ep 23

3.1K 66 2
                                    

Hari ke dua di tempat pak misdi aku hanya bisa terbaring sakit. Panas di tubuhku belum juga sembuh. Kompres di dahiku selalu menghiasi penampilanku hari ini. Dari siang sampai sore aku tidak diperbolehkan keluar kamar sedangkan aku ingin sekali bermain bersama anak anaknya pak misdi.

Mereka pun juga nampak sedih aku sakit. Tapi mau bagaimana lagi pak misdi orang nya sangat tegas terlebih jika aku sedang sakit. Dari siang - malam pak misdi menjagaku.

"Ting....ting....ting...tingg.."

"Itu suara apa pak ?" Tanyaku

"Itu suara penjual bakso keliling den rey mau ?"

"Memangnya boleh pak rey makan itu ? Kan biasanya rey makan yang di buatkan si mbak di rumah. Bukan yang di jual sembarangan" tanyaku

"Untuk saat ini boleh den. Bapak juga ndak bisa masakin den rey"

"Rey mau pak rey mau. Gimana kalau makan bersama disini . Bareng wawan dan ayu bapak dan ibu semua pasti rame . Boleh ya pak. Rey dari pagi sampai sore tidak main sama mereka"

"Ya sudah boleh.. tapi ingat ya hanya sebentar "

"Asyikkk... Makan bareng makan bareng" ucapku sambil loncat loncat aku tidak sadar kalau masih sakit

"Sudah sudah den rey duduk. Bapak suruh pedagangnya ke sini kita makan di ruang depan ya"

Pedagang akhirnya berhenti di depan rumah pak misdi. Kami berkumpul di ruang tamu.  Aku seneng karna bisa ketemu sama wawan dan ayu. Begitupun juga mereka seneng bisa main dengan ku walau sebentar.

"Sudah sudah mainnya kita sekarang makan bakso dulu" ucap pak misdi membawa nampan berisi 3 mangkok. Sedangkan istri nya membawa 2 mangkok.

"Selamat makan" ucapku girang.

Mereka semua tersenyum kearahku.
Kami semua makan dengan senang. Sampai semua orang ketawa karna aku bersendawa keras sekali.

Aku suka rasa ini ditambah petang petang begini udaranya dingin makan bakso kuah hangat memang nikmat.

"Pak . Rey boleh nambah. Rey suka sama baksonya"

"Tentu Boleh den. Bapak senang aden makan banyak. Biar cepet sehat"

"Iya pak. Badan rey jadi hangat ngak kedinginan lagi. "

Pak misdi langsung membawakan mangkok ke dua untukku. Aku juga langsung memakannya

"Aneh aneh saja ya pak kelakuan anak kota ini"

"Ya seperti itulah buk. Kebayangkan pekerjaan bapak merawat dia"

"Yang sabar ya pak"

"Untungnya sama bapak selalu nurut. Tidak banyak tingkah aneh aneh. Kalau sama yang lain pasti di kerjain sama dia"

Istrinya hanya geleng geleng kepala melihat tingkah kocakku.

Semua sudah selesai makan dan penjual bakso itu sudah pergi.
Gerimis pun mulai datang dan udara makin dingin.

"Sudah  ya waktu mainnya. sekarang saatnya tidur sudah jam 8 malam." Ucap pak misdi.

"Ayuk dan wawan tidur sama ibuk dulu. Bapak tidur sama den rey" ucap istri pak misdi.

"Tapi buk wawan pengen tidur sama rey"

"Den rey masih sakit . Nanti kalau wawan tidur bareng den rey bisa ketularan sakit" ucap pak misdi

"Iya wan. Rey ngak mau wawan sakit. Ngak enak lhoo kalau sakit tuh . Nanti kalau wawan sakit rey main sama siapa?"

"Iya deh. Kalau begitu rey cepet sembuh biar bisa main sama wawan lagi ya. Sama ayuk juga"

"Den rey ganti baju tidur dulu. Sini bapak gantiin. Sekalian pakai minyak kayu putih biar badan hangat"

"Siap boss"

Saat itu pula istri pak misdi beserta anaknya  udah masuk kamar pintu nya pun dikunci. Sedangkan aku masih ganti baju dan ganti kompress kepala. Walau aku sudah menginjak remaja tapi tetep saja suka kalau digantiin baju sama pak misdi.

ARTI SEBUAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang