"Kamu nggak pa-pa?" Pertanyaan dari Jakti itu menyambutnya sewaktu ia dan Nigra memasuki kelas.
Nigra mengerutkan keningnya bingung sembari menatap Kaluna yang ada di sampingnya. "Kamu kenapa?" tanyanya.
Buru-buru Kaluna menggeleng. "Engg- enggak pa-pa kok."
Jakti menghela napas lega sebelum akhirnya ia pergi ke bangkunya yang ada di belakang sendiri. Nigra mempererat genggaman tangannya pada tangan Kaluna. "Nig," panggil Kaluna sambil menatap genggaman tangan Nigra.
"Jangan pergi," ucapnya.
Kaluna terkekeh. "Bagaimana aku bisa pergi kalau tangan aku saja kamu genggam erat seperti ini?"
"Jangan pernah pergi, Sajana. Kamu tahu rasanya ditinggalkan itu sangat menyakitkan."
"Selama aku hidup aku lebih sering sendirian bagaimana mungkin aku bisa merasa ditinggalkan? Bahkan terakhir kali aku membuat keputusan aku memilih meninggalkan. Di mimpiku kemarin malam pun aku melihat bagaimana seorang putri meninggalkan pangerannya!"
"Kamu kenapa, Nig? Kenapa tiba-tiba kamu seperti ini?" Kaluna menaikkan sebelah alisnya.
Nigra memandang Jakti yang sedang memandangi mereka. "Apa kamu tahu arti tatapan lelaki itu padamu?" Dia kembali menoleh pada Kaluna.
"Dia memendam rasa untukmu, Sajana. Dan bisa kapan saja dia merenggut kamu dariku," lanjutnya.
"Nig, dengarkan aku. Aku dan Jakti hanya berteman dan tidak akan lebih dari itu. Dan kamu harus tahu aku sangat mencintaimu dan tidak akan berpaling."
"Sejak kapan aku dan Jakti berteman?"
"Baiklah, aku percaya padamu, Sajana. Aku harap kali ini kamu tidak akan mengecewakanku."
Kening Kaluna berkerut tidak mengerti. "Apa aku pernah mengecewakanmu sebelum ini, Nig? Ya, ya aku tahu sifatku memang kadang tidak benar dengan menggoda kamu terus menerus tapi-"
"Aku tidak tahu, tapi aku merasakannya. Ini terdengar aneh memang. Atau mungkin aku saja yang parnoan gara-gara takut kamu meninggalkanku." Nigra menggeleng. "Aku tidak keberatan dengan sifat kamu itu asal kamu tujukan kepadaku saja, tidak kepada lelaki lain."
Sebegitu takutlah Nigra kehilangan sosok Sajana? Kaluna menghela napas lalu pandangannya jatuh pada Jakti yang terus menerus memandangi mereka. Cowok itu tersenyum sembari menggelengkan kepala. Apa maksudnya?
"Aku tidak akan meninggalkan kamu, Nig," putusku.
"Janji?" Nigra menyodorkan jari kelingkingnya di hadapan Kaluna.
Kaluna menelan salivanya. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa ragu. Harusnya ia dengan mudah menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Nigra. Tapi ia takut untuk berjanji. Ia takut si penulis akan membuatnya mengingkari janji dan melukai hati Nigra.
"Janji?" ulang Nigra.
Kaluna tersenyum kaku sembari menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Nigra. "Janji," ucapnya.
🌼🌼🌼
Bagiamana pun Kaluna adalah seorang wanita yang jelas tenaganya tidak sebesar pria. Dan kini Kaluna di bawah kuasa Jakti yang menyeretnya bahkan aksi memberontaknya tidak mempengaruhi Jakti sedikit pun.
Tadi setelah ia keluar kelas tiba-tiba Jakti menariknya bahkan cowok itu tidak sedikitpun memperdulikan keberadaan Nigra yang ada di samping Kaluna. Kaluna dapat melihat jelas gurat-gurat marah yang ada di wajah Nigra tapi ia tidak bisa berbuat apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel (Selesai) ✓
Fantasía"Cintailah orang sewajarnya. Jangan sampai cinta mengendalikan diri kamu sepenuhnya. Kamu harus bisa memberikan ruang tersendiri antara perasaan dan logika ketika sedang jatuh cinta." Start: 16 Januari 2022 Finish: 09 Agustus 2022 *** Credit cover b...