Keinginan Terakhir

590 45 0
                                    

Thank's buat yang udah nyemangatin, maap gak bales. Mager wkwkwk.
Walaupun yang nyemangatin itu itu aja, but once again thank u.

***

Langit abu menjadi saksi kepedihan yang tengah diderita lelaki yang duduk di samping makam Papanya. Dua jam yang lalu, tepatnya pukul 15.00 Halim harus menyaksikan kematian Papanya sendiri secara tragis. Yah, Papanya bunuh diri dengan luka disekujur tubuhnya.

Halim tak pernah berpikir hal itu akan terjadi, dia merasa bahwa selama ini Papanya adalah sosok yang kuat dan hebat, pria yang tidak akan terpengaruh hal apapun. Sayangnya dia lupa satu kelemahan Papanya adalah harta.

Ya, Harta. Sebenarnya kehidupan Halim dulu sangat lah sederhana, mungkin bisa dibilang miskin, namun mereka hidup dengan bahagia saat itu. Tinggal hanya di rumah sepetak dan makan seadanya. Papanya yang dulu hanya kuli bangunan dan Mamanya yang bekerja sebagai buru cuci. Kehidupan sederhana yang sangat dia rindukan.

Sampai pada akhirnya Papanya mencoba peruntungan di dunia bisnis, awal mula memang berat. Sempat Papanya menyerah, tetapi Mama terus-terusan mendorong Papa agar terus semangat berjuang dan akhirnya bisnis Papa sukses.

Sangat sukses sampai bisa mendirikan anak cabang, kehidupan sederhana berubah 360 derajat, bahkan sampai ke sifat dan sikap orang tuanya. Mama yang dulu selalu berdiam diri di rumah menjadi wanita yang senang bermain diluar hingga larut malam bahkan sampai membawakan adik untuk Halim. Papanya yang semula hanya pria pekerja keras berubah menjadi workaholic.

Semuanya benar-benar berubah saat itu dan sekarang dia tidak memiliki siapapun lagi selain Mamanya, tetapi apakah Mamanya itu mau menerima dia?

"Gue lebih baik hidup miskin daripada kaya tetapi akhirnya kayak gini."

"Tuhan Gue mohon, kembalikan hidup lama Gue. Gue nggak peduli setiap hari cuman makan nasi sama garam, yang penting Gue bahagia."

"Gue bukannya nggak bersyukur atas apa yang udah Tuhan berikan selama ini ke Gue, tetapi kalau cobaannya kayak gini. Apa Gue sanggu?"

"Gue udah kehilangan Papa. Mama? Hahahha mana mau dia nampung Gue, tadi lihat Gue aja kayak ngelihat orang asing."

"KENAPA TUHAN NGGAK ADIL SAMA GUE? KENAPAA? KATANYA TUHAN NGGAK PERNAH KASIH COBAAN DILUAR BATAS KEMAMPUAN UMATNYA, TAPI KENAPA TUHAN NGASIH GUE COBAAN DILUAR BATAS KEMAMPUAN GUE? GUE NGGAK SANGGUP TUHAANNN....."

Duaarrr.....

Teriakan terakhir Halim bersamaan dengan suara petir yang amat kencang, perlahan namun pasti langit mulai menjatuhkan air matanya demi menutupi air mata lain. Menemani lelaki yang terisak hebat. Tanah merah yang masih basah semakin bertambah basah karena tetesan hujan. Liam memeluk sahabatnya, tak ada yang bisa dia katakan selain menenangkan Halim saat ini.

Nigel sendiri hanya diam, kehidupan Halim ternyata lebih menyakitkan dari dia. Seharusnya dia bersyukur dengan kehidupannya selama ini, terlebih sekarang keenam kakaknya sudah bisa menerima kehadirannya.

"Ingat, kita manusia hebat. Jangan kan hujan, badai saja mampu kita terjang." Ucap Nigel.

***

Dokter Jaka terlihat sibuk dengan ponselnya, mengabaikan lelaki didepannya yang merengut kesal. Bibirnya tanpa sadar maju beberapa sentimeter, membuatnya terlihat menggemaskan terlebih saat pipinya itu dikembungkan.

Dokter Jaka yang tengah fokus pada pekerjaannya sebenarnya sedari tadi sadar dengan apa yang dilakukan oleh lelaki didepannya. Pria itu tersenyum simpul di balik kertas putih yang menghalangi wajahnya.

NIGEL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang