Tidak ada yang tahu seperti apa takdir yang akan diberikan Tuhan kepada Kita
***Kana sedari tadi tak hentinya mengecek ponsel miliknya, padahal didepan sana sudah ada guru yang tengah menjelaskan materi. Raut wajahnya terlihat gusar, sejak semalam kekasihnya tidak menghubungi sama sekali.
Belasan telepon sampai puluhan pesan tak ada satupun yang dijawab, bahkan dibaca saja tidak. Riska yang tahu kegusaran sahabatnya itu mencoba menenangkan gadis yang meremas ponselnya kuat.
Kana merasa ada yang tidak beres, tidak biasanya Nigel seperti ini. Se sibuk apapun lelaki itu dia selalu menyempatkan waktu untuk menghubunginya hanya sekedar untuk memberikan kabar.
Brakk.....
Kana berdiri dengan tiba-tiba membuat semua mata memandang sinis kearahnya, termasuk Bu Ivana yang sedari tadi menjelaskan materi. Gadis itu keluar kelas, tak peduli teriakan Bu Ivana yang sedari tadi memanggilnya.
Sementara Riska hanya diam, matanya menatap layar ponsel yang terjatuh di sampingnya. Ponsel Kana yang menunjukkan layar pesan dengan seseorang di seberang sana. Pandangannya kini beralih pada pintu yang mana dia masih bisa melihat samar punggung Kana yang mulai menghilang.
Mas Ayden
|Nigel masuk rumah sakit
***
Dokter Jaka mengusap wajahnya kasar, di depannya terbaring seorang lelaki dengan selang oksigen. Lehernya terlihat berwarna keunguan dan terlihat bekas seperti tali yang melingkar di lehernya.
Dokter Jaka menggenggam erat kedua tangannya, raut wajahnya menegang saking kuatnya dokter Jaka menggenggam sampai buku-buku tangannya terlihat memutih.
Pria itu melirik kearah pemuda yang berdiri di seberangnya, Ayden dengan kepala menunduk tak berani menatap pamannya. Kilat amarah terpancar dari mata pria itu, menatap tajam lelaki di depannya.
"APA YANG TERJADI? KATAKAN!" Sentaknya, dia sangat tahu Nigel seperti apa. Walaupun dia terlihat lemah, tetapidia tidak akan mengambil tindakan bodoh seperti bunuh diri seperti sekarang ini.
"Ma... Maaf. " Cicit Ayden, tak ada kata lain selain maaf yang bisa dia lontarkan.
Sekitar tiga jam yang lalu, sebelum Ayden menemukan adiknya dengan kondisi mengenaskan, dimana seutas tali tambang yang dikaitkan dengan kipas angin yang ada di atap kamar kemudian dibuat simpul lingkaran dan berakhir dipasang ke lehernya sendiri.
Beruntung saat itu Ayden pergi ke kamar Nigel hanya untuk memastikan keadaan sang adik. Dengan terburu-buru Ayden memotong tali tersebut dan segera mungkin membawanya ke rumah sakit.
Dokter Jaka terlihat menghembuskan napasnya kasar, seseorang yang selama ini dicari keberadaannya pada akhirnya ditemukan namun dia tidak pernah menyangka bahwa penderitaan yang dialaminya begitu berat dan menyakitkan.
"Paman aja mengungkapkan semuanya malam ini." Katanya final.
Ayden hanya terdiam tak tahu harus berkata apalagi, yang jelas sudah saatnya semua tahu kebenarannya.
***
Kana menggenggam jemari pucat itu, air matanya tak juga berhenti sejak dia membuka pintu ruangan tempat dimana kekasihnya di rawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGEL (TAMAT)
Teen FictionIni kisah tentang anak bungsu bernama Nigel Ghaitsa yang selalu dibanding-bandingkan dengan keenam kakaknya, kata siapa jadi anak bungsu itu enak. Siapa yang mengatakan jika anak bungsu itu dimanja dan apapun yang diinginkan di turuti. Buktinya Nige...