedinginan di luar sana. Tanpa arah dan tujuan yang jelas, Tama mengemudikan mobilnys dengan perasaan tak karuan. Malam semakin larut, namun Nigel belum juga mereka temukan.
***
"Maaf Bapak, ini belum satu kali dua puluh empat jam. Jadi, Saya masih belum bisa memproses laporan Bapak terkait hilangnya putera anda." Ucap petugas polisi tersebut.
Chandra dan yang lainnya berinisiatif untuk pergi ke kantor polisi dan meminta bantuan atas hilangnya Nigel, sayangnya polisi masih belum bisa melakukan penyelidikan dikarenakan laporan hilang belum satu kali dua puluh empat jam. Jaka mengusak rambutnya kasar, puteranya masih dalam kondisi lemah dan tidak mungkin bisa kabur jauh.
Nigel pasti berada di suatu tempat, tetapi dimana tempat itu? Tempat apa yang akan dia kunjungi disaat seperti ini?
Airisa sedari tadi hanya bisa menangis, tidak ada yang bisa dilakukan wanita itu selain membiarkan kedua matanya berbubah menjadi aliran sungai kecil dan hatinya yang terus-terusan merapalkan doa untuk keselamatan Nigel. Sejak melahirkan anaknya dia hanya sekali saja menyentuh puteranya itu dan disaat sekarang dia ingin menebus semua kesalahannya di masa lalu Tuhan justru memberikannya cobaan lagi.
Wanita itu terus berdoa meminta agar Tuhan mengabulkan permintaannya yang sederhana, dia hanya ingin memeluk puteranya dengan erat, memberikan kasih sayang yang selama ini tidak bisa dirasakan olehnya.
"Tuhan Aku mohon, pertemukan kami dengan Nigel." Lirihnya dengan kedua tangan mengatup didepan mata dan mata terpejam.
***
Sementara itu, seseorang yang sejak tadi membuat keluarganya khawatir tengah memeluk gundukan tanah dengan mata terpejam. Sudut matanya mengeluarkan mutiara bening yang terus-terusan berlomba keluar, merobohkan dinding pertahanan yang selama ini dia bangun dengan kokoh.
Dia lelah, lelaki yang sekarang tengah tidur sembari memeluk makam Ibunya benar-benar lelah dengan permainan dunia. Segala bentuk permainan yang seolah menertawakannya, setiap lika-liku kehidupan yang tak pernah menemukan titik terangnya. Pelukan di atas tanah itu begitu memilukan bagi siapa saja yang melihatnya. Insan mana yang tak akan terenyuh hatinya melihat pemuda yang masih lengkap dengan pakaian rumah sakit kini tengah mengecup nisan wanita yang tidak pernah dilihatnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGEL (TAMAT)
Teen FictionIni kisah tentang anak bungsu bernama Nigel Ghaitsa yang selalu dibanding-bandingkan dengan keenam kakaknya, kata siapa jadi anak bungsu itu enak. Siapa yang mengatakan jika anak bungsu itu dimanja dan apapun yang diinginkan di turuti. Buktinya Nige...