Kisah III

341 26 0
                                    

Berjalan melewati banyak perumahan bahkan sampai melewati sawah dan semak-semak tebal. Asna dan suaminya hanya mengikuti kemana Ibu itu berjalan. Albhi sesekali berjalan sambil menatah dan mengelus perut istrinya. Perjalanan cukup jauh jelas membuat mereka merasa lelah. Tapi Ibu ini sepertinya sudah terbiasa berjalan kaki.

" Capek? " Tanya Albhi.

Asna hanya menggelengkan kepalanya itu. Dirinya sudah tidak peduli dengan rasa lelah yang dirasa. Ia ingin cepat sampai tujuan dan melihat langsung apa yang dikatakan Ibu itu benar bahwa ibunya masih hidup.

" Sebentar lagi sampai.. " Ujar Ibu itu.

Terdapat satu rumah sederhana, namun sepertinya rumah ini memang menjadi rumah paling bagus diantara semua rumah di desa itu. Tidak salah jika Ibu itu berkata bahwa Masitah adalah orang paling kaya di desanya. Keadaan rumah itu terlihat sangat sepi, tapi pintu rumahnya terbuka.

" Ini rumah Bu Sitah.. " Ujar Ibu itu.

Asna memberhentikan langkah kakinya. Aku tidak sanggup rasanya, jika memang benar ada ibukku di dalam. Maka siapa yang harus aku beri rasa kecewa?

" Kenapa Asna? "

" Aku takut.. "

" Kenapa kamu takut? "

" Jika memang benar ibuku masih hidup. Aku takut saat aku mengetahui kebenarannya, aku akan membenci salah satu di antara mereka karena kebenaran itu. "

" Kalau begitu tenangkan dirimu. Asna, semua hal pasti ada sebab dan akibatnya. Apa pun yang terjadi bukan tanpa sebuah alasan dan juga sudah menjadi takdir Allah. Jika memang ada yang salah, pasti ada alasannya dan tentu ada hikmahnya bukan? Jika benar ibumu masih hidup. Buang jauh-jauh amarah mu, utamakan saja rasa rindumu. Karena tidak ada gunanya kamu membahas dan mengulik masa lalu. Dirimu sudah bahagia bersama ku sekarang kan? Maka terimalah apa pun kenyataan yang terjadi di masa lalu oleh orang tua mu. Kita tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Selagi memang nanti kamu diberi kesempatan maka gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Paham istriku? "

" Terima kasih Albhi.. "

Albhi mencoba menenangkan pikiran Asna. Agar ia bisa dengan mudah menerima kenyataan nantinya tanpa menimbulkan sebuah amarah berlebih yang akan merugikan dirinya sendiri.

" Itu Ibu Sitah! " Seru Ibu itu.

Seorang wanita tua keluar dari rumah sambil membawa nampan besar yang berisi beras. Ia terhenti menatap Asna dan Albhi yang berdiri sejauh 20 meter dari rumahnya. Kemudian, Albhi mengambil foto Ibu mertuanya dari kantong untuk membandingkannya dengan wanita tua itu.

*foto dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*foto dulu

*foto dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang