Embun di dedaunan itu membentuk butiran-butiran air yang kecil. Suara kicauan burung berterbangan setelah mentari muncul dan memamerkan sinarnya. Tertuju ke dalam suatu rumah bernuansa putih.
" Hy, Aku Hasna Widhya Permana. Biasa dipanggil Asna. Aku sudah menyelesaikan pendidikan ku sebagai seorang sarjana di bidang Management di salah satu universitas swasta. Aku sangat menyukai dunia luar.. Ada banyak hal yang dapat aku lakukan disana. Menikmati pemandangan, menghirup udara segar, dan tentunya menghabiskan banyak waktu bersama dengannya. "
Buggh.. " Ahh... "
Gadis itu terjatuh dari ketinggian. Bahkan lebih tinggi dari gedung pencakar langit. Hey, bangunlah gadis cantik. Bukan waktunya untuk menikmati mimpimu itu. Sekarang sudah pagi, waktunya untuk bersiap ke sekolah. Segera mandi dan bersiaplah. Sepertinya gadis ini sudah begitu yakin bahwa dirinya sangatlah cantik.
Saat Asna sedang bercermin. Dirinya memikirkan tentang kejadian tadi malam. Apa?
Flashback
" Duh mana sih baju gue yang putih. "
Gadis ini tengah sibuk mencari pakaian putihnya. Namun, bukan pakaian putih yang ia dapat melainkan sebuah foto masa kecilnya. Ada sesuatu hal yang membuatnya bertanya-tanya.
Di meja makan.
" Pagi Yah.. "
Raut wajah Pria tua itu sangat seram. Sepertinya semut pun takut untuk mendekat. Pagi yang cerah ini, diisi dengan secangkir susu serta sepotong roti di meja makan. Dan, tentunya sedikit obrolan.
" Pulang nanti, Ayah jemput kamu.."
" Hah?? Kenapa!!?" Tanya Asna kaget.
" Kenapa? Takut gak bisa pulang bareng pacar?" Ucap Ayah menjawab sambil memakan rotinya.
" Mmm.. gak gitu sih.." Jawab lirih Asna.
" Udahlah, kamu sudahi hubungan kamu sama pacar kamu itu. Ayah kan udah bilang sama kamu. Jangan deket sama orang yang gak jelas." Jelas Ayah.
" Ya.." Jawab Asna singkat.
Keras dan tegas dalam mengambil keputusan, itulah Ayah Asna. Asna tahu itu, tapi bagaimana lagi. Asna sudah terlanjur jatuh cinta dengan pacarnya. Mungkin rasanya sudah kenyang Asna mendengar teguran dari mulut Ayahnya itu. Tapi baginya sulit untuk menuruti kemauan Ayahnya. Saat sedang sarapan, Asna mengingat sesuatu. Kemudian dirinya pun bertanya pada Ayahnya itu. Apa yang ingin ia tanyakan?
" Ayah.."
" Kenapa?"
" Apa Ibu dulu pernah bercadar? "
" Kenapa bertanya seperti itu? Ibumu sama seperti mu."
Ayah memberitahu bahwa ibunya dulu sangat persis dengan Asna. Berpakaian terbuka, rambut pirang, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana mungkin wanita bercadar itu adalah ibunya.
" Aku menemukan sebuah foto, aku tahu itu adalah aku. Tapi, siapa wanita bercadar yang menggendongku? " Tanya Asna.
Sambil memakan rotinya, Asna menunggu jawaban dari Ayahnya itu.
" Sudah siang, cepat berangkat!" Perintah Ayah.
Asna kesal dengan seseorang yang jika ditanya malah memotong pembicaraan tanpa memberi jawaban yang jelas. Tapi sudahlah, ini waktunya ia untuk berangkat ke sekolah. Pria tampannya itu pasti sudah menunggu.
" Iyaa Yah.. bye!"
Asna pun berpamitan dan langsung pergi. Wanita bercadar siapa yang Asna maksud? Asna bertanya kepada Ayahnya. Tapi itu tidak memberinya sebuah jawaban. Memangnya ada apa? Semalam, Asna tengah sibuk mencari bajunya di lemari. Dan ia menemukan sebuah foto masa kecilnya yang sedang di gendong oleh wanita bercadar. Asna mengira itu adalah ibunya. Ternyata kata ayah, ibunya sama sepertinya jadi tidak mungkin jika ibu bercadar. Haha..
Lalu, itu foto nya dengan siapa?
Note : Revisi akan terus dilakukan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Iman & Hati ( END )
RomancePenakluk Iman & Hati ( sudah di bukukkan ) BAGAIMANA JIKA SEORANG WANITA BEBAS, DI JODOHKAN DENGAN SEORANG ANAK DARI KELUARGA YANG TEKUN DALAM AGAMA? SERTA DIJADIKAN HARAPAN SATU-SATUNYA UNTUK MEMBERIKAN KETURUNAN LAKI-LAKI?? " Aku harus rela dan...