"Setelah menyelesaikan pendidikan ku di pesantren, aku kembali memikirkan tentangnya. Aku hanya memikirkannya. Apakah bajunya masih bolong-bolong atau tidak. Hanya itu.."
Gadis cantik ini, melamun ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Sehelai kain putih berterbangan tertiup hembusan angin. Hari ini udara sangat dingin. Suasana dibawah sangat ramai namun khidmat.
" Ini seumur hidupku, bukan selesai acara lalu bisa ku lepas. Hah... Benarkah?"
Ia berdiri di depan cermin sambil memandangi dirinya. Raut wajahnya tidak terlihat lantaran tertutup dengan cadar putih itu. Namun, matanya terlihat sangat indah. Mahkota di kepalanya sangatlah cantik. Dirinya menghembuskan nafas dan mencoba tersenyum.
" Aku siap.."
" emm.."
" Insya Allah.. "
***
Seorang ayah menikahkan
putrinya dengan membaca ijab."Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Hasna Widhya Permana alal mahri mahr hallan."
----------------
"Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, puteriku Hasna Widhya Permana dengan mahar mas kawin dibayar tunai."Sang mempelai pria menerima
dengan membaca Kabul.Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq
---------------------
"Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah"" Sahhhhh..."
Semua berseru dan langsung membacakan doa untuk kedua mempelai. Keduanya terduduk sambil mengangkat tangan seraya berdoa.
"Baarakallahu likulii wahidimmingkumaa fii shaahibihi wa jama'a bainakumma fii khayrin"
-------------------
" mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan."Air mata itu menetes, putri cantiknya kini telah berhasil ia nikahkan dengan seseorang yang menurutnya mampu merubah kehidupan putrinya menjadi lebih baik. " Andai ibumu melihat ini, dia pasti bangga pada ku." Ucapnya sembari menghapus air matanya.
Albhi, dirinya juga meneteskan air mata. Entah apa, hatinya begitu tersentuh dengan pernikahan ini. Bagaimana tidak, Albhi sangat menyayangi Asna. Albhi berharap, ia bisa membimbing dan membahagiakan Asna di jalan Allah yang terbaik. Aamiin..
Memegang ubun-ubun kepala Asna dengan satu tangganya, Albhi membacakan doanya saat itu. Asna tertunduk sambil mengangkat kedua tangannya seraya mengaminkan.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
--------------------
"ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya."Asna mengangkat kepalanya setelah Albhi berdoa. Keduanya saling menatap, tatapan Albhi begitu dalam dengan mata yang merah karena menangis sepanjang acara.
Asna memberi senyuman. Cadar itu mungkin menghalangi senyumannya. Tapi sorotan mata Asna tidak bisa berbohong lagi. Melihat itu, Albhi menaikan satu alisnya seakan bertanya ada apa. Ekspresi Asna tiba-tiba menjadi datar sambil mengerutkan keningnya.
" Kenapa Asna?"
" Biasanya sehabis membaca doa. Orang-orang langsung mencium kening istrinya."
" Lalu?"
" Lalu? Apa kamu tidak ingin cium kening dan tangan ku ini Albhi?"
Albhi tersenyum mendengar itu.
" Aku akan mencium mu nanti, bukan disini. Aku tidak akan tega dengan kedua teman ku disana."
Asna menoleh sesuai lirikan mata Albhi. Ternyata ada dua teman Albhi yang juga menjadi saksi pernikahan mereka. Asna seketika langsung menunduk dan tersenyum malu.
Teman Albhi berseru.
" CIUM SAJA ALBHI, AKU AKAN MENUTUP TELINGA KU.."" Eih kenapa telinga yang kau tutup?"
" Supaya tidak ada bisikan - bisikan halus yang ku dengar " Kapan mau nyusul.." hih, seram.."
" Ada-ada saja.." Ucap teman Albhi bergurau.
Melihat kedua temannya itu, Albhi dan Asna langsung tertawa kecil. Asna mendekatkan tubuhnya ke arah dada Albhi seakan bersender. Umi tersenyum melihat kedua mempelai pengantin ini saling bergurau dan tertawa. Umi sudah tidak sabar harapannya itu akan terwujud. Tapi di samping itu, umi juga sangat menyayangi Asna. Asna sudah umi anggap seperti putrinya sendiri bukan seorang menantu.
Selesai acara, kedua putri dan ayah ini saling menatap dengan mata yang merah. Ayah memegang kepala Asna sambil mengelusnya.
" Ayah, kesepian?"
" Ayah ga kesepian, kan ada bibi. Lagian kalau ayah kangen, kan bisa telpon kamu. Mungkin ayah bakal jarang kunjungi kamu kesini."
" Ayah, maafin Asna."
" Engga sayang, buat apa?"
" Asna pernah ngelawan keputusan ayah. Padahal Asna tau, ayah cuma mau yang terbaik buat Asna."
" Sudah sayang, jaga diri baik-baik."
" Hubungi ayah kapanpun kamu mau dan perlu. Ayah sudah berpesan pada Albhi. Jangan khawatir."
Asna tersenyum dan langsung memeluk ayahnya dengan sangat erat. Albhi sangat senang melihat Asna bisa berdamai dengan keadaan oleh ayahnya. Albhi sudah berjanji kepada ayah untuk membahagiakan Asna.
Kini, Umi sudah memiliki 3 menantu dirumahnya. Ka Jannah, Ka Sarah, dan Asna. Mereka semua tinggal di satu rumah yang sama dan tentunya ke 7 keponakan Albhi yang cantik-cantik itu. Siapa saja?
Thanks for reading
Mohon koreksi dan maaf jika ada kesalahan dalam penulisan karya🤗🙏❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Iman & Hati ( END )
RomancePenakluk Iman & Hati ( sudah di bukukkan ) BAGAIMANA JIKA SEORANG WANITA BEBAS, DI JODOHKAN DENGAN SEORANG ANAK DARI KELUARGA YANG TEKUN DALAM AGAMA? SERTA DIJADIKAN HARAPAN SATU-SATUNYA UNTUK MEMBERIKAN KETURUNAN LAKI-LAKI?? " Aku harus rela dan...