Awal Dari Sebuah Perubahan

345 44 0
                                    

••• Jadikan hidupmu lebih bermakna •••

"Bukan gelap yang ku takuti, terkadang Aku bahkan lebih tenang berada dalam kegelapan yang sunyi. Tapi tidak dengan monster- monster seram yang akan muncul dalam kegelapan yang ku didiami itu. Bukan lingkungannya yang ku takuti, tapi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Apakah mereka akan menyukai ku? Apakah mereka akan menerima ku? Mungkin "Iya," katanya. Jika di hadapan seseorang yang akan membela ku. "

Kicauan burung yang bersautan di pagi hari, itu biasa. Tapi jika itu terjadi dimalam hari rasanya seperti sedikit menyeramkan. Ia bersembunyi di balik selimut. Disini sangat gelap, Ia mungkin akan sedikit ketakutan mendengar suara-suara aneh dari luar sana. Padahal disini sangat ramai,, kelihatannya jika lampunya di nyalakan.

'cklek...

Mungkin ini adalah sebuah keputusan yang salah, orang-orang itu sudah terbiasa dengan apa yang terjadi di tempat ini pada malam hari. Kicauan burung? Ah, itu hanyalah lagu pengantar tidur. Semua terbangun karena terangnya cahaya yang menyinari seluruh ruangan. Mereka mencoba membuka mata yang sangat mengantuk itu seraya bertanya. " Siapa yang nyalain lampu malam-malam gini?!" Tidak ada yang menjawab, tapi mata mereka langsung tertuju ke arah sakelar. Gadis itu sudah berdiri disitu entah sejak kapan. Mungkin sejak lampu ini menyala hehe.

" Hasna..!" Seru salah satu santriwati.

" Sorry, disini gelap banget ya. Serem lagi, ada kamar pribadi yang lebih terang gasi?"

" Kamar pribadi? Coba kau ulang lagi omongan mu itu. Mana ada disediakan kamar pribadi disini. Anak Kiyai aja tidur di teratak. "

" Teratak tu apa e?" Tanya salah satu santriwati yang masih berada di atas kasurnya.

" Teratak itu barung - barung. "

" Barung - barung itu apa lagi?"

" SANGKAR BURUNG!"
" Baik ku balik tidur..."

Mereka langsung kembali ke tempat tidurnya yang berada di paling atas dan tidak memedulikan lampu yang terang itu, hanya menutupi mukanya dengan selimut yang ada.

Asna masih berdiri disitu. Apakah Ia tidak ingin kembali tidur? Kemudian datanglah satu santriwati menghampiri Asna yang masih berdiri di samping Sakelar lampu. Raut wajahnya tak kalah cantik dari Asna. Namanya Muthy.

Dengan ketegasannya itu Muthy mengatakan.
" Kembali ke tempat tidurmu, kalau kamu takut. Tutup matamu dengan selimut. Kamu bisa nyalakan dian yang ada di atas meja. Jadi ga perlu menyalakan lampu dan mengganggu yang lain. Kita sudah terbiasa seperti ini. "

" Permisi..."

'cklek...

Muthy mematikan kembali lampunya. Dan langsung meninggalkan Asna yang masih berdiri untuk kembali ke tempat tidurnya. Asna terlihat begitu tidak suka dengan Muthy. Tapi sudahlah.

Pagi Hari ,,

"Assalamu'alaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum.."

" Wa'alaikumsalam, " ketiga pemuda itu menoleh sembari menjawab salam.

Albhi, apa yang membuat mu bengong seperti itu? Sorotan matanya begitu dalam seakan terpukau dengan penampilan baru Asna. Ya, itu tadi Asna yang mengucap salam. Asna benar-benar merubah caranya berpakaian untuk lebih tertutup lagi. Hal itu, jelas membuat Albhi seakan tak menyangka dan begitu terpukau.

" MASYA ALLAH..." Seru kedua teman Albhi di samping telinganya yang sedang bengong menatap Asna.

Albhi kaget dan langsung beristighfar
" Astaghirullahalazim.."

" Banyak bidadari surga disini. Tapi baru kali ini, aku liat Albhi berani dan bahkan sampai bengong menatap ukhty di depannya. "

" Hahaha.. " Ejek kedua teman Albhi saat itu.

Asna hanya tersenyum malu sambil menunduk, dan saat itu juga kedua teman Albhi pergi meninggalkan mereka berdua di tempat itu. Entah karena sebuah kesengajaan atau memang karena ada sebuah keperluan. Tapi hal ini membuat Albhi sangat kesal dengan perasaan sedikit grogi.

" Kamu terlihat lebih cantik dengan pakaian seperti ini Asna." Ucap Albhi memuji.

" Ohya? " Tanya Asna sambil
mengamati tubuhnya itu.

Albhi hanya tersenyum sambil menunduk.

" Apa harus aku menggunakan cadar Albhi?" Ucap Asna bertanya.

" Itu sudah menjadi keputusan Umi, setiap wanita yang menjadi menantu atau bagian dari keluarga kami. Harus mengenakannya." Jawab Albhi dengan lembut. Asna hanya manyun mendengar jawaban Albhi.

" Perlahan semua akan terbiasa .. " Ucap Albhi.

" Hahh... Okeyy.."

Dari kejauhan, terlihat Muthy yang sedang berjalan ke arah ruangan dan tidak sengaja melihat Asna dan Albhi sedang berdua di samping aula masjid. Bukan hanya Muthy, hampir seluruh santriwati yang berada di pesantren ini terpesona dan berlomba-lomba untuk bisa menjadi istri seorang Gus Albhi yang tampan dan Sholeh itu. Yaa, dan tidak ada satupun yang tau. Bahwa Asna sebenarnya adalah calon istri Albhi.

" Lancang sekali Hasna berbicara dengan Gus Albhi dengan bahasa yang seenaknya. Bahkan rasa malu memperlihatkan kecantikannya di depan Gus pun ga ada. " Gumam Mhuty.

••• Jangan sampai kau
menelan ludah mu sendiri!•••


Penakluk Iman & Hati ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang