|Delapan|

102 19 1
                                    

"Masih cemburu?" tanya Kaluna.

Nigra mendongak menatap wajah Kaluna. Kaluna sekarang sedang duduk di atas bangku Nigra atas inisiatifnya sendiri, dia hanya ingin bisa melihat raut wajah Nigra yang masam tanpa susah-susah mendongak sebab perbedaan tinggi mereka yang kontras.

"Pasti kamu sudah tahu jawabannya hanya dengan lihat wajahku ini!" Nigra menunjuk wajahnya sendiri.

"Wajah kamu tampan." Kaluna terkekeh.

"Ck, dasar nggak peka!"

"Maaf ya, Nig. Sungguh, aku tidak ada apa-apa dengan Jakti!"

Nigra menghela napas. "Aku percaya kok sama kamu, Jana. Cuman yang jadi masalah itu perasaanku sendiri. Setiap lihat kamu sama Jakti suasana hatiku menjadi berubah. Dan aku nggak-"

Cup

Kata-kata Nigra harus terhenti karena Kaluna yang mengecup bibirnya tiba-tiba. Hatinya perlahan menghangat bersama debar jantungnya yang memacu lebih cepat. Kecupan itu sangat singkat tapi efek yang dihasilkannya begitu lama, sebab untuk beberapa detik yang dilakukannya hanya mematung sambil menatap Kaluna yang sedang tersenyum.

"Kalau sekarang sudah tidak cemburu kan?" tanya Kaluna.

"Semakin lama aku memerankan Sajana bisa-bisa aku ikut menjadi seorang yang nekat dan sedikit gila! Bisa-bisanya aku mengecup bibir Nigra lebih dulu! Ini benar-benar gila!" Kaluna merutuk dalam hatinya.

Nigra berdiri dari duduknya lalu mensejajarkan wajahnya dengan wajah Kaluna. "Masih. Aku pernah bilang bukan kalau aku akan menciummu jika aku ingin merasakan dan melihat rasa sayangmu padaku. Maka aku akan melakukan itu."

Kaluna membelalak tak percaya mendengar perkataan Nigra. Ia kira dulu sewaktu Nigra mengatakan itu hanya untuk bercanda tapi malah sekarang cowok itu akan membuktikan perkataannya! Benar-benar gila! Setelah ini pasti ia tidak bisa mengendalikan detak jantungnya yang berdisko.

Tubuh Kaluna berjingkit sewaktu tangan Nigra sudah bertengger di tengkuknya. "Nig..." panggilnya.

"Yang bisa dipegang dari laki-laki itu bukan hanya ucapannya saja, Jana. Tapi juga dari cara mereka membuktikan apa yang sudah mereka katakan," ujar Nigra.

Baru saja Kaluna ingin membalas ucapan Nigra namun bibir cowok itu lebih dulu membungkamnya. Nigra tidak menggerakkan bibirnya, dia membiarkan bibir mereka saling bertemu.

Kaluna menutup matanya merasakan kupu-kupu di perutnya yang seperti sedang berlomba-lomba untuk terbang dan menghadirkan rasa geli untuknya. Debar jantungnya juga benar-benar berdisko. Pipinya rasanya memanas dan ia yakin pipinya sudah merona.

Deru napas Nigra dapat dia rasakan. Perlahan Nigra melepaskan tautan bibir mereka. Kaluna membuka matanya dan di sambut oleh senyum hangat milik Nigra.

"Maaf," ucap Nigra.

Kaluna menelengkan kepalanya. "Maaf? Untuk apa?"

"Sudah membuatmu melakukan itu di sekolah."

"Itu?"

Nigra mengucupkan kedua tangannya lalu membuatnya bertemu. "Tidak seharusnya kita melakukan ini di sekolah."

Kaluna mengangguk mengerti. "Aku juga minta maaf. Aku yang memulainya."

"Saling memaafkan saja." Nigra mengusap puncak kepala Kaluna lalu meraih tangan kanan Kaluna untuk ia genggam. "Sebelum pulang ke rumah bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu?"

"Boleh-boleh!"

🌼🌼🌼

Bagai lupa umur Kaluna dan Nigra memilih menghabiskan waktu bersama di taman bermain. Mereka mencoba semua mainan yang ada di sana. Dari ayunan, perosotan, jungkat jungkit dan banyak lagi.

Sequel (Selesai) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang