Kisah VII

291 25 0
                                    

Sesampainya di rumah saudara Albhi. Mereka semua menyambut Umi, Albhi dan semuanya dengan penuh haru. Rasa rindu sudah lama dipendam. Sepupu Albhi bernama Fatimah. Ialah yang akan melangsungkan pernikahan di hari esok. Fatimah sudah dari kecil selalu bersama dengan Albhi saat masih berada di desa. Kini mereka sudah beranjak dewasa. Fatimah mendengar bahwa Albhi sudah menikah, tetapi dirinya tidak melihat ada wanita di sampingnya.

" Albhi.. Aku sangat merindukanmu. Mm.. Dimana istrimu? " Tanya Fatimah.

" Aku juga merindukanmu Fatimah. Istriku tidak bisa ikut, ia sedang hamil besar.. Jadi terpaksa aku harus meninggalkannya dirumah bersama iparku yang lain. " Jawabnya.

" Owh.. Begitu. Ya sudah, besok aku yang akan berkunjung kerumah mu. Saat istrimu akan melahirkan." Ucap Fatimah.

Mereka pun memasuki rumah, Ka Syam dan Ka Rayan langsung mencicipi makanan yang berada di atas meja. Sedangkan Albhi tengah menatap ombak di belakang rumah yang kebetulan berada dekat dengan pantai. Ia menulis sesuatu di bukunya itu.

' Anakku, perlu kamu ketahui nak.. Ibumu adalah wanita yang paling ayah cintai. Ibumu adalah sosok wanita hebat. Ia mau berubah dan belajar menjadi seseorang lebih baik lagi saat dirinya terjerumus dijalan yang salah. Pengalaman hidup yang ibumu lalui lebih tajam dan berliku dibanding ayahmu ini. Dan ayah yakin.. Kamu akan dijadikannya anak yang paling beruntung nak. Saat ibumu lahir sampai ia akan memilikimu, ia tidak pernah melihat bahkan merasakan kasih  seorang Ibu. Untungnya, saat ini ayah dan ibu sudah menemukan siapa nenekmu. Ibu mengatakan pada ayah.. Kalau kamu nanti tidak akan pernah kekurangan kasih seorang ibu sedikitpun. Kamu akan melihat wajah ibumu yang cantik saat kamu terlahir kedunia nanti. Dan ia mengatakan, kalau ibu akan selalu ada untukmu nak.. Bagaimana dengan ayah? Mungkin saja, ayahmu ini akan tersingkirkan.. Hmm.. Semoga kelak, kamu akan menjadi seorang anak yang soleh dan menyayangi ibu dan ayahmu. '

" Ayah menunggumu sayang.. " Ucap Albhi sambil menatap pantai.

" ALBHI! "  Seru Fatimah, datang.

Albhi terkejut dan langsung menutup bukunya itu. Fatimah menghampiri Albhi yang tengah menyendiri di belakang rumah. Fatimah melihat Albhi sedang memegang sebuah buku. Dan ia tahu bahwa Albhi sangat suka menulis kata-kata pada sebuah alas yang kosong.

" Apa yang kamu tulis? "

" Tidak ada.. "

" Hmm.. Jadi ini rahasia. "

Albhi sudah lama sekali tidak mengeluh soal permasalahan hidupnya pada Fatimah. Dulu, ia tersandung batu saja. Langsung ia ceritakan pada sepupunya itu. Sekarang, mungkin saja ia akan sedikit bercerita.

" Aku sangat mencintanya." Ucap Albhi.

" Istrimu? Yah.. Aku tahu itu. Lalu apa yang membuat mu termenung? " Tanya Fatimah.

" Sebenarnya sangat berat bagiku harus meninggalkannya dirumah sendiri. " Ucapnya.

" Mengapa? Bukankah kamu mengatakan istrimu bersama dengan para iparmu dirumah? " Tanya Fatimah, lagi.

" Itulah.. Aku sedang merasa gagal menjadi seorang suami. Aku pikir, aku sudah cukup membuatnya bahagia. " Albhi berdiri dari duduknya.

" Apa yang kamu katakan Albhi? " Fatimah merasa bingung.

" Kedua iparku, telah berprilaku buruk pada istriku. Bodohnya aku tidak mengetahui itu dari awal. Dan aku sangat merasa bersalah, saat istriku tahu tentang bagaimana Umi. Tentang mengapa Umi memilihnya menjadi istriku. Dan pada akhirnya, ia harus menerima penderitaan itu. " Jelas Albhi.

" Ya Allah.. Aku yakin, istrimu adalah wanita yang kuat. Allah memang memilihnya untukmu. Tenanglah Albhi, kamu adalah seorang pria yang baik. Di luar itu semua, istrimu pasti bahagia menikah denganmu. " Ucap Fatimah menangkan sepupunya.

Di sisi lain.

Raisya akhirnya sudah boleh pulang setelah melakukan pelatihan. Dirinya senang dan sudah sangat siap untuk mengikuti lombanya minggu depan. Tapi di sisi lain, ia sangat sedih. Karena siang tadi dirinya tidak bisa melihat ammu nya itu pergi ke bandara. Tapi tidak masalah, sesampainya dirumah ia akan langsung menghubungi ammu nya.

" Asna, warna baju apa yang cocok denganku? " Tanya Ka Jannah yang tengah sibuk memilih-milih bajunya.

" Ungu, biru, dan hitam.. " Jawabnya.

" Mm.. Bagaimana dengan merah? " Ucap Ka Jannah bertanya sambil menenteng baju merahnya itu.

Tiba-tiba Ka Sarah pun datang ke kamar. Melihat dan mendengar itu ia langsung tertawa dengan kencang mengejek iparnya.

" HAHAHA.. Yang benar saja kak. Dirimu sangat tidak pantas memakai pakaian berwarna merah. Kakak sudah tua.. Pakailah pakaian yang gelap seperti Umi. " Ucapnya mengejek.

Ka Jannah nampak kesal dengan Sarah. Dirinya langsung menutup lemari bajunya. Tetapi setelah itu, ia menyuruh Asna untuk duduk di kasur.

" Asna duduklah. Aku akan memberimu sesuatu.. " Ucap Ka Jannah.

Asna duduk di kasur, sedangkan Ka Jannah sepertinya sedang mengambil sesuatu di lemarinya.

" Ini untukmu.. "

Ka Jannah memberikan Asna sebuah baju dan niqab. Asna menerimanya dengan senyuman. Asna tidak menyangka kedua iparnya kali ini sangat berlaku baik padanya. Ia berharap ini akan terus berlangsung.

" Bajunya bisa kamu pakai. Ini akan lebih membuatmu merasa nyaman disaat kondisi hamil besar seperti ini. "

" Terima kasih ka.. Aku pasti akan memakainya. "

Ka Jannah langsung ikut duduk dan mengelus perut Asna. Ketiganya saling terseyum. Ka Jannah dan Sarah pun saling menatap.

" IBUUUU... "

Suara anak berteriak dari luar.

" Itu anakku.. IYA RAISYA! " Ucap Ka Jannah langsung menghampiri Rasya yang baru saja pulang.

Ka Jannah sangat bangga pada anaknya satu ini. Raisya memang sangat berbakat hingga selalu terpilih untuk mengikuti lomba di sekolahnya. Asna ikut senang keponakannya itu adalah anak yang pintar. Ia berharap esok dirinya juga bisa membimbing anaknya hingga pintar seperti semua keponakannya.




Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang