Kisah VI

310 25 0
                                    

Aku takut bayi ini lahir tidak sesuai dengan harapannya, aku takut mereka akan menyiksa ku, aku takut Umi akan mencarikan suamiku wanita lain, aku takut hari itu akan terjadi. Kedua wanita itu begitu jahat padaku. Apa salahku?

" ENGGAA!!! "

Asna terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang sudah dipenuhi dengan keringat. Keningnya seperti sebuah daun di pagi hari yang berembun. Albhi begitu terkejut mendengar teriakan istrinya itu. Kemudian ia pun ikut terbangun dan langsung bertanya ada apa dengan menenangkan Asna dalam pelukannya.

" Ada apa istriku? Kamu pasti habis bermimpi. Mimpi apa yang membuat istriku ini sampai ketakutan? "

Asna hanya terdiam dengan nafas yang tersendat-sendat serta tangan yang mencekam erat tubuh Albhi. Albhi menjadi khawatir dengan Asna, apalagi dirinya sedang mengandung. Sebenarnya apa yang membuat Asna merasa takut seperti ini? Ujar Albhi dalam hati.

" Ada apa? "

" Albhi, berjanjilah pada ku. Kamu tidak akan menikah lagi. Jadikan aku,, jadikan aku satu-satunya istrimu.. "

" Apa yang kamu katakan Asna? "

Asna kemudian terdiam,
dan teringat dengan sesuatu.

Flashback on.

" Tapi kami masih beruntung, karena apa? Walaupun kami belum bisa memberikan Umi seorang cucu laki-laki. Tapi dia tak pernah berfikir untuk mencarikan suami kami istri lain. "

" Maksud kakak apa? "

" Haha,, Asna - Asna... Kamu itu jangan senang dulu sekarang jadi menantu yang paling di sayang - sayang sama Umi. Toh, kalau anak yang lahir dari rahim kamu itu ternyata bayi perempuan. Siap-siap aja.. Di madu.. "

" Aku tidak percaya dengan perkataan kalian. Umi tidak seperti itu. "

" Tapi kenyataannya seperti itu. "

Asna begitu terkejut mengetahui kenyataan ini. Ia masih tidak percaya dengan ini. Ia yakin bahwa Umi dan Albhi tidak akan pernah tega walau atas alasan apa pun. "Engga.. "

Flashback off.

" Sayang! "

Albhi menggoyahkan pundak Asna yang melamun dan tidak berbicara sedikit pun. Saat Asna sadar, dirinya mulai menangis lagi dengan tersedu-sedu sambil memeluk tubuh suaminya itu.

" Aku hanya bermimpi."

" Apa mimpi mu? "

" Seorang wanita memberiku sebuah tali saat aku terpeleset dan terjatuh ke dalam jurang, tetapi saat di atas mereka justru menancapkan pisau itu pada perut ku. Albhi.. Aku takut.. "

" Tenanglah istriku.. Itu hanya mimpi. Kembalilah tidur, ingat kamu sedang hamil. Tidak baik terlalu berlebihan menangis seperti tadi. "

Albhi kemudian mengelap air mata Asna, memakaikan selimut, dan menidurkannya dalam pelukan hangatnya itu. Ia tak akan membiarkan istrinya merasa sedih berlarut-larut.

" Ayo tidur... "

" Jangan jauh - jauh.. "

" Iya, aku disini.. "

Keesokan paginya.

Seperti biasa selepas Asna mandi, suaminya itu sudah siaga menunggunya untuk membantu memakaikan cadar. Langkah kaki Asna semakin melambat, padahal perutnya itu belum besar-besar amat, haha Albhi tersenyum melihat istrinya ini. Sambil memakaikan cadar di kepala istrinya, Albhi menatap mata Asna sembari tersenyum. Asna nampak bertanya-tanya dengan tatapan suaminya itu.

" Mengapa? "

" Sungguh.. Allah tidak pernah salah. "

" Apa? "

Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang