Di sebuah pondok pesantren
di waktu Jumat pagi." Apa sih ikhlas itu? " Tanya Ustadzah kepada seluruh santriwati yang duduk di depannya.
" Saya Ustadzah.." Ucap Mhuty sambil mengangkat tangannya.
" Silahkan.."
" Ikhlas itu sebuah ketulusan. "
Jawabnya begitu singkat.Ustadzah Dewi sangat tidak suka dengan jawaban yang begitu singkat dan ambigu.
" Jawabanmu itu, bisa membuat Ustadzah menanyakan hal lain lagi. Lalu apa itu ketulusan?" Ucap salah satu santriwati.
" Lagu Tulus mungkin.." Saut Juhailyah mengejek.
Juhailyah adalah salah satu santriwati asal NTT. Ia suka sekali bergurau sampai orang-orang disekitarnya menjadi sedikit stres. Ia sangat tidak suka dengan Mhuty karena dikenal suka mencari muka di hadapan Ustadz dan Ustadzah termasuk Gus Albhi.
" Hee Jahiliah!! Seperti kamu bisa jawab saja." Ucap Mhuty dengan mata sinis.
" Jahiliah,, Jahiliah,, kau kira aku ini apa? Sebut namaku yang benar. JUHAILYAH!" Kata Juhailyah menjawab perkataan Mhuty dengan kesal.
" Heh sudah-sudah,, kalian ini malah ribut." Tegur Ustadzah pada santriwati nya.
Asna hanya terdiam menyimak perdebatan itu, tetapi setelah itu dirinya kemudian memberanikan diri untuk bersuara.
" Meninggalkan seseorang yang kita sayang untuk menuruti kemauan seorang Ayah. Dengan berada di jalan yang benar, "
Semuanya terdiam dan menoleh ke arah Asna.
" mm, jelas itu butuh sebuah keikhlasan kan? Kalau engga ikhlas, mungkin semua bakal sia-sia aja.. " Ucap Asna.
Saat Asna sedang berbicara, Umi tiba-tiba datang bersama dengan kedua menantunya yaitu istri dari Gus Syam, ka Jannah dan istri dari Gus Rayan yaitu Ka Sarah. Ketiganya menghampiri pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas Asna. Ustadzah ingin berdiri dan menghentikan perkataan Asna tetapi Umi langsung mengangkat telapak tangannya dan menyuruh mereka untuk terdiam dan membiarkan Asna meneruskan perkataannya.
Umi dan kedua menantunya berdiri di pintu mendengarkan perkataan Asna.
" Kata Ayah, sabar harus dibarengi dengan keikhlasan. Merelakan sesuatu demi kebaikan juga harus ikhlas. Waktu kecil, aku selalu tanya sama ayah. Kenapa aku ga punya seorang ibu yang bisa temenin dan bimbing aku, kaya temen-temen aku yang lain. Aku cuma punya Ayah di dunia ini, dan selama ini aku harus bisa ikhlas. Bisa ada disini, juga karna keikhlasan..."
" Hah... "
Menarik nafasnya panjang, setelah memberikan penjelasan itu. Tunggu, Asna memberi sebuah penjelasan atau mencurahkan isi hatinya? Haha entahlah, tapi mendengar itu Umi dan yang lainnya begitu tersentuh.
" Hasna.. " Panggil Umi dengan
lembut dari belakang." Umii... " Ucap Asna menoleh dan langsung bangun dari duduknya, berlari memeluk Umi.
Umi membalas pelukan calon menantunya itu dengan penuh kasih sayang. Semua orang yang berada disitu mungkin terkejut melihat kedekatan Asna dengan seorang Nyai atau biasa dipanggil Umi oleh orang-orang di pesantren.
Sambil mengelus kepala Asna, Umi berkata kepada seluruh santriwati disitu..
" Sesungguhnya Allah tidak melihat dan menilai bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat dan menilai keikhlasan hatimu. Keikhlasan didasari atas ketulusan beribadah hanya kepada Allah dan hanya karena Allah. "
" Keikhlasan Hasna menuruti kemauan seorang ayah dengan meninggalkan sesuatu yang buruk untuk berada di jalan yang lebih baik dan bisa merasa sabar serta ikhlas dengan tidak adanya seorang ibu yang mengasihi dari kecil. Ini adalah sebuah contoh yang baik.. "
Umi kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Asna sambil mengangkat dagunya.
" Umi ada disini buat kamu..Hasna akan Umi anggap sebagai Putri Umi. Bukan seorang menantu.."
Mendengar itu, semuanya merasa terkejut. Begitu pula dengan Mhuty.
" Umi bilang apa tadi? Menantu? Apakah Gus Syam dan Gus Rayan mau menambah istri e? Masya Allah... " Ucap Juhailyah mencoba berfikir ke arah lain.
Mendengar itu istri Ka Rayan dan Ka Syam langsung melotot. Juhailyah pun kaget.
" Seram kali dua menantu Umi ini. "
" Haha, bukan.. tapi anak bungsu Umi.. Albhi.." Ucap Umi sambil mengangkat dagu Asna.
Mhuty begitu terkejut dan tidak menyangka. Dirinya sangat tidak suka dengan ini. Dirinya langsung pergi begitu saja meninggalkan tempat pembelajaran.
" Itulah setan.." Ujar Juhailyah menyindir Mhuty.
Asna baru pertama kali ini melihat istri Ka Syam dan Ka Rayan. Keduanya sangat cantik, keduanya mengenakan cadar sama seperti Umi. Saat Asna memberi senyum kepada keduanya. Ekspresi Asna seketika langsung berubah karena Ka Jannah dan Ka Sarah justru mengalihkan pandangannya. Tapi Asna mencoba memaklumi hal itu. Dan memberi senyumannya kepada Umi yang masih mengelus kepalanya. Mengapa kedua wanita itu sepertinya tidak menyukai ku? Ujarnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Iman & Hati ( END )
Roman d'amourPenakluk Iman & Hati ( sudah di bukukkan ) BAGAIMANA JIKA SEORANG WANITA BEBAS, DI JODOHKAN DENGAN SEORANG ANAK DARI KELUARGA YANG TEKUN DALAM AGAMA? SERTA DIJADIKAN HARAPAN SATU-SATUNYA UNTUK MEMBERIKAN KETURUNAN LAKI-LAKI?? " Aku harus rela dan...