Kisah IV

353 28 0
                                    

•••Perlahan, pasti akan terbiasa.Walau rasa ini masih sama, tapi apalah guna•••

" Hari ini aku akan ikut dengan Albhi ke pesantren, benarkan Albhi? "

Semua orang yang sedang duduk santai, menikmati obrolan pagi di ruang tamu seketika langsung terdiam. Begitu juga dengan Albhi. Istrinya ini nampak sudah siap untuk pergi ke pesantren bersama dengannya pagi ini. Bahkan, ia sudah membawa satu tas besar yang berisi.. Berisi apa?

" Ada tisu 5 pack, jajanan, niqab, dan beberapa pakaian ganti. "

" Asna.. Kamu tidak perlu membawa barang sebanyak itu. Sore ini kita akan pulang, kita tidak akan menginap disana. "

" Ah.. Aku tahu itu suamiku. Tapi, aku sangat membutuhkan semua ini. "

Semua orang menahan tawanya. Suami istri ini nampak lucu meributkan tentang barang bawaan. Dan seperti biasa, Umi selalu membela menantu kesayangannya itu daripada anak kandungnya sendiri.

" Biarkan saja Albhi, "

" Baiklah Umi.."

" Aku hanya takut ia akan mengikuti ku kesana - kesini sambil membawa jajannya itu. " Ucap Albhi lirih.

" APA?? " Seru Asna.

" Maksud ku, tidak baik jika seorang wanita hamil makan jajan sambil berjalan. Benarkan Umi? " Ucap Albhi.

" Mm... Ya, benar. Tapi biarkanlah istri mu melakukan apapun yang ingin ia lakukan." Jawab Umi, Lagi-lagi membela Asna daripada anaknya sendiri.

Asna mengedipkan sebelah mata kepada suaminya itu seakan mengejek. Mengejek karena tidak pernah dibela Umi dan selalu ia yang dibela. Albhi ingin kesal tapi hanya terdiam. Apa boleh buat, Albhi tidak akan pernah bisa mengisi perutnya dengan sebuah janin seperti istrinya itu. Jadi, terimalah nasib.

" Lihatlah Umi, sepertinya mereka bukan anak dan menantu mu. Tapi, kedua anak kembar mu. Hahah.. " Ucap Ka Syam.

" Atau, Albhi yang anak angkat?" Saut Ka Rayan, ikut mengejek adiknya.

" Sudah sudah... " Ucap Abah.

Saat semua sedang tertawa dan ikut merasakan suasana bahagia di pagi ini, nampaknya dua wanita bercadar yang sedang berdiri di ambang pintu dapur begitu kesal. Mereka berdua sangat iri melihat Asna yang sangat dimanja saat sedang mengandung. Apakah hal itu terjadi pada mereka berdua juga? Tidak.

" Baiklah, mungkin bukan hari ini.. "

" Bersiaplah Asna, mereka semua tidak akan membiarkan mu untuk pergi ke pesantren terus - menerus. Tuan putri, harus berdiam diri di rumah bersama dua dayang cantik ini... "

" Hahhaa.. Kau sangat pintar merancang kata-kata saudara ku. "

Rasa benci sudah tertanam dalam diri mereka terhadap Asna. Niatan untuk menyiksa dan memperlakukan Asna dengan buruk selalu ada di pikiran mereka. Terlebih saat ini Asna sedang mengandung. Mereka rasanya ingin sekali melenyapkan anak yang berada dalam kandungan iparnya itu. Tapi hal ini masih bisa mereka tahan.

Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang