Terungkap

372 29 1
                                    

Semua sudah berkumpul di meja makan. Tetapi rasanya seperti ada yang kurang jika dilihat. Kedua menantu Umi ini sedang mencari-cari dua rupa yang tidak tampak di meja makan.

" Dimana Albhi dan istrinya? " Tanya Ka Syam.

" Mereka berdua hari ini memutuskan untuk pergi keluar. Menghabiskan waktu bersama. Ya, jarang-jarang kan? " Jawab Umi.

" Mm... Albhi memang seharusnya memanjakan istrinya yang sedang mengandung. Seperti aku memanjakan Sarah dulu. Benarkan sayang? " Ujar Ka Rayan merayu istrinya.

Ka Sarah dan Ka Jannah saling menatap. Keduanya sepertinya sangat tidak suka mengetahui kalau Asna hari ini tengah menghabiskan waktu bersama dengan Albhi. Pikiran mereka kemana-mana.

Di Dapur.

" Kak.. Bagaimana jika Asna mengatakan semuanya pada Albhi? "

" Tenanglah Sarah. Asna tidak mungkin melanggar janjinya. Dia tidak akan membiarkan bayinya mati. "

Setelah mengatakan itu dengan sangat ringan. Ka Sarah dan Ka Jannah pun tertawa kecil dengan tatapan jahatnya.

Di sisi lain.

Bagaikan sepasang burung merpati putih yang sedang kasmaran. Albhi dan Asna berjalan di pesisir pantai dengan ombak biru yang indah. Angin itu membuat pakaian Asna berterbangan, cantik sekali tampak seperti bidadari yang tersesat di tengah pulau. Ujar Albhi haha.

" Kemarilah istriku.. "

Asna menghampiri Albhi dengan wajah yang sumringah. Kedua tangannya bersembunyi di belakang badan seperti sedang mengepal sesuatu. Albhi yang penasaran berusaha meraih dan melihat benda apa yang berada di tangan Asna.

" Biarkan aku melihatnya. "

" Tidak akan.. "

" Ayolah Asna.. Sini.. "

" Haha tidak Albhi.. "

" Kalau tidak, aku akan menggelitiki mu. "

" Haha jangan.. "

Albhi menggelitiki perut istrinya agar ia mau memberikan sesuatu yang ia genggam itu. Asna merasa geli hingga tertawa lepas sambil tetap mempertahankan kepalan tangannya.

" Ah.. " Rintih Asna.

Albhi langsung berhenti menggelitiki Asna. Albhi panik mendengar Asna merintih kesakitan sambil memegangi perutnya itu.

" Ada apa? "

" Perut ku sakit.. "

" Maafkan aku Asna.. Aku harus apa? "

" Duduklah, cium perut ku. "

" Mengapa? "

" Ayolah duduk.. "

" Baiklah sayang.. "

Saat Albhi sedang mengelus dan mencium perut istrinya itu. Tiba-tiba Asna dengan isengnya menaburkan butiran-butiran pasir di atas rambut Albhi. Albhi belum menyadari itu, baru saat ia terbangun dari duduknya.

" Apakah masih sakit? "

"Mmh.. Ya, tapi sudah tidak terlalu sakit. Terima kasih suami ku. "

Karena rasa gatal, akhirnya Albhi pun menggaruk kepalanya. Betapa terkejut Albhi saat menemukan banyak kotoran pasir di atas kepalanya itu. Dia tidak berkata apa-apa. Albhi tahu pasti ini adalah ulah istrinya. Ia hanya tersenyum pada Asna sambil tetap menggaruk kepalanya itu.

" Apa rasanya gatal?"

" Menurut mu? "

" Hehe.. "

" Rasanya ingin sekali aku membalas. Tapi kamu punya senjata yang bisa melemahkan ku dalam sekejap. "

" Senjata apa? "

" Anakku di rahimmu. "

Asna langsung terdiam, dirinya tertunduk sambil mengelus perutnya. Ntah apa yang tiba-tiba membuat istri Albhi ini tampak murung.

" Ada apa istri ku? " Ujar Albhi sambil mengangkat dagu Asna.

Kedua mata Asna sudah berair. Air matanya hampir jatuh dan mungkin akan jatuh saat ia berkedip. Albhi bingung dengan istrinya. Sebenarnya apa yang Asna rasakan sampai membuat dirinya menangis seperti ini?

" Katakan padaku. "

" Albhi, aku ingin mengatakan sesuatu. Sebenarnya aku sangat takut. Tapi aku tidak bisa diam terlalu lama. "

" Ada apa Asna. Katakan saja. Ayo.. "

" Tapi sebelum itu, tolong berjanjilah padaku. "

Asna menjulurkan jari kelingkingnya pada Albhi. Ia meminta Albhi untuk berjanji terlebih dahulu sebelum Asna mengatakannya. Albhi pun dengan berat rasanya berjanji. Albhi tidak ingin perjanjian ini salah.

" Berjanjilah, untuk tidak mengatakan ini pada siapa pun. Pada Umi, Abah, Ayahku, dan semua kakak ipar. Berjanjilah padaku. Apa pun itu, tahan dirimu dan diam saja. Oke? "

" Iya aku berjanji.. Sekarang katakan apa yang mau kamu katakan Asna. "

" Suamiku, tolong jangan marah padaku. Aku sangat mencintaimu. Aku sangat menyayangi bayi yang berada dalam kandungan ku. Aku begitu berharap anak kita bisa lahir di dunia ini. Selama ini, jika kamu dan semua orang pergi ke pesantren.. em.. "

Asna tampak sesak saat akan berbicara pada Albhi. Dirinya membuat Albhi begitu penasaran dengan rasa khawatir.

" Ayo Asna.. Katakan.. "

" Kedua kakak ipar. Mereka selalu menyiksa ku. Mereka mengatakan kalau Umi lebih menyayangi ku dibanding mereka. Umi bahkan tidak menganggap anak-anak mereka sebagai cucunya. Albhi aku mohon jangan beri tahu siapa pun, aku mohon Albhi. Jika tidak mereka akan membunuh anakku. "

Albhi terdiam dengan tatapan kosong ke arah pantai. Kedua tangannya mengepal dengan perasaan penuh amarah. Asna terus menangis sambil memegangi tangan Albhi seraya memohon kepada Albhi agar dirinya bisa diam.

" Asna.. Berhentilah menangis. Aku mohon.. Sudah berapa banyak air mata yang kamu keluarkan tanpa sepengetahuan ku? "

Albhi mendekap Asna dalam pelukannya sambil menangis tersedu-sedu. Albhi tidak pernah menyangka kalau istrinya akan menerima perilaku tidak pantas dari kedua iparnya. Padahal Albhi sudah berjanji pada Ayah untuk membahagiakan Asna. Tapi justru ini yang Asna dapat dan rasakan.

" Berjanjilah padaku.. "

" Iya sayang.. Aku berjanji. Dan aku berjanji kamu tidak akan menerima siksaan itu lagi. "

" Albhi satu lagi. "

" Apa istriku? "

" Apa benar, jika anak yang ku lahirkan adalah bayi perempuan. Umi akan mencarikan mu istri lain? "

Albhi terdiam mendengar perkataan Asna kali ini. Albhi tidak berharap Asna mengetahui semua ini. Tapi apa yang tidak mungkin, Asna pasti akan mengetahuinya.

" Asna.. Dengarkan aku. Jika nanti Umi mencarikan ku istri lain. Maka ingat dan pegang kata-kata ku ini. Aku lebih rela mati di hari itu juga, daripada aku harus menikah dengan wanita lain selain kamu. "

" Jangan berkata seperti itu Albhi. "

" Inilah yang aku katakan padamu. Aku sangat sayang dengan semua keponakan ku. Mereka gadis kecil yang cantik dan lucu, lalu bagaimana bisa jika anakku sendiri aku justru membenci dan membuangnya? "

" Tapi Umi.. "

" Serahkan semua padaku. Yang terpenting sekarang, kamu harus menjaga kesehatan mu Asna. "

Keduanya saling berpelukan. Melepas segala amarah menjadi sebuah ketenangan.




Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang