Pemberian Umi ( 2 )

337 37 4
                                    

Asna membalikkan badannya, dengan menampakkan tatapan matanya seraya tersenyum kepada Albhi. Albhi begitu terpukau melihat Asna dengan pakaian seperti ini. Ini adalah kali pertama Albhi melihat Asna mengenakan cadar. Tatapan Albhi begitu dalam seakan tak bisa berkedip. Asna hanya tersenyum sambil menunduk dan memainkan jari tangannya karena merasa malu.

" Ekhemm.." Umi memberi kode.

Umi menggelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat Albhi yang terus menatap Asna seperti itu. Albhi kemudian memejamkan matanya sejenak sambil membenahi pecinya.

" Asna?" Ucap Albhi, masih tidak percaya.

" Iyaa Albhi.." Jawab Asna.

" Kenapa? Masih gak percaya?" Kata Umi.

" Umi, Umi yang suruh Asna?" Tanya Albhi.

" Iyaa, Umi sudah putuskan. Kalian akan menikah secepatnya setelah Hasna lulus. Dengan begitu, Umi meminta Hasna untuk mulai membiasakan diri dengan mengenakan cadarnya. Dan cadar yang Asna pakai sekarang, adalah cadar yang Umi kenakan saat pertama kali Umi bertemu Hasna saat itu. Umi sengaja menyimpannya." Ucap Umi sembari tersenyum.

" Sini sayang.."

Umi menjejerkan Albhi dan Asna di hadapannya. Dengan kedua tangannya masing-masing memegang dagu Albhi dan Asna sembari tersenyum dan berkata.

" Kalian anak-anak Umi. Umi sayang sekali dengan Albhi sebagai anak kandung Umi, dan Hasna yang nantinya akan menjadi menantu Umi. Umi sudah mengatakan sebelumnya. Umi akan anggap Hasna sebagai putri Umi bukan seorang menantu. " Ucap Umi sembari tersenyum.

" Umi, Asna juga sayang sama Umi. Asna jadi tau rasanya punya seorang Ibu. Sebelumnya, Asna belum pernah sama sekali ngerasain di sayang sama seorang Ibu seperti Umi. Umi baik banget.. Makasih ya Umi." Ucap Asna.

" Iyaa sayang, dan nantinya kamu juga akan menjadi seorang Ibu. Anak Hasna dan Albhi nanti pasti tampan sekali.." Jawab Umi tersenyum sambil mengangkat dagu Asna.

Mendengar perkataan Umi, entah kenapa ekspresi Albhi seketika langsung berubah. Senyumnya hilang saat itu. Asna menoleh ke arah calon suaminya itu dan melihat ekspresi Albhi tentu membuat Asna bertanya ada apa.

" Kenapa Albhi?" Tanya Asna.

" Gak ada Asna.. " Jawab Albhi tersenyum.

Dari balik pintu kamar, ternyata ada dua makhluk bercadar yang dari tadi menguping pembicaraan. Siapa dia makhluk itu? Tentunya kedua menantu Umi yaitu Ka Jannah dan Ka Sarah. Keduanya terlihat begitu penasaran. Dan setelah mendengarkan semua obrolan, mereka paham akan sesuatu.

" Kak, kita masih beruntung ga sih?"
Tanya Sarah kepada Jannah.

" Kenapa?" Jawab Jannah bertanya.

" Yaa, walaupun sampai sekarang kita belum bisa kasih Umi cucu laki-laki. Tapi Umi ga ada niatan buat cari kan istri lain untuk suami kita."

" Sedangkan...." Ucap Sarah sambil melirik.

Jannah tersenyum dan paham apa yang di katakan adik iparnya itu.

" Seru kali ya, kalau punya lebih dari 2 adik ipar. " Ucap Jannah dengan senyuman sinisnya.

' Cklek.... Albhi keluar kamar.
Kaget melihat kedua iparnya ada di balik pintu. Albhi bertanya sedang apa mereka disitu. Dengan alasan pintarnya Ka Jannah menjawab.

" Kita mau bertemu Umi, Albhi.."

" Albhi.." Panggil ka Sarah.

" Iyaa Kak?"

" Dengan siapa Umi di dalam?"

" Hasna.."

" Boleh kita masuk?"

" Masuk saja Kak, "

" Terima kasih Albhi.."

" Aku pergi dulu, Assalamu'alaikum.."

" Wa'alaikumsalam.." Ucap Ka Jannah dan Ka Sarah sembari menjawab salam. Mereka langsung memasuki ruangan atas izin Albhi.

Di dalam kamar, masih ada Umi dan Asna yang sedang asik berbincang. Tiba-tiba kedua menantu Umi ini datang menghampiri.

" Assalamu'alaikum Umi.."

" Wa'alaikumsalam.." Jawab Umi di ikuti Asna.

Terjadi kontak mata antara Asna, Ka Jannah, dan Ka Sarah saat itu. Bagaikan 2 mata elang sedang menatap 1 ekor mangsanya. Asna begitu takut melihat kedua calon iparnya ini. Sampai tanpa Ia sadari, ia telah meremas pakaian Umi.

" Hasna??" Ucap Umi menyadarkan.

" Hasna.. ada apa? " Ka Jannah bertanya.

Asna hanya terdiam dengan menundukkan pandangannya itu.

" Sepertinya Hasna takut dengan kita berdua Umi. " Ucap Ka Sarah kepada Umi.

Umi tersenyum mendengar itu, Umi langsung memegang tangan Asna dan mengatakan bahwa tidak perlu merasa takut dengan kedua menantu Umi ini. Asha hanya tersenyum kepada Umi.

" Calon istri Albhi sangat cantik.."

" Yaa, Albhi sangat beruntung mendapatkan wanita secantik Hasna.."

Ucap Ka Jannah dan Ka Sarah memuji.

" Umi gak sabar, melihat menantu - menantu Umi berada di satu rumah yang sama. Umi berharap, kalian bisa menjalin hubungan dengan baik. Jannah, Sarah .. "

" Iyaa Umi?"

" Anggap Hasna seperti adik kalian sendiri."

" Pasti Umi.."

Ka Jannah dan Ka Sarah melirik sambil tersenyum kepada Asna. Asna hanya terdiam dan membalas senyuman keduanya.

Keesokan harinya ,
Di sebuah ruang pembelajaran santri putri.

" Ada yang tau rukun iman yang ke 6?"

" Saya Ustadzah,
Iman kepada Qada dan qadar."

" Iyaa benar, iman kepada Qada dan qadar artinya kita percaya bahwa Allah telah menentukan semua hal dalam hidup atau yang sering disebut dengan takdir.."

" Takdir sendiri, ada 2. Apa saja?"

" Saya Ustadzah,
Takdir Mu'allaq dan takdir Mubram."

Asna begitu menyimak penjelasan materi kali ini. Ia belum tau banyak tentang agama. Dengan hati yang ikhlas dan tenang, Asna mencoba mempelajarinya.

" Ustadzah jelaskan. Takdir Mu'allaq,  itu takdir yang mengikutsertakan peran manusia. Apa contohnya? Kesehatan mu, kepintaran mu, dan kemakmuran mu. "

" Dalam surah ar- Rad ayat 11 Allah berfirman.
innallaha la yugayyiru ma biqaumin ḥatta yugayyirụ ma bi'anfusihim, yang artinya. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

" Jadi, jika kalian ingin merubah keadaan hidup menjadi lebih baik. Maka berusahalah, niscaya Allah akan membantu dan memudahkan jalanmu."

" Aamiin..."

Asna tau sekarang, dan Ia semakin yakin bahwa keputusan ayahnya adalah jalan yang terbaik untuknya kedepan. Jika ia terus berada dalam suatu keadaan yang salah. Mungkin hidupnya bisa saja berantakan tanpa arah.

Berbulan-bulan lamanya berada disini. Asna sudah berada di kelas akhir. Jelas tidak membutuhkan waktu yang lama lagi untuknya mengahadapi sebuah kelulusan. Selama di pesantren, Ia banyak mendapatkan pelajaran terkhusus tentang kehidupan. Ia sudah bisa menerima dan ikhlas dengan yang ia hadapi saat ini. Menikah dengan Albhi setelah lulus? Itu memang salah satu tujuan ayahnya. Dan sudah menjadi sebuah keputusan bersama. Asna siap menjalaninya. Insya Allah..

Thanks for reading
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan karya PENAKLUK IMAN & HATI
❤️ NEXT PART!!

Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang