"Aku minta maaf, Nig." Kaluna memulai percakapan antara dirinya dan Nigra yang sejak datang ke taman bermain saling mendiamkan.
"Kamu boleh meminta maaf setelah kamu yakin tidak akan mengulangi lagi, Jana," balas Jakti.
"Kemarin Jakti menarikku ada alasannya, Nigra. Dia tidak asal membawaku. Aku bilang seperti ini bukan berarti membela Jakti, aku hanya mencoba meluruskan."
Nigra menghela napas panjang. "Kalau aku tanya alasan Jakti kenapa membawa kamu kemarin apa kamu akan menjawabnya, Jana?"
"Emm." Jujur saja Kaluna bingung mau menjelaskan bagaimana kepada Jakti. Ia saja belum sepenuhnya mengerti. Tapi di lain sisi Jakti pernah memintanya untuk tidak memberitahu Nigra.
"Kalau kamu tidak bisa menjawabnya aku bisa memakluminya. Memang semua hal tidak perlu kamu ceritakan kepadaku, Jana. Dan aku percaya sama kamu." Jakti menautkan jari-jari mereka dan membawa tangan kanan Kaluna ke pangkuannya.
Sikap Nigra yang seperti ini membuat Kaluna merasa tidak enak. Sungguh, jika Nigra marah padanya ia tidak apa-apa malah itu lebih baik sebab Nigra bisa menyalurkan apa yang ia rasakan bukan malah menahan perasaannya sendiri. "Nig, kamu berhak marah sama aku," ujar Kaluna.
"Aku akan marah jika kamu meninggalkanku, Jana."
Kaluna duduk menyerong menghadap Nigra kemudian Kaluna menempel tangan kirinya di dada Nigra. "Jangan menahan perasaan kamu, Nig. Jika kamu terus menahan perasaan kamu sendiri kamu akan melukai diri kamu sendiri. Jika kamu bisa menyalurkan perasaan atau bahkan emosi kamu, kamu akan merasa lega."
Senyum Nigra terbit. Ia kemudian menurunkan tangan Kaluna yang ada di dadanya dan menggenggamnya. "Dengar Jana, perasaanku akan baik-baik saja asal kamu selalu ada di sampingku. Dan aku juga tidak ingin menyalurkan emosiku padamu, aku tidak ingin melukaimu. Lagi pula kata Ibu kita tidak boleh dikendalikan emosi, sebaliknya kitalah yang harus bisa mengendalikan emosi."
Kaluna mengerucutkan bibirnya. "Kalau sudah begini kata-kata 'kamu terlalu baik untuk kamu' itu berlaku untukku!"
"Jangan mengerucutkan bibirmu kalau kamu tidak mau aku menciumu!"
"Aish!" Kaluna berdecak sebal.
Nigra terkekeh. "Ngomong-ngomong kemarin kamu pulang jam berapa?"
"Kata Ayah kamu nunggu aku pulang, ya?"
"Emm iya, tapi tidak apa-apa."
"Aku pulang lewat tengah malam dan habis kena marah Ayah. Aku tidak keberatan Ayah memarahiku sebab aku tahu aku salah. Tapi ya mau bagaimana lagi itu sudah terjadi."
"Lain kali jangan gitu lagi, ya. Jangan buat Ayah dan aku khawatir." Nigra mengelus puncak kepala Kaluna dengan lembut.
"Aish sial kenapa tokoh fiksi seperti Nigra tidak ada di dunia nyata?!" rutuk Kaluna dalam hati.
🌼🌼🌼
Tok tok tok
Kaluna menggeliat dalam tidurnya karena suara ketukan dari jendelanya mengusik tidur nyenyaknya. Ia mengerjapkan matanya lalu beralih duduk untuk mengumpulkan nyawanya.
Tok tok tok
Ketukan itu kembali terdengar dan membuat Kaluna berdecak sebal. Ia melihat jam yang ada di atas nakas dan ternyata sudah tengah malam lewat. Siapa orang yang malam-malam mengetuk jendelanya? Apa itu maling atau makhluk halus?
Tapi mana mungkin penulisnya membuatnya berhadapan dengan maling. Memangnya apa yang maling inginkan darinya? Dan novel Krisan bukan novel horor jadi tidak mungkin juga ia harus berurusan dengan hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel (Selesai) ✓
Fantasía"Cintailah orang sewajarnya. Jangan sampai cinta mengendalikan diri kamu sepenuhnya. Kamu harus bisa memberikan ruang tersendiri antara perasaan dan logika ketika sedang jatuh cinta." Start: 16 Januari 2022 Finish: 09 Agustus 2022 *** Credit cover b...