Rasa Bersalah

567 38 1
                                    

Mereka semua terkejut saat mendapati Chandra sekarang berada dalam pandangan mereka. Ada apa Pria itu datang kemari? Ada perlu apa Pria itu mencari Nigel?

"Dimana Nigel?" Tanya pria itu lagi.

Semua terdiam tidak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. Lagi pula untuk apa pria dihadapan mereka menanyakan keberadaan seseorang yang selama ini tidak diharapkannya? Bukan kah itu sedikit aneh?

"Haidar."

Haidar menundukkan kepalanya saat mendengar suara berat itu memanggil namanya. Lelaki chubby itu terlihat memainkan ujung kaosnya. Dia tidak mau mengatakan apapun kepada Papanya.

Chandra terlihat menghembuskan napasnya kasar, semua anak dihadapannya bungkam tidak ada yang mau menjawab. Pria itu mengusak kepalanya, kepalanya serasa ingin pecah sekarang. Berbicara dengan mereka sama saja berbicara dengan orang bisu.

"DIMANA NIGEL? JAWAB PERTANYAAN SAYA!!!" Bentuknya membuat Riska yang tidak terbiasa mendengar suara keras menegang dan tak lama tubuhnya bergetar.

Joan yang berdiri disamping Riska bisa mendengar isak kecil dari gadis itu. Joan melirik sekilas dan benar saja, gadis disampingnya menangis.

"Bisa kah Anda diam! Lagi pula ada urusan apa Anda mencari adek Saya?" Joan membuka suara, semua terlihat terkejut mendengar ucapan Joan barusan.

"Joan..." Panggil Millo, lelaki tertua itu menggeleng pelan seolah mengatakan 'Jangan cari gara-gara'

Wajah Chandra merah padam mendengar bentakan Joan, baru kali ini anaknya itu membentaknya. Kedua obsidian coklat gelap itu bersitatap dengan obsidian lainnya yang juga menatap tajam. Agham yang merasa akan ada pertengkaran di antara papa dan anak itu mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan.

"Ruang Bougenville 102"

Semua menatap Agham tidak percaya, sedangkan Chandra tersenyum miring. Pria itu berbalik dan segera menuju tempat yang baru saja diucapkan oleh Agham.

"LO GILA?" Ayden berseru, lelaki jangkung itu menatap tidak percaya pada Kakaknya.

"Salah Gue apa? Gue cuman nggak mau Joan kena masalah." Kata Agham.

Lelaki itu sepertinya masih belum menyadari akibat dari perkataannya tadi atau mungkin  dia tidak peduli.

"LO BIKIN NIGEL CELAKA BEGO" Ayden melayangkan tinjuannya setelah berbicara.

Sudut bibir Agham robek, lelaki itu menatap tajam adiknya. Millo menahan tangan Agham yang ingin melayangkan tinjuannya kearah Ayden.

"Jangan tahan Gue." Agham menepis tangan Millo yang berusaha menahannya.

"Tenang Gham." Ucap Millo yang masih memegang lengan adiknya itu.

"LEPASIN GUE BANGSAT, GUE HARUS KASIH DIA PELAJARAN." Teriak Agham membuat atensi orang-orang yang ada disekitaran rumah sakit melihat kearahnya.

Plaakkk....

Suara tamparan membuat mereka semua terkejut. Kana, pelaku dari tamparan itu menatap tajam kearah Agham yang sedari tadi memberontak.

"Udah puas kan sekarang? Gue udah nampar Dia buat Lo." Kana menatap satu persatu para saudara itu.

"Kelakuan Lo semua bikin pusing. Dan satu, kalau sampai terjadi sesuatu sama Nigel. Habis Lo semua." Kana menatap tajam keenam lelaki dihadapannya, terutama Agham.

Gadis itu berbalik mempercepat langkahnya yang entah mengapa perasaannya tak karuan. Dalam hati dia merapalkan doa supaya pria yang dipanggil sebagai 'Papa' itu tidak melukai kekasihnya.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang