Semenjak kejadian kemarin perlakuan pak misdi jauh berbeda dari sebelum sebelumnya. Baik dari perhatiaannya atau apapun itu. Bahkan saat aku sedang ngobrol dengan orang orang di rumahku baik satpam atau pembantu laki laki dewasa pak misdi nampak sedikit tidak suka. Padahal sebelum sebelumnya nampak biasa dan ikut nimbrung tapi sekarang malah dia kembali ke kamar.
Di dalam pikiranku aku berpendapat bahwa pak misdi marah dengan ku karna kejadian kemarin itu karna aku melakukannya lagi. Tapi bukan semua kesalahanku dia juga menikmatinya. Malah menyuruhku. Dirumah sebesar ini hanya aku dan pak misdi yang bebas untuk keluar masuk rumah utama. Sedangkan yang lainnya hanya sesekali saja. Namun dengan sifat pak misdi yang berubah menjadikan suasana semakin sepi lagi. Sedangkan orang tuaku sendiri masih sibuk dengan urusan nya di luar kota.
Malam nya saat pak misdi menyiapkan makan malam untukku semua nampak saling diam tidak banyak perbincangan diantara kami. Aku yang menyadari pak misdi berbeda langsung memeluk pak misdi saat hendak pergi ke kamar.
"Bapak masih marah sama rey Soal kemarin ?"
"Tidak den . Bapak tidak marah sama den rey. Bapak hanya marah sama diri sendiri saja. Kejadian yang bapak tidak inginkan terjadi" ucap pak misdi sambil tertunduk.
"Kan rey juga yang mau bantu bapak kemarin."
"Tidak den semua tetap salah bapak. Bapak tidak bisa menahan semuanya. Bapak sudah berjanji untuk tidak melakukan seperti itu lagi . Tapi malah terlampau jauh"
"Memangnya bapak tidak suka ?" Tanyaku
Kenapa aku bertanya seperti itu . Entah keberanian dari mana aku sendiri kurang tahu namun yang ada di fikiranku sekarang mungkin ini saat yang tepat untuk semua ini. Aku bisa mengungkapkan siapa orang spesial di hatiku. Tak lain dan tak bukan adalah pak misdi sendiri.
"Bapak tidak munafik den. Laki laki mana saja kalau di begitukan pasti menyukainya. Banyak kok laki laki dewasa yang jajan di tempat lokalisasi hanya karna ingin merasakan hal seperti itu. Namun yang membuat bapak bersalah kenapa bapak melakukan kepada den rey"
"Bapak sudah menganggap den rey seperti anak bapak sendiri. Tapi malah bapak rusak"
"Bapak dari siang rey perhatikan belum makan kan. Sekarang temenin rey makan malam ya. Rumah sudah sepi papa dan mama belum pulang. Ditambah bapak seperti ini. Membuat rey seperti orang asing di rumah sendiri makanya rey tadi ngobrol di pos satpam atau sama yang lain . Padahal rey pengen ngobrol sama bapak. Tapi bapak malah seperti ini."
"Maafin bapaka ya den. Bapak telaha berbuat salah. Tidak memperhatikan den rey selama ini"
"Rey pengen makan malam sama bapak hari ini. Mau ya pak." ucapku.
"Ya sudah kalau den rey memaksa bapak tidak bisa menolaknya. Tapi ingat ya den kejadian kemarin hanya kita berdua yang tahu. Bapak takut dipecat jika sampai tuan dan nyonya tahu"
"Aman pak tenang. Nanti kalau semisal bapak di pecat . Rey akan bela bapak. Kan dulu bapak sering bela rey saat dihukum papa. Sekarang rey sudah besar. Rey bisa membela bapak" ucapku sambil memeluk tubuh bapak semakin erat.
"Tidak perlu den. Semua salah bapak. Semisal ada yang lapor. Bapak harus siap dengan resiko"
"Tidak pokoknya rey tidak mau kehilangan bapak lagi. Apapun yang terjadi rey akan membela bapak"
Pak misdi hanya diam sambil mengelus kepalaku. Walau aku sudah remaja tapi sangat disayangkan tubuhku masih kalah tinggi sama pak misdi . Tinggi ku hanya sebatas telinga bawahnya pak misdi saja. Percis seperti mamaku saat dipeluk papa.
"Rey sudah laper pak. Temani rey makan ya sekalian bapak makan juga . Rey ngak mau bapak sakit. "
"Iya den. Terimakasih atas perhatiannya ke bapak"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTI SEBUAH CINTA
Non-Fictioncinta sejati hanyalah dia yang begitu berarti dalam hidupmu. walau banyak sekali cinta yang datang tapi dia yang bertahan adalah bukti cinta sejati