Waktu sudah menunjukkan pukul 18.45 WIB. Setelah lama menunggu operasi pencabutan pisau yang tertancap di perut Asna. Dokter pun akhirnya keluar dengan memberitahukan mereka sebuah kabar yang kurang baik. Ibunda Asna tidak berhenti berdoa untuk anaknya, ia pun dengan sigap langsung berdiri dan bertanya soal kondisi Asna.
" Gimana dok anak saya? "
" Keadaan pasien sedang mengandung, pisau yang tertancap cukup mengancam nyawa keduanya. Saat ini, anak ibu sedang kritis. Kami harus segera melakukan tindakan operasi, dan kemungkinan hanya ada salah satu yang bisa kami selamatkan."
Ustadz Zakir dan Ibunda Asna begitu terkejut mendengar perkataan dokter tentang kondisi Asna dan bayinya. Tak kuasa akan itu, Ibunda Asna langsung tergeletak pingsan. Albhi dan semua keluarga belum juga sampai, ustadz Zakir bingung harus mengambil keputusan apa.
" Dokter, suami dan keluarga pasien sedang dalam perjalanan. Saya bukan siapa-siapa yang memiliki hak untuk memberi sebuah keputusan. Mohon tunggu mereka, saya mohon lakukan yang terbaik untuk Bu Asna.. " Ucap Ustadz Zakir sambil menidurkan ibunda Asna ke kursi.
" Baik Pak, saya tunggu sampai nanti malam. Karena kami harus segera melakukan tindak operasi. Permisi.. " Balas dokter, pergi.
Di sisi lain, kedua menantu Umi sudah berada di rumah. Ka Sarah hanya duduk dengan tenang seperti tidak ada masalah yang terjadi, sedangkan Ka Jannah mondar-mandir kebingungan harus menjawab dan menjelaskan bagaimana kepada seluruh keluarga nanti.
' Tok tok tok.. Suara pintu di ketuk. Ka Jannah terkejut mendengarnya. Rasa takut, gelisah, sedang ia rasakan.
" Buka saja.. " Ucap Ka Sarah.
Ka Jannah tidak melangkahkan kakinya sama sekali. Dirinya sangat takut. Entah itu polisi, suaminya, atau siapa saja yang datang. Ia tidak berani untuk membuka pintu. Gemas melihat iparnya, akhirnya Ka Sarah yang melangkah ke depan untuk membuka pintu.
'Cklek.. Pintu dibuka, betapa terkejut Ka Jannah melihat semua anggota keluarga termasuk suaminya Ka Syam sudah pulang ke rumah. Sedangkan Ka Sarah, dirinya hanya terdiam tenang dan memberikan senyumannya. Raisya yang mengetahui ammu nya sudah pulang langsung berlari sambil membawa sebuah piala. Yah, hari ini Raisya berhasil meraih piala itu. Betapa tidak sabarnya Raisya ingin menunjukkan pialanya kepada ammu dan ayahnya. Tetapi, saat dirinya mendekat dan akan berbicara. Sambil menatap Ka Sarah, Albhi menahan tangan Raisya dan menyuruhnya untuk menjauh.
Di saat itu, Ka Sarah pun berbicara.
" Kalian semua sudah pulang, bukan kah pesta pernikahan diadakan esok? Bagaimana perasaan Fatimah saat.. "" CUKUP! "
Ka Jannah spontan langsung memejamkan matanya disaat Albhi memotong perkataan Sarah dengan amarah yang sudah memuncak. Ini adalah kali pertama, seorang Albhi berani melontarkan emosi yang ia rasakan kepada iparnya. Lagi-lagi, Ka Sarah hanya tersenyum walau ia tahu adik iparnya itu sudah mengetahui semuanya. Di sisi lain pula, kedua saudara lelaki Albhi tampak bingung mengapa tiba-tiba Albhi membentak Sarah seperti itu.
" Apa yang kalian lakukan pada istriku? " Ucap Albhi bertanya.
Mereka semua terkejut. Albhi belum menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Umi, Abah, dan kedua saudara lelakinya. Ia hanya mengatakan bahwa Asna saat ini sedang berada di rumah sakit karena mengalami kontraksi. Ka Syam yang penasaran pun akhirnya bertanya ada apa.
" Apa yang kamu maksud Albhi? " Saut Ka Syam bertanya.
" Mereka berdua berniat membunuh istri dan anak ku. " Jawab Albhi.
Ka Jannah hanya bisa pasrah sambil memejamkan matanya. Berbeda dengan Ka Sarah yang justru berani mengatakan yang sejujurnya dengan kata-kata yang menyakiti hati Albhi dan seluruh anggota keluarga termasuk suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Iman & Hati ( END )
RomansaPenakluk Iman & Hati ( sudah di bukukkan ) BAGAIMANA JIKA SEORANG WANITA BEBAS, DI JODOHKAN DENGAN SEORANG ANAK DARI KELUARGA YANG TEKUN DALAM AGAMA? SERTA DIJADIKAN HARAPAN SATU-SATUNYA UNTUK MEMBERIKAN KETURUNAN LAKI-LAKI?? " Aku harus rela dan...