|Sebelas|

86 15 4
                                    

Bunga-bunga pohon Flamboyan yang bermekaran jatuh terhempas oleh angin yang berhembus. Di bawah pohon Flamboyan itu ada sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu. Sang pria bersandar di batang pohon sedang sang Wanita asik rebah di paha sang Pria sembari mendongak menikmati bunga-bunga Flamboyan yang merekah bewarna merah.

Sang Pria terus mengelus Surai hitam milik sang Wanita. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang bahagia. Padahal tidak bagi sang Wanita.

"Tidakkah ini begitu indah?" tanya Sang Pria.

"Tidak," jawab Sang Wanita.

"Tapi bunga-bunga itu bermekaran dan bukankah itu terlihat indah, Puteri Lusila?"

"Apa bunga itu lebih indah dariku, Pangeran Cleon?" Puteri Lusila mengalihkan pandangannya pada Sang pangeran yang juga menatapnya dengan intens.

Pangeran Cleon tersenyum. "Bagiku isterikulah yang paling indah dan cantik, Puteri Lusila. Bunga-bunga itu tidak lebih cantik darimu."

"Benarkah?" tanya Putri Lusila.

Pangeran Cleon mengangguk yakin. "Benar."

"Bagaimana saya bisa mempercayaimu, Pangeran Cleon?"

"Apa perlu aku membuktikannya?"

"Kalau pangeran bisa membuktikannya."

Pangeran Cleon menunduk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Putri Lusila. Pangeran Cleon mengecup singkat bibir Putri Lusila lalu kembali menegakkan badannya. "Apa itu sudah cukup untuk membuktikannya?" Pangeran Cleon bertanya.

Tidak ada efek besar yang dirasakan Putri Lusila sewaktu pangeran Cleon mengecup bibirnya. Tidak ada pipi yang bersemu atau debar jantung yang meningkat. Semuanya terasa biasa.

"Cukup," jawab Putri Lusila.

Pangeran Cleon kembali tersenyum setelah mendengar jawaban dari Putri Lusila. Namun, kegiatan mereka harus berakhir sewaktu pengawal memanggil Pangeran Cleon karena Raja ingin menemui Pangeran Cleon. "Saya akan meninggalkan kamu untuk menemui Raja tapi saya tidak akan meninggalkan kamu untuk waktu yang lama," pamit Pangeran Cleon sebelum pergi.

"Saya percaya padamu, Pangeran," balas Putri Lusila.

Selepas Pangeran Cleon pergi tidak begitu lama setelahnya datang sosok pria yang menghampiri Putri Lusila yang masih ada di sana. Menyadari kedatangan sang Pria Putri Lusila terlihat senang bahkan dia terus menyunggingkan senyumnya yang bahkan jarang sekali dia perlihatkan pada Pangeran Cleon.

"Pangeran Drew," panggil Putri Lusila.

Pangeran Drew tersenyum lalu duduk di samping Putri Lusila. "Bagaimana pernikahanmu dengan Pangeran Cleon? Apa menyenangkan?" tanyanya.

"Jangan bertanya seperti itu pangeran saya tidak menyukainya. Pangeran tahu bukan kalau di hatiku tidak pernah ada nama Pangeran Cleon?"

"Tahu, sebab hatimu hanya terukir namaku," jawab Pangeran Drew.

Putri Lusila tersenyum kemudian tangannya terulur mengusap pipi Pangeran Drew. "Saya merindukan, Pangeran," ungkapnya.

"Saya mengetahuinya. Mata coklatmu sudah mengatakan segalanya. Sayangnya, kita tidak bisa berlama-lama kalau kita sampai ketahuan bisa bahaya untuk kita."

"Sesulit itu ya, kita sekarang untuk bertemu. Padahal dulu saya lebih sering menghabiskan waktu bersamamu."

"Saya tidak punya banyak waktu. Saya menemuimu untuk memberikan ini." Pangeran Drew memberikan sesuatu yang dibalut oleh kain berwarna hitam. "Benda ini akan membantu kita untuk mencapai tujuan kita."

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang