Kenyataan Pahit III

613 33 3
                                    

Setelah lama menunggu, akhirnya dokter datang dengan memberi kabar haru. Seorang bayi laki-laki telah lahir. Di satu sisi, Albhi sangat senang atas kelahiran anaknya. Tapi disisi lain, dia masih merasa terpuruk dengan kematian Asna.

Albhi meminta dokter untuk melihat kondisi anaknya. Dokter mengizinkan, tetapi dokter mengatakan bahwa ia harus melakukan penanganan dan perawatan intensif terhadap bayi untuk beberapa minggu ke depan. Semua keluarga siap menyiapkan apapun yang dede bayi butuhkan.

Di dalam tabung inkubator ia diletakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam tabung inkubator ia diletakan. Senyum dan air mata Albhi tidak bisa tertahan saat melihat anaknya menangis.

" Asna.. Anak kita.. "

Tubuhnya masih sangat kecil karena
terlahir prematur. Albhi mengamati setiap bagian tubuhnya. Hidungnya, matanya, bahkan dagunya.

" Dia sangat mirip denganmu.. Aku seperti melihat Asna kecil disini. Kamu pasti akan melompat kegirangan saat tahu dia lebih mirip dengan mu dibanding aku.. Haha.. "

Saat ini, Albhi hanya bisa mencium tabung inkubator sampai kondisi anaknya benar-benar sudah pulih. Setelah mengumandangkan adzan melewati lubang, Albhi pun meminta izin kepada bayi kecilnya itu untuk pulang ke rumah. Karena penguburan Asna harus segera di urus.

" Nak, ayah harus segera pulang.. Ayah pasti datang lagi untuk menjemputmu. Jangan pernah bersedih, ayah ada disini. Ibumu sudah melarang mu untuk memakan yang manis-manis, bahkan saat dirimu belum lahir. Haha.. ayah akan selalu mengingat itu."

Pagi hari setelah pemakaman, mereka semua berkumpul di ruang tamu. Ayah Asna, Ibunda Asna pun ada disitu. Walaupun Asna sudah tiada, tetapi mereka tetaplah keluarga. Mereka semua sudah berjanji, tidak akan membiarkan cucu mereka kekurangan  kasih sayang sedikit pun.

" Ammu.. "

Semua keponakan Albhi datang menghampiri. Mereka semua langsung memeluk Albhi. Betapa terpukulnya hati mereka, sekarang tidak ada lagi istri ammu yang mereka panggil bibi. Tetapi, mereka senang karena sebentar lagi akan ada teman baru untuk di ajak bermain. Keponakan Albhi, dan anaknya lah yang menjadi penguatnya saat ini.

Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu diketuk. Ka Sarah melangkah ke depan untuk membukakan pintu. Betapa terkejut dirinya saat melihat dua orang polisi datang. Siapa yang memanggil polisi? Itulah yang menjadi sebuah pertanyaan.

" Ada yang bisa saya bantu? "

" Kami datang untuk
memenuhi sebuah laporan. "

Semua keluarga ikut keluar dan melihat siapa yang datang. Mereka semua juga terkejut melihat kedatangan polisi.

" Ada apa ini pak? " Tanya Abah.

" Saudara Sarah, ikut kami ke kantor polisi! " Ucap salah satu polisi.

" Mm.. Maaf Pak, siapa yang lapor kan istri saya ke polisi? " Tanya Ka Rayan.

" Mohon maaf, kami tidak bisa memberitahukan itu. Kami datang atas dasar laporan rencana pembunuhan terhadap Bu Asna. Pelapor meminta untuk menyembunyikan identitas nya. Sekarang juga, saya minta saudara Sarah untuk ikut kami ke kantor! " Ucapnya.

Kedua polisi wanita langsung menahan tangan Ka Sarah. Ka Sarah tidak memberontak sama sekali, dirinya bahkan tidak ingin tahu siapa yang melaporkannya. Dia sadar, ia pantas mendapatkan ini. Tapi sebelum itu, Ka Sarah meminta izin untuk mengatakan sesuatu kepada anak dan suaminya.

" Suamiku, maafkan aku.. "

" Tidak Sarah, "

" Insya Allah aku siap menjalani hukuman ini. Anak-anakku, ibu akan segera pulang. Jangan nakal, oke? Mintalah apapun yang kalian butuhkan kepada bibi Jannah. Aku mohon, jaga mereka selagi aku tidak ada. "

Ka Jannah memberikan senyumnya dan berjanji akan menjadi bibi yang baik untuk semua keponakannya. Ka Sarah pun menyerahkan dirinya kepada polisi. Entah tentang siapa yang melaporkannya, masih menjadi misteri.

" Ibuu.. " Tangis Sa'adah dan Zaira.

" Ibu pasti pulang. " Ucap Ka Jannah.

Bertepatan dengan kepergian Ka Sarah bersama para polisi, Ustadz Zakir tiba-tiba datang berkunjung. Ia mengucapkan belasungkawa yang mendalam kepada Albhi dan mengucapkan selamat atas lahirnya anak pertama mereka. Gus Albhi langsung memeluk Ustadz Zakir.

" Terima kasih ustadz.. "

" Sabarlah Gus.. Aku bersama mu. "

Dua bulan kemudian, akhirnya anak Albhi sudah dibolehkan untuk pulang. Mereka sudah mempersiapkan segala kebutuhan.

" Aku tidak pandai memikirkan soal nama beserta arti yang baik. Tapi, perpaduan nama ayah dan ibumu juga tidak terlalu buruk.. Hasbi.. "

" Asbi.. Nama yang bagus. "

Umi datang menghampiri Albhi yang sedang asik mengajak anaknya itu berbicara. Albhi mengerutkan keningnya. Ada apa?

" Umi.. Panggil lah dia Hasbi, bukan Asbi. Umi bahkan lupa bahwa nama Asna itu adalah Hasna bukan Asna. "

" Haha, ya itu hanyalah pelesetan. Nama yang indah.. Ibumu selalu bersama mu, dalam namamu nak.. "

" SYAMMM!!! "

Umi dan Albhi dikejutkan dengan suara Ka Jannah yang berteriak keras sekali. Mereka semua langsung menghampiri ka Jannah yang sedang berada di dapur.

" Ada apa Jannah? " Tanya Ka Syam.

" Suamiku, aku melihat Asna sedang menjemur pakaian disana. Mmh.. Aku tidak berbohong, percayalah. " Ucap Ka Jannah dengan gugup.

" Apa ini? Asna sudah tenang disana. Beristirahat lah saat kamu merasa lelah kakak ipar. Jangan sampai timbul halusinasi tentang istriku seperti itu!!" Saut Albhi dan langsung pergi.

Ka Jannah merasa tidak enak dengan Albhi. Tapi dirinya mungkin tidak berbohong, keringatnya itu sampai bercucuran. Umi meminta Jannah untuk beristirahat, wajar saja karena saat ini ialah satu-satunya menantu yang tersisa. Selama Ka Sarah berada dalam tahanan, semua pekerjaan rumah beserta anak-anak diserahkan kepada Jannah.

" S-suamiku, aku tidak berbohong.. "

" Sudah sudah.. Ayo ke kamar! "

Pikirannya tidak tenang semenjak kepergian Asna. Untuk pergi ke kamar mandi saja rasanya takut. Jannah merasa Asna akan balas dendam atas semua yang pernah ia lakukan. Tapi itu tidak mungkin. Pikiran gelisah dan lelah yang telah membuatnya seperti itu.

" S-suamiku.. Temani aku ke wc. "

" Apa ini Jannah. Wc dan kasur ini hanya berjarak 5 meter saja. Ayolah, apa yang membuat mu takut? "

" Asna.. "

Ka Syam menggelengkan kepalanya, ia langsung menghampiri Jannah dan mencoba menjernihkan pikirannya.

" Jannah dengarkan aku, seseorang yang telah meninggal dunia artinya dia sudah berada di alam lain, alam kubur atau barzakh. Dalam islam tidak dikenal istilah-istilah ruh gentayangan, dan lain sebagainya. Mereka sudah berada di alam lain yaitu diluar alam dunia. Jin, setan, iblish itu memang nyata. Tetapi, jika kamu melihat seseorang yang sudah meninggal datang menghantui muu.. Rarrwwwrr.. "

" Awh.. SYAM! "

" Haha.. Itu hanyalah tipu daya jin, atau halusinasi mu saja. Jangan pernah merasa takut terhadap mereka! Tidak apa-apa istriku, kamu memang memiliki kesalahan kepada Asna. Tapi tenanglah, asuh anak Asna, kasihi dia seperti anak mu sendiri. Berjanji padaku jangan ulangi lagi! Asna adalah orang yang baik, dia pasti sudah memaafkan mu bahkan sebelum kamu memintanya. Kita akan selalu mengirim doa untuknya.  Okey? Pergilah ke wc. Cepat! "

" Aku berjanji.. Terima kasih. "

Mereka pun berpelukan untuk melepaskan segala macam kelelahan. Entah benar terlihat atau tidak. Seseorang yang sudah meninggal tidak akan pernah bisa kembali ke alam dunia.  Jika bukan karena kehendak-NYA.


••• Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.. 
(QS. Ibrahim: 27) •••

Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang