Kerusuhan di Malam Itu ( 2 )

348 44 2
                                    

'Air mata ku saat itu sudah tidak bisa ku bendung lagi. Hatiku terasa tergoyah mendengar perkataan wanita tua itu, bahkan sedikitpun rasanya susah untukku membela - Nya. Aku menyuruhnya pergi dari rumah saat itu juga. Ia mungkin bingung aku ini kenapa. Tapi inilah yang aku rasa, aku hanya bisa meminta maaf dalam hati tanpa berucap sedikitpun padanya. Malam itu telah merubah sejuta pemikiran ku terhadapnya. Tertunduk dan rasakan lah..'

" Sayang, kamu bisa ikut aku sekarang. Kamu gak perlu terima perjodohan ini. Kamu ga perlu turutin permintaan ayah kamu itu.. "

' Ucapnya begitu sangat ringan, telinga ku saat itu begitu panas. Tapi aku hanya terdiam, rasa ingin membentak masih bisa ku tahan. Aku tau, mungkin Ayah lebih ingin mengeluarkan amarahnya dibanding diriku saat itu. '

" Apa hak kamu mengatakan itu ?"

' Matanya sudah begitu merah, darahnya mungkin sudah begitu mendidih. Aku rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya saat itu. Disatu sisi hatiku bagai teriris melihat pria yang mencintaiku itu  berdiri dengan harapan aku mau mengikutinya. Tapi disisi lain, akupun tidak bisa melanggar dan membantah apapun keputusan ayahku. Dan malam itu, telah merubah semua jalan pikir ku terhadapnya. Apalah dayanya .. :'('

" Om liat , betapa tertekannya anak om sama perjodohan yang udah om buat ini?"

" Udah sayang, kamu ga perlu pura-pura kaya gitu. Kamu ikut aku.. ayo!" Ujar Rafka sambil mendekat ke arah Asna dengan menjulurkan tangannya itu. Berharap Asna meraihnya.

Suasana begitu hening, keluarga Albhi hanya terdiam. Begitupun Ayah yang hanya berdiri dengan mengepalkan telapak tangannya itu. Ayah sangat mengharapkan Asna tidak membuat keputusan yang salah.

Rafka masih menjulurkan tangannya. Ia terus membujuk Asna untuk ikut dengannya dan menolak perjodohan itu. Rafka begitu yakin bahwa Asna sangat tertekan akan itu. Ia tau Asna yang berada di hadapannya saat ini bukan Asna, seorang gadis yang mencintainya.

" Ayo sayang.." Ajak Rafka.

Rasa sayang Rafka tak kalah jauh dari besarnya kepedulian Ayah pada anaknya. Meskipun perilaku Rafka terkadang salah dan menyesatkan. Tapi dirinya begitu menyayangi Asna tanpa berharap apa pun. Ia bahkan rela jika harus hidup miskin sekali pun dengan seorang gadis yang Ia cintai seperti Asna. Tapi, keadaan kali ini benar-benar kacau.

" egh.. "
" PERGIII.....!!!"

Asna menghempaskan tangan Rafka dengan kencangnya sehingga membuat orang seisi rumah terkejut begitu dengan diri Rafka sendiri.

'Apa ini? Mengapa Asna begitu tega menghempaskan tangan ku dan membentak ku seperti itu? ' Ucap Rafka dalam batinnya.

" Aku udah bilang, pergiii....."
" Pergi dari sini....."

Perintah gadis itu seraya menangis dengan tubuh yang sudah begitu lemas. Umi langsung sigap menangkap Asna dan memeluknya. Mencoba menenangkan Asna, Umi berkata.

" Kamu gak denger apa yang Asna bilang? Kamu bener - bener laki-laki gak punya malu.."

Ayah langsung mengambil tindakan, dirinya maju dan menarik tangan Rafka untuk membawanya pergi keluar rumah. Ayah benar-benar muak melihat pria ini berdiri terlalu lama dan hanya memperkeruh suasana saja.

" Sini kamuu..!" Bentak Ayah.
Menarik tangan Rafka.

" Sayang, buat apa kamu pura-pura kaya gini. Kamu sayang sama aku kan? " Ucap Rafka tetap kekeh ingin membujuk Asna. Padahal tangannya itu sudah ditarik - tarik oleh Ayah untuk pergi keluar rumah. Rafka terus menahan dan meminta kesempatan sampai Asna menjawab perkataannya.

" Jawab sayang ..! " Ucap Rafka.

" Sudah , ayoo keluar kamu!!" Bentak Ayah.

Pandangan mata Rafka seakan begitu berharap, tapi Asna masih saja diam. Dan timbullah sebuah rasa lelah dalam diri Rafka. Rafka menghempaskan tangan Ayah dan berkata.

" Saya bisa keluar sendiri Om." Ucapnya tegas sambil menatap ke arah Asna.

Gadis itu memejamkan kedua matanya, air matanya menetes secara bergantian. Asna hanya terdiam dan menangis dalam pelukan Umi. Dan Rafka, dirinya sepertinya sudah menyerah. Tidak ada lagi harapan untuk bisa membujuk pacarnya itu. Ia kemudian memutuskan untuk pergi dengan sendirinya tanpa sebuah paksaan.

" Permisi.... " Ucap Rafka, pergi.

Menangis sesenggukan, itulah yang Asna lakukan dalam pelukan Umi saat Rafka sudah pergi.

" Ayah semakin khawatir kamu berlama-lama berada di satu tempat yang sama dengan lelaki itu. Besok juga, kamu Ayah pindahkan ke pesantren Albhi!" Ucap Ayah dengan tegas memberi sebuah keputusan yang bulat.

Asna begitu terkejut mendengar keputusan Ayah. Asna rasanya ingin menolak. Ia masih mencintai Rafka. Bagaimana bisa Ayahnya itu benar-benar memisahkannya dengan seorang pria yang Ia cintai. Asna hanya bisa pasrah dan meneruskan tangisannya dalam pelukan Umi.

" Umi dan Abah akan jaga Asna selalu disana, kamu bakal dapat pendidikan terbaik di pesantren Abah. Dan secepatnya menjadi seorang wanita yang akan Albhi bimbing. " Ucap Umi dengan lembut sambil mengelus rambut calon menantunya itu.

Asna memegangi kepalanya, rasanya seperti ada 101 gajah yang membebani. Tubuhnya semakin lemas dan Asna pun tidak sadarkan diri saat itu juga dalam pelukan Umi. Umi terkejut dan langsung menangkap Asna. Ayah dan semuanya ikut panik melihat Asna tidak sadarkan diri. Malam ini sungguh membuat Asna begitu lelah dan harus berfikir keras. Ditambah dengan sebuah keputusan dari seorang Ayah yang tidak bisa Ia bantah lagi.

Ingin membela yang ingin dikuti,
Tapi tetap tunduk dengan yang harus diikuti. Dan, kisah ini terus berlanjut. Sampai timbulnya sebuah perubahan baru.. Dalam hidup...



______________
________________________
Thanks for reading
Masukannya dong friends ^_^
❤️❤️❤️
Next part


Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang