Tiba tiba handphone pak misdi pun kembali berdering.
Pak misdi buru buru mengangkatnya."Haloo tuan selamat pagi. "
"Barang barang rey sudah dikemasi belum ?. Karna jaraknya jauh dan untuk jaga jaga saya sudah menelpon ambulan. Kirimkan alamatmu biar ambulan yang menjemput rey pulang. Dan uang pesangon mu sudah aku kirimkan" ucap papaku dari telpon dengan jelas sebab pak misdi sengaja mengaktifkan loudspeaker nada papa juga terlihat marah dan panik
"Baik tuan semuanya sudah beres. Saya kirim alamat saya sebentar"
Telpon langsung di tutup.
"Den rey dengar sendiri kan ucapan papa den rey. Semua sudah terlanjur. Bagaimana pun bapak tetap sayang sama den rey walau nanti bapak tidak akan bertemu den rey lagi. Ingat pesan bapak. Den rey harus sukses harus bisa mandiri. Jadi anak yang pintar. Dan lagi den jangan pernah melakukan seperti itu lagi. Cukup dengan bapak saja seperti itu"
Aku hanya diam . Entah mengapa hatiku malah merasa sakit berpisah dengan pak misdi bagaimanapun aku sudah lama di asuhnya sejak aku masih umur 4 tahun sampai aku smp. Tapi aku tidak bisa berbuat apa apa. Hatiku juga sakit pak misdi tidak memberikan ku apa yang aku suka
Sekarang semua sudah terlanjur . Papa sudah memberi keputusan tidak ada seorangpun yang bisa membantah itu.
"Sekarang den rey ganti baju. Pakai baju elmo yang paling den rey suka. Sini bapak pakaikan . Ini yang terkahir kalinya bapak makaikan baju untuk den rey". Air mata pak misdi pun tidak bisa dibendung lagi.
"Ini semua demi kebaikan den rey juga. Den rey akan tetap ada di hati bapak. Sudah seperti anak bapak sendiri"
Saat itu pula anak anak pak misdi bangun wawan dan ayuk pun masuk ke kamarku.
"Bapak kok nangis. Ada apa pak?"
"Ngak papa le. Bapak kelilipan. " Ucapnya bohong
"Rey main yuks" ucap wawan.
"Lee. Wawan kan sudah besar. Kalau sehabis bangun tidur itu ya mandi dulu. Masa bangun tidur langsung main. Malu kan masih bau"
"Ya sudah wawan sama ayuk mandi dulu sebentar habis itu main sama rey"
"Den rey sudah cakep sudah ganteng. Tinggal nunggu pihak ambulan bawa den rey pulang. Tapi sebelumnya bapak ingin meluk den rey dulu"
Lama sekali pak misdi memelukku. Pak misdi juga sesenggukan menahan tangis dan air matanya
"Ingat pesan bapak tadi den" sambil mencium keningku.
Beberapa saat wawan dan ayuk datang sudah ganti pakaian dan mandi.
"Kok cepet banget . Mandi atau gimana?"
"Mandi lah pak masa cuci muka"
"Kok bapak nangis lagi dan rey kenapa sudah sangat rapi pak memang mau kemana?"
"Den rey mau pulang le. Sudah di suruh pulang sama papa nya". Ucap pak misdi sedikit bohong dan menahan tangis.
"Bapak juga ?" Yah padahal kita belum main bareng lagi. Belum ke sawah belum tidur ber empat di ruang tamu"
"Bapak tidak di ikut wan. Bapak sudah tidak kerja lagi. Sekarang bapak dirumah saja"
"Yee... Bapak dirumah.. wawan kangen ke sawah bareng bapak."
Saaat itu pula aku merasakan cemburu yang sangat luar biasa.
"Rey pengen disini"
"Iya rey minta waktu lagi sama papamu"
"Ngak bisa den. Tuan nanti malah makin marah sama bapak. Kalau aden sayang sama bapak. Aden pulang ya hari ini. Dan wawan. Ngak boleh seperti itu. Rey juga punya kegiatan di sana sama orang tuanya. Wawan sudah besar harusnya mengerti.
Akupun lari mengambil kotak mainanku aku membagikan satu satu ke ayu dan awan. Namun pak misdi malah melarangku.
"Udah den ngak usah saja den rey simpan buat mainan den rey"
"Kenapa sih pak kok di tolak padahal wawan dan ayu suka"
"Nanti bapak belikan ."
Tak berapa lama mobil ambulance itu datang. Disana ada supir dan tenaga medis.
Yang siap membawaku pulang. Ya memang badanku masih kurang enak sebenarnya masih panas.Saat tenaga medis dan supir itu masuk ke rumah. Pak misdi melarang aku untuk di gotong. Disana warga sudah banyak yg datang menyaksikan . Istri pak misdi pun juga bingung tiba tiba ada ambulance datang.
"Mana yang sakit pak"
"Sudah kalian bawa koper koper itu saja biar anak yang sakit saya gendong saya bopong masuk ke mobil"
Ucap pak misdi bergetar dan tangis pun pecah.Tubuh seakan lemas seketika.
Pak misdi menggendongku di depan . Aku hanya bisa melambaikan tanganku ke wawan dan ayu akupun juga nangis.
"Ingat pesan bapak ya den. Bapak sangat sayang dan mencintai aden seperti anak bapak sendiri"
"Rey juga sayang sama bapak" ucapku lirih.
Kami sama sama menangis. Seperti seorang anak yang akan pisah dengan papa nya. Ya bagaimanapun pak misdi adalah ayah kedua ku.
Saat pak misdi sudah menidurkan ku. Pak misdi mencium keningku beberapa kali.
Air matanya jatuh di pipiku.
"Jaga diri aden baik baik. Semoga aden sehat dan aden harus sukses . Bisa mandiri. Salam buat papa dan mama aden"
Saat pak misdi sudah keluar dan pintu di tutup aku hanya bisa ngamuk ngamuk setelah mobil itu berjalan dan perawat itu memeriksaku.
Aku yang melihat dari kaca mobil belakang yg tembus keluar. Melihat pak misdi hanya mematung dan menyeka air matanya.
Di usiaku seperti ini aku belum mengerti arti sebuah cinta. Tapi aku bisa mengerti arti kasih sayang. Pemberi kasih sayang terbesarku sudah tidak akan ada lagi. Semua ini karna ancaman dan tindakan ku seperti itu.
Akupun juga menyesali semua nya
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTI SEBUAH CINTA
Non-Fictioncinta sejati hanyalah dia yang begitu berarti dalam hidupmu. walau banyak sekali cinta yang datang tapi dia yang bertahan adalah bukti cinta sejati